29 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Jokowi Minta Rumah Sakit Fokus Tangani Covid-19 Gejala Berat

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat yang tertular Covid-19 varian Omicron tanpa gejala bisa melakukan isolasi mandiri selama lima hari. Menurut Jokowi, dengan masyarakat melakukan isolasi mandiri ini bisa mengurangi beban keterisian tempat tidur rumah sakit atau bed cccupancy rate (BOR) di rumah sakit (RS). Sehingga RS bisa fokus menangani pasien-pasien dengan gejala berat.

“Ketika hasil tes PCR saudara positif tanpa ada gejala silakan melakukan isolasi mandiri di rumah selama 5 hari,” ujar Jokowi dalam jumpa pers di YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (28/1).

Jokowi menuturkan, jika masyarkat tertular varian Omicron adanya gejala seperti batuk dan flu, maka bisa menggunakan aplikasi telemedicine atau pergi ke pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas). ’’Dengan demikian beban faskes dari Puskesmas sampai RS bisa berkurang,” katanya.

“Ini penting agar faskes kita dapat lebih fokus menanganin

pasien dengan gejala berat maupun pasien-pasien penyakit lain yang membutuhkan layanan intensif,” imbuhnya.

Jokowi juga meminta kepada masyarakat untuk meminalkan kontak dengan orang lain. Dengan demikian, bisa mencegah penularan Covid-19 varian Omicron yang sedang mewabah di dalam negeri. “Yang paling penting meminimalkan kontak, ini akan mencegah penyebaran yang lebih luas,” katanya.

Pria asal Surakarta, Jawa Tengah ini juga mengimbau masyarakat bisa mencegah penularan Covid-19 varian Omicron dengan disipilin menjalankan protokol kesehatan. Termasuk jangan melakukan kegiatan yang tidak perlu. “Laksanakan selalu protokol kesehatan, kurangi aktivitas tidak perlu,” ungkapnya.

Presiden juga menyoroti tentang angka penularan Covid-19 varian Omicron yang terus terjadi di Tanah Air. Bahkan Jokowi memprediksi, penularan virus Corona varian Omicron ini akan terus mengalami peningkatan dalam beberapa pekan ke depan. “Saat ini kita menghadapi lonjakan kasus varian Covid-19 terutama varian Omicron dan kenaikan ini diperkirakan masih akan terus meningkat dalam beberapa minggu ke depan,” sebutnya.

Walaupun angka penularan varian Omicron diprediksi terus mengalami lonjakan, namun Jokowi mengatakan, pemerintah sudah melakukan banyak persiapan untuk mengatasi peningkatan kasus. “Belajar dari lonjakan kasus varian Omicron yang sudah terjadi terlebih dahulu di berbagai negara, pemerintah sudah melakukan banyak persiapan untuk menghadapinya,” katanya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik dengan kasus Covid-19 varian Omicron yang akan mengalami lonjakan. Dia mengimbau agar masyarakat disiplin ketat menjalankan protokol kesehatan. “Saya minta bapak, ibu, saudara-saudara sekalian tetap tenang tidak panik. Laksanakan selalu protokol kesehatan, kurangi aktivitas tidak perlu,” ungkapnya.

Jokowi berujar, Covid-19 varian Omicron gejalanya tidak membahayakan. Sehingga yang tertular tidak membutuhkan layanan kesehatan langsung. Masyarakat bisa menggunakan aplikasi telemedicine. “Tidak semua kasus Covid-19 Omicron ini membutuhkan layanan langsung, karena gejalanya tidak membahayakan,” tuturnya.

Menyikapi ini, Kementerian Kesehatan menegaskan, pasien Covid-19 bergejala ringan atau positif tanpa gejala tak diperbolehkan dirawat di rumah sakit. Direktur Jenderal Pelayanan Kementerian Kesehatan RI Prof dr Abdul Kadir meminta rumah sakit untuk berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan terkait atau puskesmas di wilayah masing-masing.

“Rawat inap di rumah sakit hanya diperuntukkan bagi pasien probable/konfirmasi Covid-19 (termasuk varian Omicron) yang berada pada kondisi gejala sedang, berat dan kritis sesuai indikasi klinis,” terangnya, dalam surat edaran yang diteken 27 Januari 2021.

