25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Hanya Piyama yang Tersisa …

Johnny Buyung Saragi
Johnny Buyung Saragi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Johnny Buyung Saragi tak mampu menahan kesedihannya tatkala menatap puing-puing rumah yang ia diami selama sepuluh tahun terakhir, rata dengan tanah akibat kebakaran hebat yang terjadi Senin (11/8) subuh sekitar Pukul 04.05 WIB.

Di tengah guyuran hujan deras, sesekali Johnny yang berteduh di salah satu rumah tetangga, persis berhadapan dengan puing-puing kediamannya yang terletak di Jalan Manunggal III, Nomor 2, Cipinang Melayu, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur, menatap nanar lurus ke depan. Di tengah gurauan para sahabat, anggota DPR asal Sumatera Utara ini, seakan tak mampu menghapus sejuta kenangan indah yang ia jalani dalam rumah tersebut bersama keluarga besarnya.

“Semuanya habis terbakar. Tak ada yang tersisa. Hanya piyama di badan yang bisa saya selamatkan. Surat-surat berharga, handphone, semua habis terbakar. Enggak ada yang bisa diselamatkan. Kecuali mobil karena memang berada di luar. Yang paling berharga bagi saya album foto. Itu album foto dari kita mulai berumah tangga, foto-foto keluarga, foto anak-anak mulai dari kecil,” katanya menjawab Sumut Pos saat ditemui di lokasi kebakaran.

Johnny menuturkan, sebenarnya sejak Minggu (10/8) malam, ia sudah merasa ada perasaan yang tidak enak. Tubuhnya terasa lemas. Bahkan anggota Komisi VI yang biasanya setiap malam paling cepat tidur pukul 24.00 WIB, malam itu sejak pukul 22.30 WIB sudah tertidur.

“Tapi pas jam 12 malam saya terbangun. Kemudian jam 2 dini hari dan jam 4 dini hari juga terbangun. Tapi belum ada apa-apa. Saat itu saya sebenarnya sudah mencium seperti bau sesuatu, tapi saya pikir bukan apa-apa. Rupanya lima menit kemudian istri saya merasakan aroma terbakar. Katanya seperti bau terbakar,” ujarnya.

Sang istri dengan segera membangunkan Johnny dan bergegas keluar dari kamar karena merasa seperti bau terbakar. Tidak berapa lama kemudian terdengar teriakan sang istri karena melihat api mulai menjalar dari salah satu kamar yang terdapat pada bagian belakang rumah yang mereka tempati sejak tahun 2004 lalu tersebut.

“Peristiwanya berlangsung begitu cepat. Bahkan setelah saya bangunkan semua seisi keluarga dan perintahkan keluar rumah, tidak ada satu barangpun yang dapat kita selamatkan. Saat itu kita ada tujuh orang di rumah. Meski begitu saya tetap bersyukur karena kalau lima menit lagi kita terlambat keluar rumah, maka akan mengalami masalah besar untuk bisa keluar. Sebab asap di mana-mana, ditambah keadaan panik,” katanya.

Setelah berhasil keluar rumah, pemadam kebakaran, kata Johnny, baru datang 30 menit kemudian. Alhasil seluruh bangunan telah rata dengan tanah. Padahal pos pemadam kebakaran hanya berjarak lima menit dari kediamannya. Selain itu dari empat mobil pemadam yang biasanya berada di pos tersebut, hanya satu unit yang didatangkan ke lokasi kebakaran.

“Jadi dalam 20 menit, itu semuanya sudah habis terbakar. Makanya saya sangat sayangkan pemadam kebakaran datang terlambat dan tak profesional. Api kelihatannya berasal dari kamar pembantu, di bagian belakang. Tapi dia nggak ada. Cuma biasanya kipas angin memang selalu nyala,” ujar pria yang terlihat mengenakan kaos hitam dan celana pendek putih bergaris-garis ini.

Akibat kebakaran, Johnny mengaku sedikitnya mengalami kerugian sekitar Rp3,5 miliar. Namun bukan nilai materinya yang ia sedihkan. “Saya khawatir psikologi anak dan istri. Nah yang ketiga semua surat-surat habis, tanah, SIM,dan lain-lain. Belum lagi visa anak saya yang kuliah di Jerman, juga ikut terbakar. Kebetulan ia tengah pulang liburan kuliah dan tanggal 14 Agustus ini akan kembali ke Jerman. Itu anak saya yang nomor dua. Jadi dengan kebakaran ini, kita sepertinya kembali seperti berumah tangga baru. Artinya besok lusa kita mulai dari awal beli piring, sendok, gelas dan perabotan rumah tangga lain,” katanya.

Dengan peristiwa ini, Johnny mengaku kemungkinan untuk sementara akan tinggal di salah satu rumah tetangga yang dipinjamkan. Atau tinggal di kompleks perumahan DPR RI.

“Sebenarnya rumah sudah mau kita renovasi. Gambarnya sudah ada, hanya tinggal menunggu musim hujan usai. Tapi begitulah, cobaan tidak pernah kita tahu kapan datangnya. Mungkin ini maknanya kita harus tetap bersyukur sama Tuhan. Biarlah ini sebuah masalah terbesar bagi saya dalam hidup ini. Jangan datang lagi-lah,” katanya.(gir/rbb)

 

Johnny Buyung Saragi
Johnny Buyung Saragi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Johnny Buyung Saragi tak mampu menahan kesedihannya tatkala menatap puing-puing rumah yang ia diami selama sepuluh tahun terakhir, rata dengan tanah akibat kebakaran hebat yang terjadi Senin (11/8) subuh sekitar Pukul 04.05 WIB.

