JAKARTA – Peran sejumlah lembaga survei belakangan ini dipertanyakan. Hasil pilgub DKI yang berbeda dengan hasil riil pada putaran pertama membuat sejumlah parpol mulai mengevaluasi peran mereka, khususnya terkait pemilu maupun Pilpres 2014.
“Pilgub DKI telah membuktikan kepada kita bahwa beberapa lembaga survei ternama diduga memanipulasi hasil survei,” kata Wakil Ketua Fraksi PKS Almuzammil Yusuf, kemarin ). Tujuannya, lanjut dia, menggiring opini publik agar mendukung kandidat cagub tertentu.
Dia mengatakan, sebagai lembaga yang dekat dengan urusan keilmuan, lembaga survei seharusnya tidak memanipulasi hasil survei untuk kepentingan bisnis. Dalam hal ini, lewat upaya menggiring opini publik demi kepentingan kandidat tertentu dalam event politik.
“Jika ini terus terjadi, lembaga survei sesungguhnya sedang menggali kuburnya sendiri. Jika sudah tidak dipercaya publik, lembaga survei tentu tidak akan dapat order lagi,” tandas ketua departemen politik DPP PKS tersebut.
Lebih lanjut dia mendorong kampus agar aktif mengambil alih peran yang selama ini dimainkan lembaga survei. Tujuannya, agar kepercayaan publik kembali pulih kepada keilmuan survei.
“Kami ingin muncul lembaga survei dari kampus yang menjunjung tinggi idealisme keilmuan lebih kuat daripada kepentingan bisnis. Dengan demikian, keilmuan survei tidak disalahgunakan oleh orang-orang yang berpandangan pragmatis,” ujarnya.
Sebelumnya, mayoritas lembaga survei menempatkan Fauzi Bowo (Foke)”Nachrowi Ramli sebagai pasangan dengan elektabilitas tinggi. Rata-rata persentasenya juga relatif jauh meninggalkan kandidat lain. Namun, kenyataan justru berbeda. Pada putaran pertama yang berlangsung 11 Juli lalu, berdasar hasil hitung cepat, pasangan Jokowi-Ahok justru yang menang.
Sekjen DPP PAN Taufik Kurniawan juga menegaskan, pihaknya akan serius menelaah hasil putaran pertama pilkada DKI. “Fenomena Jokowi menjadi analisis PAN untuk pileg dan pilpres. Ini menjadi realitas yang harus dicermati,” kata Taufik.
Dia menyatakan, fenomena putaran pertama lalu bukan semata persoalan kalah atau menang. Ada sesuatu yang sangat perlu dikaji lebih mendalam. “Dalam hal ini, kami tidak melihat Pak Jokowi sebagai kompetitor, tapi tokoh yang berhasil menarik simpati masyarakat. Terlebih, dia menepis semua prediksi yang dilakukan lembaga survei,” imbuh wakil ketua DPR tersebut.
Menurut dia, salah satu pelajaran bahwa tidak selalu hasil survei itu benar. “Termasuk, tidak semata-mata opini masyarakat bisa digiring-giring oleh lembaga survei,” tandasnya.
Survei yang paling tepat, lanjut Taufik, adalah yang dilakukan internal parpol. “Sebab, faktanya ada lembaga survei independen, tapi ada pula yang terang-terangan berafiliasi dengan parpol,” sindirnya. (dyn/agm/jpnn)