JAKARTA-Partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bersaing ketat di posisi puncak dukungan pemilih terhadap partai-partai peserta pemilu. Di bagian lain, survei Center for Strategic and International Studies (CSIS) terbaru mengungkap, posisi Partai Demokrat hingga kurang dari setahun menjelang pemilu belum beranjak dari keterpurukan.
Berdasar hasil survei tersebut, Demokrat terlempar dari posisi tiga besar, hanya mendapatkan suara 7,1 persen. Mereka berada di bawah Partai Golkar, PDIP, dan Partai Gerindra yang masing-masing memperoleh dukungan 13,2 persen, 12,7 persen, dan 7,3 persen. Suara Partai Demokrat hampir sama dengan perolehan saat Pemilu 2004.
Menurut Ketua Departemen Politik dan Hubungan Internasional CSIS Philips J. Vermonte, angka dukungan terhadap Demokrat terakhir itu memprihatinkan. Hal tersebut mengingat perolehan suara pada Pemilu 2009 yang mencapai hingga 21 persen.
Philips menyatakan, kecenderungan penurunan suara Demokrat sudah terlihat pada hasil survei lembaganya pada Januari 2012. Saat itu dukungan pemilih hanya 11,2 persen. “Syukurnya, turunnya tidak begitu tajam lagi,” jelas Philips saat memaparkan hasil survei lembaganya di Hotel Luwansa di Jakarta kemarin (26/5).
Philips kemudian menyinggung posisi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Partai Demokrat saat ini yang menjabat sebagai ketua umum. Hasil survei menunjukkan, belum terlihat perubahan signifikan dukungan terhadap partai itu meski kepemimpinan partai sudah diambil alih langsung dari tangan Anas Urbaningrum. “Tetapi, menurut kami, ini juga dampak karena masyarakat sudah tahu SBY nggak akan bisa dipilih lagi, jadi sudah tidak peduli dengan Partai Demokrat,” jelasnya.
Survei tersebut dilakukan dengan metode wawancara tatap muka yang dilakukan di 31 provinsi (Papua dan Papua Barat tidak disurvei karena situasi tidak kondusif). Jajak pendapat berlangsung pada 9-16 April 2013, melibatkan sampel pemilih sebanyak 1.635 dengan margin of error 2,42 persen dan pada confidence 95 persen. (dyn/c8/tom/jpnn)