25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

BNPB Soal Gunung Anak Krakatau: Berpotensi Timbulkan Tsunami

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Status Gunung Anak Krakatau meningkat dari waspada menjadi siaga berpotensi menimbulkan tsunami. Lantas, apakah situasi tersebut berdampak kepada aktivitas transportasi laut, yakni penyeberangan rute Pelabuhan Merak-Bakauheni? Mengingat, saat ini aktivitas transportasi laut tengah meningkat imbas situasi arus mudik Lebaran 2022.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) BNPB Abdul Muhari mengatakan situasi saat ini masih dalam tahap pengamatan dan belum pada situasi kontingensi atau krisis. “Maka informasi yang kami sampaikan kepada masyarakat pun sebatas atau masih pada tahapan kesiapsiagaan,” kata Abdul dalam konferensi pers secara daring, Senin (25/4) malam.

Abdul menambahkan aspek-aspek kontingensi bakal diberlakukan apabila PVMBG bersama BMKG menyampaikan ada peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau yang mengarah pada kemungkinan terjadinya tsunami.

“Termasuk nantinya terkait dengan pengaturan skema transportasi apakah masih memungkikan dilakukan atau tidak, itu bergantung pada situasi kondisi yang berkembang,” ujar Abdul.

Sejak 22 April 2022 Gunung Anak Krakatau sudah terlihat mengeluarkan abu vulkanik hitam ke wilayah Sumur dan Panimbang, Kabupaten Pandeglang. Selain itu, Gunung Anak Krakatau juga sudah terlihat mengeluarkan bebatuan pijar. Bebatuan tersebut bisa membahayakan nelayan dan wisatawan yang berada di perairan sekitar.

“Rekomendasi kami sekitar lima kilometer untuk jarak aman dari kawasan Gunung Anak Krakatau,” kata Kepala Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau Kabupaten Serang Deni Mardiono, Senin.

Ketua Ikatan Ahli Tsunami Indonesia Gegar S Prasetya menanggapi soal potensi tsunami imbas adanya peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau.

BMKG bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) diketahui telah meningkatkan status Gunung Anak Krakatau dari waspada menjadi siaga. Gegar mengatakan Gunung Anak Krakatau memang memiliki sejarah bahwa pernah menimbulkan tsunami akibat adanya peningkatan aktivitas.

“Adanya kenaikan aktivitas dari Gunung Anak Krakatau ini memang secara historis Anak Krakatau ini pernah menimbulkan tsunami sehingga kita wajar untuk waspada untuk memahami potensi ke depannya seperti apa,” kata Gegar dalam konferensi pers secara daring, Senin (25/4) malam.

Gegar pun mengimbau kepada masyarakat untuk wajib mewaspadai potensi tsunami akibat peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau tersebut. “Catatan kami bahwa aktivitas yang meningkat dari Gunung Anak Krakatau wajib untuk diwaspadai,” ujar Gegar. (jpnn/ila)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Status Gunung Anak Krakatau meningkat dari waspada menjadi siaga berpotensi menimbulkan tsunami. Lantas, apakah situasi tersebut berdampak kepada aktivitas transportasi laut, yakni penyeberangan rute Pelabuhan Merak-Bakauheni? Mengingat, saat ini aktivitas transportasi laut tengah meningkat imbas situasi arus mudik Lebaran 2022.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) BNPB Abdul Muhari mengatakan situasi saat ini masih dalam tahap pengamatan dan belum pada situasi kontingensi atau krisis. “Maka informasi yang kami sampaikan kepada masyarakat pun sebatas atau masih pada tahapan kesiapsiagaan,” kata Abdul dalam konferensi pers secara daring, Senin (25/4) malam.

Abdul menambahkan aspek-aspek kontingensi bakal diberlakukan apabila PVMBG bersama BMKG menyampaikan ada peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau yang mengarah pada kemungkinan terjadinya tsunami.

“Termasuk nantinya terkait dengan pengaturan skema transportasi apakah masih memungkikan dilakukan atau tidak, itu bergantung pada situasi kondisi yang berkembang,” ujar Abdul.

Sejak 22 April 2022 Gunung Anak Krakatau sudah terlihat mengeluarkan abu vulkanik hitam ke wilayah Sumur dan Panimbang, Kabupaten Pandeglang. Selain itu, Gunung Anak Krakatau juga sudah terlihat mengeluarkan bebatuan pijar. Bebatuan tersebut bisa membahayakan nelayan dan wisatawan yang berada di perairan sekitar.

“Rekomendasi kami sekitar lima kilometer untuk jarak aman dari kawasan Gunung Anak Krakatau,” kata Kepala Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau Kabupaten Serang Deni Mardiono, Senin.

Ketua Ikatan Ahli Tsunami Indonesia Gegar S Prasetya menanggapi soal potensi tsunami imbas adanya peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau.

BMKG bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) diketahui telah meningkatkan status Gunung Anak Krakatau dari waspada menjadi siaga. Gegar mengatakan Gunung Anak Krakatau memang memiliki sejarah bahwa pernah menimbulkan tsunami akibat adanya peningkatan aktivitas.

“Adanya kenaikan aktivitas dari Gunung Anak Krakatau ini memang secara historis Anak Krakatau ini pernah menimbulkan tsunami sehingga kita wajar untuk waspada untuk memahami potensi ke depannya seperti apa,” kata Gegar dalam konferensi pers secara daring, Senin (25/4) malam.

Gegar pun mengimbau kepada masyarakat untuk wajib mewaspadai potensi tsunami akibat peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau tersebut. “Catatan kami bahwa aktivitas yang meningkat dari Gunung Anak Krakatau wajib untuk diwaspadai,” ujar Gegar. (jpnn/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/