CIANJUR, SUMUTPOS.CO – Pencarian korban gempa Cianjur menjadi tugas lapangan pertama Tim K-9 Yonif Raider 300/BJW. Agar hasilnya maksimal, jam kerja para anjing harus dibatasi sejam sehari dan tiap bulan kudu diberi vitamin khusus.
TIAP kali Ekso, Basko, Naura, atau Janed berhenti di satu titik, tim gabungan SAR tahu apa yang harus dikerjakan. Mereka akan menandai spot tersebut dan mulai menggali untuk mencari korban.
Sejak bertugas di hari kedua setelah gempa magnitudo 5,6 memorak-porandakan Cianjur, Jawa Barat, pada Senin (21/11) lalu, keempat sekawan tersebut telah membantu menemukan puluhan korban yang tertimbun longsor dan reruntuhan. “Tim K-9 diterjunkan setelah ada permintaan dari pimpinan. Sebab, saat berkunjung, KSAD (Jenderal Dudung Abdurachman) mendapat permohonan dari warga yang masih banyak kehilangan anggota keluarga,” kata Pasi Pers Yonif Raider 300/BJW Kapten Inf Andika Febriansyah Hutabarat kepada Jawa Pos (grup Sumut Pos), kemarin (27/11).
Ekso, Basko, Naura, dan Janed merupakan anjing-anjing yang tergabung dalam Tim K-9 Yonif Raider 300/BJW yang bermarkas di Cianjur. Tim itu baru dibentuk Juni lalu dan dipersiapkan untuk Satgas Organik Papua yang akan berangkat pada Februari 2023.
Gempa Cianjur menjadi penugasan pertama tim tersebut. Jadi, mereka belum punya pengalaman lapangan sama sekali. “Tapi, setelah melihat hasil dan kinerjanya, kami sangat bangga dengan tim K-9. Apalagi, latihannya kurang lebih baru enam bulan,” jelas Andika.
Keempat ekor anjing K-9 milik Yonif Raider 300/BJW tersebut dibeli saat belum terlatih. Usia mereka antara 1–3 tahun. Selama enam bulan ini, mereka pun menjalani beragam pelatihan secara rutin.
Dantim K-9 Yonif Raider 300/BJW Sertu Inf Simangunsong mengungkapkan, empat anjing tersebut terdiri atas 2 jantan dan 2 betina. Mereka diterjunkan ke lokasi longsor dan rumah-rumah warga yang roboh akibat guncangan gempa. “Selama kami tugaskan kemarin, K-9 berhasil menemukan 10 korban di lokasi tanah longsor dan 18 korban di perumahan-perumahan warga yang ambruk,” terangnya.
Simangunsong menambahkan, K-9 hanya ditugaskan untuk menunjukkan titik lokasi yang diduga terdapat korban, bukan untuk menemukan mereka yang tertimbun. Setelah titik tersebut ditemukan, selanjutnya ditindaklanjuti petugas SAR. Sebab, tentunya K-9 tidak mampu menggali cukup dalam. Agar kinerja K-9 bisa optimal, lanjut Simangunsong, sebaiknya jam kerja mereka tidak panjang. Cukup sekitar sejam sehari. Lebih dari itu bakal sulit untuk maksimal.
Karena itu, setelah sejam bertugas, mereka langsung ditarik pulang untuk istirahat. Waktu istirahat K-9 juga harus maksimal. Minimal seharian sebelum akhirnya kembali diterjunkan. Sebelum turun ke lapangan, K-9 juga harus puasa sehari sebelumnya. “Jadi, paling hanya kami kasih minum. Puasa ini bertujuan agar penciumannya maksimal saat diturunkan,” jelasnya.
Perawatan mereka juga kudu khusus. Mereka diberi makan setiap hari pada pagi dan malam berupa daging ayam dan daging sapi yang masih segar dan digiling. Per ekor anjing dalam sehari dapat menghabiskan daging 1 kilogram lebih. “Juga harus diberi vitamin setiap bulan. Harga vitaminnya itu Rp 500 ribu per butir. Kemudian, juga harus dimandikan dengan sampo khusus tiga hari sekali. Termasuk kita ajak joging,” katanya.
Salah satu anjing yang sempat diterjunkan ke lokasi gempa Cianjur sakit. Gara-garanya, anjing itu terkena beling yang memang banyak ditemui di reruntuhan rumah warga. Akhirnya harus dilakukan operasi yang membutuhkan enam jahitan. “Kalau di perumahan itu memang lebih susah. Karena kan banyak bau dari bangkai ternak. Baunya kan juga mirip-mirip. Kalau di lokasi longsor lebih mudah,” katanya.
Awal Simangunsong menjadi pelatih anjing saat dia bertugas di Papua pada 2019. Ketika itu, saat berada di posko, dia didatangi seekor anjing kampung kecil yang dalam keadaan kelaparan. Dia memberi anjing tersebut makan dan merawatnya hingga besar. Anjing itu terbukti sangat membantu tugas para tentara. Suatu saat, tutur Simangunsong, ketika ada anggota KST (kelompok separatis teroris) lewat, anjing itu langsung mengejar dan menggonggongi. “Kami pun jadi tahu ada yang mau menyerang. Anjing itu, kalau dirawat dengan baik, akan rela berkorban demi majikan. Mereka punya memori yang bagus,” katanya. (*/c7/ttg/jpg)