Sementara pasien Corona tanpa gejala yang semula bisa menjalani isolasi di RS, kini diarahkan untuk menjalani perawatan mandiri di rumah, dengan syarat sudah mendapatkan layanan telemedicine gratis yang disiapkan pemerintah. “Atau menghubungi puskesmas terdekat, isolasi terpusat apabila tidak memenuhi kriteria isolasi mandiri di rumah,” sambungnya.

Bagi pasien COVID-19 yang menjalani perawatan di rumah sakit, pemerintah menjamin biaya ditanggung negara. “Oleh karena itu, rumah sakit tidak diperkenankan untuk memungut biaya apapun kepada pasien,” tegasnya.

 

WFH Dulu

Sementara, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengingatkan untuk tidak panik berlebihan terkait peningkatan kasus Covid-19 saat ini. Menurutnya, varian Omicron yang diyakini mulai mendominasi memang lebih menular tetapi keparahannya tidak lebih tinggi.

Meski demikian, ia menegaskan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Terkait aktivitas sehari-hari, ia menyarankan untuk membatasi mobilitas dan interaksi dengan banyak orang. “Kalau ternyata ada yang kena, satu kantor, saya bilang work from home dulu lah, dua minggu,” saran Menkes dalam diskusi dengan media, kemarin (27/1).

Tidak kalah penting, Menkes juga mengingatkan untuk segera melakukan vaksinasi. Meski beberapa kasus Omicron dialami pasien yang bahkan sudah booster, efek perlindungan vaksin diyakini mencegah dampak yang lebih serius. “Booster membantu? Membantu. Tapi yang paling membantu adalah orang yang belum divaksin, divaksin. Itu yang paling membantu,” jelas Menkes.

Dalam beberapa pekan terakhir, jumlah kasus COVID-19 mengalami peningkatan cukup signifikan. Diperkirakan gelombang Omicron akan mencapai puncak sekitar akhir Februari hingga awal Maret 2022. (jpc/dth)

 

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat yang tertular Covid-19 varian Omicron tanpa gejala bisa melakukan isolasi mandiri selama lima hari. Menurut Jokowi, dengan masyarakat melakukan isolasi mandiri ini bisa mengurangi beban keterisian tempat tidur rumah sakit atau bed cccupancy rate (BOR) di rumah sakit (RS). Sehingga RS bisa fokus menangani pasien-pasien dengan gejala berat.

“Ketika hasil tes PCR saudara positif tanpa ada gejala silakan melakukan isolasi mandiri di rumah selama 5 hari,” ujar Jokowi dalam jumpa pers di YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (28/1).

Jokowi menuturkan, jika masyarkat tertular varian Omicron adanya gejala seperti batuk dan flu, maka bisa menggunakan aplikasi telemedicine atau pergi ke pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas). ’’Dengan demikian beban faskes dari Puskesmas sampai RS bisa berkurang,” katanya.

“Ini penting agar faskes kita dapat lebih fokus menanganin

pasien dengan gejala berat maupun pasien-pasien penyakit lain yang membutuhkan layanan intensif,” imbuhnya.

Jokowi juga meminta kepada masyarakat untuk meminalkan kontak dengan orang lain. Dengan demikian, bisa mencegah penularan Covid-19 varian Omicron yang sedang mewabah di dalam negeri. “Yang paling penting meminimalkan kontak, ini akan mencegah penyebaran yang lebih luas,” katanya.

Pria asal Surakarta, Jawa Tengah ini juga mengimbau masyarakat bisa mencegah penularan Covid-19 varian Omicron dengan disipilin menjalankan protokol kesehatan. Termasuk jangan melakukan kegiatan yang tidak perlu. “Laksanakan selalu protokol kesehatan, kurangi aktivitas tidak perlu,” ungkapnya.

