JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pedagang Kaki Lima (PKL) di seluruh Tanah Air menjerit karena omzetnya anjlok akibat daya beli rakyat yang semakin lesu. Hal ini merupakan dampak semakin tak stabilnya ekonomi Indonesia di bawah Pemerintahan Presiden Joko Widodo.
“Ini akibat tata kelola ekonomi bangsa yang semrawut dan distortif, melenceng dari Pancasila dan UUD 1945. Jika dibiarkan bukan saja kedaulatan ekonomi bangsa yang robek, tapi pada akhirnya bisa bubarkan Indonesia,” ujar Ketua Umum DPP Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI), Ali Mahsun, Senin (30/3).
Ali menggambarkan, kondisi dampak tak stabilnya perekonomian Indonesia di akar rumput, seperti bisul yang menganga. Sangat berbahaya, karena ketika terkena jarum kecil saja, dapat meluber ke mana-mana.
“Rakyat sangat penat bahkan putus asa. Semakin sulit memenuhi kebutuhan hidup. PKL pun menjerit omzetnya anjlok akibat semakin tak stabilnya ekonomi nasional. Jangan main-main, jangan coba-coba, apalagi utamakan kepentingan asing dalam kelola ekonomi bangsa,” ujarnya.
Menurut dokter ahli kekebalan tubuh alumni Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Brawijaya dan FK Universitas Indonesia ini, kesabaran rakyat ada batasnya. Rakyat bisa marah kalau perutnya keroncongan. Karena itu pemerintah harus segera mengatasi kesemrawutan dan distorsi tatakelola ekonomi bangsa.
“APKLI mendesak Presiden Joko Widodo tidak main-main, tidak coba-coba dan tidak utamakan asing dalam kelola ekonomi Indonesia. Jangan biarkan perut rakyat keroncongan. Jangan biarkan rakyat semakin jauh dari rasa aman tentram adil dan sentosa,” katanya.
Jika tak terpenuhi, Ali khawatir rakyat bisa marah. Mengingat apa yang terjadi telah berada diambang toleransi. Baik itu kenaikan BBM maupun kenaikan sejumlah harga-harga kebutuhan pokok yang terus merangkak naik.
“Jadi ketidakjelasan arah tata kelola bangsa negara saat Ini harus segera dihentikan. Dan dikembalikan ke khittah, Pancasila dan UUD 1945,” ujarnya. (gir/jpnn)