JAKARTA, SUMUTPOS.CO– Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) akan menghadang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Bandara Halim Perdana Kusumah setibanya SBY di Tanah Air pada Selasa (1/10) pekan depan setelah lawatan luar negeri terpanjang dan terakhirnya sebagai Presiden.
Penghadangan terhadap SBY untuk menyerahkan penghargaan “Bapak Anti Demokrasi” setelah partainya menjadi faktor penentu mengapa Pilkada lewat DPRD berhasil disahkan oleh Koalisi Merah Putih di DPR RI.
“Prestasi SBY sungguh monumental, berhasil memberangus aspirasi politik rakyat. Maka SBY layak diberi penghargaan Bapak Anti Demokrasi,” ujar Ketua Umum Bara JP, Sihol Manullang, lewat rilisnya, Sabtu (27/9).
Bahak tak berhenti disitu, Sihol mengungkapkan, Bara JP akan mengadukan SBY ke Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dengan tujuan menjegal niat SBY menjadi calon Sekjen PBB. “Dunia akan bertambah kacau kalau seorang anti-demokrasi menjadi Sekjen PBB,” tambahnya.
Bara JP mengimbau masyarakat agar membantu Bara JP menghadang SBY, dengan datang berduyun-duyun ke Bandara Halim. “Dengan risiko apa pun kami sudah siap. Ketua DPP Bara JP Bidang Aksi, Syafti Hidayat akan menjadi koordinator lapangan,” jelas Sihol.
Syafti Hidayat menegaskan, kalangan anti Orde Baru yang kini sebagian besar bermetamorfosa menjadi pendukung perubahan melalui Jokowi-JK, hendaknya beramai-ramai menghadang SBY di Bandara Halim.
“Kita sudah lama tak turun, karena musuh kita tidak jelas. Tetapi sekarang, musuh kita yang sesungguhnya adalah SBY. Kita lawan lawan SBY, kita beri penghargaan,” tegas Syafti.
Syafti meminta seluruh penduduk Jakarta untuk datang beramai-ramai ke Bandara Halim. Kapan waktunya, agar masyarakat memantau melalui berita pers dan media sosial. “Hanya satu kata, lawan. SBY pembunuh aspirasi politik rakyat. Setelah menerima penghargaan, lebih baik dia melancong lagi saja,” kata Syafti.
Saat ini SBY menjelma menjadi sosok yang paling disalahkan setelah Fraksi Demokrat DPR RI memilih walk out dalam rapat paripurna pengesahan RUU Pilkada di DPR RI.
Padahal, beberapa hari sebelumnya, SBY selaku Ketua Umum, menyatakan dukungan kepada pilkada langsung dan memerintahkan fraksi Demokrat untuk mendukung penolakan pilkada melalui DPRD.
Kekecewaan atas hal tersebut beredar di dunia maya hingga hashtag #ShameOnYouSBY menembus trending topic dunia teratas di Twitter saat SBY sedang melakukan lawatan ke Amerika Serikat.
Direktur Eksekutif Pusat Kajian (Pusaka) Trisakti, Fahmi Habsyi, mengatakan, jika sudah begini masif-nya kekesalan publik terhadap SBY, ia sarankan SBY untuk tidak kembali ke Indonesia hingga memiliki waktu untuk merenung dan berpikir lebih jernih di luar negeri apa yang harus dilakukan untuk bangsa dan kehormatannya sendiri.
“Saat seluruh rakyat menanti pertaruhan masa depan hak politik dan demokrasinya, dia malah jalan-jalan. SBY sebaiknya tidak usah kembali ke Indonesia hingga pelantikan presiden tanggal 20 Oktober. Jadi SBY punya waktu untuk berpikir jernih apa yang sebaiknya dilakukan untuk bangsa ini ke depan, “ ujarnya kepada RMOL (Grup Sumut Pos), Sabtu (27/9).
Dengan merenung, lanjut politisi PDI Perjuangan itu, SBY bisa mendapatkan hidayah dan pencerahan dari Tuhan YME untuk memilih dua opsi.
Opsi pertama, SBY kembali Indonesia untuk bergabung bersama-sama rakyat dan mengajak partai yang dipimpinnya Demokrat memperkuat koalisi pemerintahan Jokowi-JK dan membagikan sumbangsih pemikiran untuk membangun Indonesia.
Opsi kedua, SBY tetap mempertahankan dukungannya pada koalisi yang dikomandani Amien Rais yang makin memerosotkan kewibawaan dan kehormatan SBY di mata publik.
“Atau, jika SBY masih penuh keraguan atas dua opsi di atas, masih ada opsi ketiga. SBY tidak usah kembali ke Indonesia dan tetap tinggal di luar negeri untuk menikmati masa pensiun, menulis buku dan menciptakan lagu dibanding jadi cibiran publik nasional dan dunia internasional tanpa legacy yang diwariskan. Saya yakin banyak negara yang bersedia menerima SBY tinggal di sana,” tandasnya. (ald/jpnn)