Presiden juga menyoroti tentang angka penularan Covid-19 varian Omicron yang terus terjadi di Tanah Air. Bahkan Jokowi memprediksi, penularan virus Corona varian Omicron ini akan terus mengalami peningkatan dalam beberapa pekan ke depan. “Saat ini kita menghadapi lonjakan kasus varian Covid-19 terutama varian Omicron dan kenaikan ini diperkirakan masih akan terus meningkat dalam beberapa minggu ke depan,” sebutnya.

Walaupun angka penularan varian Omicron diprediksi terus mengalami lonjakan, namun Jokowi mengatakan, pemerintah sudah melakukan banyak persiapan untuk mengatasi peningkatan kasus. “Belajar dari lonjakan kasus varian Omicron yang sudah terjadi terlebih dahulu di berbagai negara, pemerintah sudah melakukan banyak persiapan untuk menghadapinya,” katanya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik dengan kasus Covid-19 varian Omicron yang akan mengalami lonjakan. Dia mengimbau agar masyarakat disiplin ketat menjalankan protokol kesehatan. “Saya minta bapak, ibu, saudara-saudara sekalian tetap tenang tidak panik. Laksanakan selalu protokol kesehatan, kurangi aktivitas tidak perlu,” ungkapnya.

Jokowi berujar, Covid-19 varian Omicron gejalanya tidak membahayakan. Sehingga yang tertular tidak membutuhkan layanan kesehatan langsung. Masyarakat bisa menggunakan aplikasi telemedicine. “Tidak semua kasus Covid-19 Omicron ini membutuhkan layanan langsung, karena gejalanya tidak membahayakan,” tuturnya.

Menyikapi ini, Kementerian Kesehatan menegaskan, pasien Covid-19 bergejala ringan atau positif tanpa gejala tak diperbolehkan dirawat di rumah sakit. Direktur Jenderal Pelayanan Kementerian Kesehatan RI Prof dr Abdul Kadir meminta rumah sakit untuk berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan terkait atau puskesmas di wilayah masing-masing.

“Rawat inap di rumah sakit hanya diperuntukkan bagi pasien probable/konfirmasi Covid-19 (termasuk varian Omicron) yang berada pada kondisi gejala sedang, berat dan kritis sesuai indikasi klinis,” terangnya, dalam surat edaran yang diteken 27 Januari 2021.

Sementara pasien Corona tanpa gejala yang semula bisa menjalani isolasi di RS, kini diarahkan untuk menjalani perawatan mandiri di rumah, dengan syarat sudah mendapatkan layanan telemedicine gratis yang disiapkan pemerintah. “Atau menghubungi puskesmas terdekat, isolasi terpusat apabila tidak memenuhi kriteria isolasi mandiri di rumah,” sambungnya.

Bagi pasien COVID-19 yang menjalani perawatan di rumah sakit, pemerintah menjamin biaya ditanggung negara. “Oleh karena itu, rumah sakit tidak diperkenankan untuk memungut biaya apapun kepada pasien,” tegasnya.

 

WFH Dulu

Sementara, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengingatkan untuk tidak panik berlebihan terkait peningkatan kasus Covid-19 saat ini. Menurutnya, varian Omicron yang diyakini mulai mendominasi memang lebih menular tetapi keparahannya tidak lebih tinggi.

Meski demikian, ia menegaskan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Terkait aktivitas sehari-hari, ia menyarankan untuk membatasi mobilitas dan interaksi dengan banyak orang. “Kalau ternyata ada yang kena, satu kantor, saya bilang work from home dulu lah, dua minggu,” saran Menkes dalam diskusi dengan media, kemarin (27/1).

Tidak kalah penting, Menkes juga mengingatkan untuk segera melakukan vaksinasi. Meski beberapa kasus Omicron dialami pasien yang bahkan sudah booster, efek perlindungan vaksin diyakini mencegah dampak yang lebih serius. “Booster membantu? Membantu. Tapi yang paling membantu adalah orang yang belum divaksin, divaksin. Itu yang paling membantu,” jelas Menkes.

Dalam beberapa pekan terakhir, jumlah kasus COVID-19 mengalami peningkatan cukup signifikan. Diperkirakan gelombang Omicron akan mencapai puncak sekitar akhir Februari hingga awal Maret 2022. (jpc/dth)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/