Di tengah guyuran hujan deras, sesekali Johnny yang berteduh di salah satu rumah tetangga, persis berhadapan dengan puing-puing kediamannya yang terletak di Jalan Manunggal III, Nomor 2, Cipinang Melayu, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur, menatap nanar lurus ke depan. Di tengah gurauan para sahabat, anggota DPR asal Sumatera Utara ini, seakan tak mampu menghapus sejuta kenangan indah yang ia jalani dalam rumah tersebut bersama keluarga besarnya.

“Semuanya habis terbakar. Tak ada yang tersisa. Hanya piyama di badan yang bisa saya selamatkan. Surat-surat berharga, handphone, semua habis terbakar. Enggak ada yang bisa diselamatkan. Kecuali mobil karena memang berada di luar. Yang paling berharga bagi saya album foto. Itu album foto dari kita mulai berumah tangga, foto-foto keluarga, foto anak-anak mulai dari kecil,” katanya menjawab Sumut Pos saat ditemui di lokasi kebakaran.

Johnny menuturkan, sebenarnya sejak Minggu (10/8) malam, ia sudah merasa ada perasaan yang tidak enak. Tubuhnya terasa lemas. Bahkan anggota Komisi VI yang biasanya setiap malam paling cepat tidur pukul 24.00 WIB, malam itu sejak pukul 22.30 WIB sudah tertidur.

“Tapi pas jam 12 malam saya terbangun. Kemudian jam 2 dini hari dan jam 4 dini hari juga terbangun. Tapi belum ada apa-apa. Saat itu saya sebenarnya sudah mencium seperti bau sesuatu, tapi saya pikir bukan apa-apa. Rupanya lima menit kemudian istri saya merasakan aroma terbakar. Katanya seperti bau terbakar,” ujarnya.

Sang istri dengan segera membangunkan Johnny dan bergegas keluar dari kamar karena merasa seperti bau terbakar. Tidak berapa lama kemudian terdengar teriakan sang istri karena melihat api mulai menjalar dari salah satu kamar yang terdapat pada bagian belakang rumah yang mereka tempati sejak tahun 2004 lalu tersebut.

“Peristiwanya berlangsung begitu cepat. Bahkan setelah saya bangunkan semua seisi keluarga dan perintahkan keluar rumah, tidak ada satu barangpun yang dapat kita selamatkan. Saat itu kita ada tujuh orang di rumah. Meski begitu saya tetap bersyukur karena kalau lima menit lagi kita terlambat keluar rumah, maka akan mengalami masalah besar untuk bisa keluar. Sebab asap di mana-mana, ditambah keadaan panik,” katanya.

Setelah berhasil keluar rumah, pemadam kebakaran, kata Johnny, baru datang 30 menit kemudian. Alhasil seluruh bangunan telah rata dengan tanah. Padahal pos pemadam kebakaran hanya berjarak lima menit dari kediamannya. Selain itu dari empat mobil pemadam yang biasanya berada di pos tersebut, hanya satu unit yang didatangkan ke lokasi kebakaran.

“Jadi dalam 20 menit, itu semuanya sudah habis terbakar. Makanya saya sangat sayangkan pemadam kebakaran datang terlambat dan tak profesional. Api kelihatannya berasal dari kamar pembantu, di bagian belakang. Tapi dia nggak ada. Cuma biasanya kipas angin memang selalu nyala,” ujar pria yang terlihat mengenakan kaos hitam dan celana pendek putih bergaris-garis ini.

Akibat kebakaran, Johnny mengaku sedikitnya mengalami kerugian sekitar Rp3,5 miliar. Namun bukan nilai materinya yang ia sedihkan. “Saya khawatir psikologi anak dan istri. Nah yang ketiga semua surat-surat habis, tanah, SIM,dan lain-lain. Belum lagi visa anak saya yang kuliah di Jerman, juga ikut terbakar. Kebetulan ia tengah pulang liburan kuliah dan tanggal 14 Agustus ini akan kembali ke Jerman. Itu anak saya yang nomor dua. Jadi dengan kebakaran ini, kita sepertinya kembali seperti berumah tangga baru. Artinya besok lusa kita mulai dari awal beli piring, sendok, gelas dan perabotan rumah tangga lain,” katanya.

Dengan peristiwa ini, Johnny mengaku kemungkinan untuk sementara akan tinggal di salah satu rumah tetangga yang dipinjamkan. Atau tinggal di kompleks perumahan DPR RI.

“Sebenarnya rumah sudah mau kita renovasi. Gambarnya sudah ada, hanya tinggal menunggu musim hujan usai. Tapi begitulah, cobaan tidak pernah kita tahu kapan datangnya. Mungkin ini maknanya kita harus tetap bersyukur sama Tuhan. Biarlah ini sebuah masalah terbesar bagi saya dalam hidup ini. Jangan datang lagi-lah,” katanya.(gir/rbb)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/