26 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Bomber Makasar Pengantin Baru, Terafliasi JAD, Pernah Aksi di Filipina

SUMUTPOS.CO – Pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, ternyata pasangan suami istri. Mereka masih pengantin baru yang baru menikah enam bulan lalu. Mereka merupakan bagian dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang pernah melakukan aksi serupa di Katedral Our Lady of Mount Carmel, Pulau Jolo, Filipina Selatan.

KAPOLRI: Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, dalam konferensi pers dari Makassar, tentang pelaku bom Makassar, Senin (29/3).

PELAKU laki-laki berinisial L, sedangkan pelaku perempuan berinisial YSF, seorang pegawai swasta. “Saudara L dan YSF beberapa bulan lalu, tepatnya enam bulan dinikahkan oleh Rifaldi, yang beberapa waktu telah ditangkap pada Januari,” kata Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, dalam konferensi pers dari Makassar, Senin (29/3).

Kapolri menjelaskan, L sempat meninggalkan surat wasiat untuk orangtuanya Dalam surat itu, L berpamitan kepada orangtuanya dan mengaku siap mati syahid. “Perlu kita informasikan, Saudara L sempat meninggalkan surat wasiat kepada orangtuanya yang isinya mengatakan yang bersangkutan berpamitan dan siap mati syahid,” ujar Sigit.

Dalam aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/3) pagi, pasangan suami istri itu tewas.

Kapolri juga menyebut bahwa ledakan di depan Gereja Katedral Makassar, termasuk jenis bom panci. “Ledakan yang terjadi, suicide bomb dengan menggunakan jenis bom panci,” ujar Listyo.

Listyo bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengecek langsung lokasi ledakan bom bunuh diri yang terjadi pada pukul 10.30 Wita. “Jadi mereka (pelaku) adalah bagian dari pengungkapan beberapa waktu lalu, kurang lebih 20 orang kelompok JAD. Mereka bagian dari itu. Inisial serta data-datanya sudah kita cocokkan,” ujar Listyo.

Kadiv Humas Polri Irjen (Pol) Argo Yuwono menyatakan, penyelidikan terhadap pelaku bom bunuh diri masih terus dilakukan. Menurutnya, sejumlah tempat sudah digeledah untuk mencari bukti-bukti lain, termasuk rumah pelaku. “Kita tunggu hasil kerja anggota di lapangan. Dan kami berharap semua dapat diungkap dengan jelas,” tuturnya.

Diberitakan sebelumnya, sebuah ledakan bom bunuh diri terjadi di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3) sekitar pukul 10.30 WITA. Korban luka dalam insiden itu mencapai 20 orang. Tak ada jemaat atau petugas gereja yang tewas dalam kejadian ini.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono mengatakan, kedua pelaku berupaya untuk masuk ke dalam halaman gereja, tetapi dicegah oleh petugas keamanan gereja.

Sesaat setelah dicegah, bom kemudian diledakan oleh pelaku. Berdasarkan penuturan pastor Katedral Makassar Wilhelminus Tulak, seorang petugas sekuriti yang menahan dua terduga pelaku tersebut berhasil selamat. “Memang ada beberapa orang terluka, khususnya satu petugas keamanan saya yang menahan (pelaku) bunuh diri, dia sedikit terbakar, tapi Puji Tuhan masih sadar,” kata Wilhelminus.

Presiden Joko Widodo dalam keterangan persnya menyatakan serangan teroris itu sebagai kejahatan kemanusiaan. Tidak ada agama yang membolehkan kekejian ini. Oleh sebab itu, Presiden mengajak publik untuk bersama-sama memerangi terorisme dan radikalisme.

Presiden juga memerintahkan Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo mengusut tuntas jaringan pelaku serta membongkar sampai ke akar-akarnya. Dia juga meyakinkan bahwa aparat keamanan tidak akan membiarkan aksi terorisme seperti itu. “Saya minta masyarakat tetap tenang beribadah karena negara menjamin keamanan umat untuk beribadah tanpa rasa takut,” kata Jokowi.

Sementara Kapolri menjamin negara akan memberikan pelayanan terbaik pada korban. Dia memastikan seluruh biaya perawatan korban ledakan bom akan ditanggung negara. “Negara pasti memberikan pelayanan yang terbaik untuk korban,” kata dia.

Kapolri telah memerintahkan Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror untuk mengusut tuntas jaringan ini. Dia meminta masyarakat tetap menjalankan aktivitas seperti biasanya, terutama saat melaksanakan ibadah. “Bagi masyarakat kita imbau untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari. Kita sedang mau memasuki, bagi Nasrani memasuki Paskah,” katanya.

Sejumlah Tempat Digerebek

Pascaledakan bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, pihak kepolisian melakukan penggerebekan sejumlah tempat dan mengamankan beberapa orang yang diduga terlibat dalam jaringan terorisme di Tanah Air, Senin (29/3).

Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo mengatakan, tim Densus 88 melakukan penggerebekan di wilayah Condet, Jakarta Timur, dan Bekasi, Jawa Barat, terkait aksi bom bunuh diri di Gereja Katerdral, Makasar, Sulawesi Selatan. Dalam penggerebekan tersebut, tim menemukan lima bom siap pakai.

“Kita temukan barang bukti, lima bom aktif jenis bom sumbu yang siap digunakan,” kata Kapolri dalam jumpa pers secara virtual, Senin (29/3).

Tim juga menemukan sejumlah barbuk lain, yakni lima toples berisi berbagai bahan kimia untuk membyat bom. Total beratnya sekitar 4 kg.

Selain itu, bahan peledak yang sudah diracik menjadi bom seberat 1,5 kg. Namun, Kapolri tidak merinci di lokasi mana barbuk tersebut ditemukan.

Dalam penggerebekan tersebut, empat orang ditangkap. Mereka diduga terlibat dalam tindak pidana terorisme. Keempat orang itu merupakan rekan L dan YSF dalam mengikut kajian di Perumahan Villa Mutiara. Perumahan itu merupakan lokasi penangkapan anggota teroris jaringan JAD beberapa waktu lalu di Makassar. “Mereka bersama-sama dengan L dan YSF ada dalam satu kelompok kajian, Kajian Villa Mutiara namanya,” ucap Listyo.

Kapolri menjelaskan, peran mereka ada yang membeli bahan kimia, mengajarkan membuat bom, pembuat bom, hingga orang yang akan meledakkan bom. “Tim satgas terus melakukan pengembangan,” ucap Kapolri.

Selain itu, ibunda terduga teroris L, bomber Gereja Katedral Makassar berinisial WH, turut diamankan oleh aparat kepolisian. Dia diamankan usai penggeledahan yang dilakukan oleh tim gabungan di kontrakan milik L dan kediaman WH pada Senin (29/3).

Kapolda Sulsel, Irjen Pol Merdisyam membenarkan hal tersebut. Menurut dia WH diamankan untuk dimintai keterangan sebagai saksi dalam kasus bom bunuh diri yang dilakukan oleh anak pertamanya itu. “Ya, semua yang terkait memang dimintai keterangan,” kata Merdisyam di Lobby Mapolda Sulsel, Senin (29/3) petang.

Selain kontrakan milik L dan YSF, tim gabungan dari Gegana Korps Brimob Mabes Polri dan Gegana Satbrimob Polda Sulsel juga menggeledah rumah milik ibunda L, yakni WH yang berada tak jauh dari kontrakan milik L.

Tim Gegana sempat meledakkan bahan peledak yang diduga merupakan sisa dari bahan baku bom panci yang digunakan L dan YSF untuk bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar. Dari hasil penggeledahan itu aparat kepolisian juga mengamankan sejumlah barang bukti.

Tanda Jaringan Terorisme Terus Beraksi

Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISSES), Khairul Fahmi, menilai peristiwa bom bunuh diri di gerbang Katedral Makassar, Sulawesi Selatan menandakan jaringan terorisme masih terus beraksi.

“Kejadian di Makassar kemarin tak mengubah fakta bahwa jaringan kekerasan ekstrem masih terus beraksi, terus menginspirasi dengan propaganda dan hasutannya,” ujar Fahmi dalam keterangan tertulis, Senin (29/3).

Menurut Fahmi, jaringan teroris terus melancarkan aksinya meskipun aparat keamanan telah melakukan penindakan dan penegakan hukum.

Namun di sisi lain, terulangnya peristiwa teror justru membuat publik bertanya sekalipun pihak keamanan sudah melakukan berbagai langkah. “Kita masih gagal mencegah pelaku teror mengulangi perbuatannya, atau yang belum tertangkap mengendur semangatnya. Penindakan dan penegakan hukum tidak sekadar tanpa efek jera namun juga membuat publik harus terus bertanya, ada apa dengan upaya penanggulangan terorisme?” kata Fahmi.

Di samping itu, Fahmi menilai, peristiwa itu juga menandakan program bertajuk deradikalisasi dan kontraradikalisasi yang sudah dijalankan masih gagal. “Sekian banyak dialog kebangsaan juga digelar sebagai resep pencegahan, namun rentetan serangan kekerasan ekstrem dari waktu ke waktu menyodorkan bukti jika resep itu masih gagal mencegah teror terus menghantui,” kata Fahmi. (kps/lp6)

SUMUTPOS.CO – Pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, ternyata pasangan suami istri. Mereka masih pengantin baru yang baru menikah enam bulan lalu. Mereka merupakan bagian dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang pernah melakukan aksi serupa di Katedral Our Lady of Mount Carmel, Pulau Jolo, Filipina Selatan.

KAPOLRI: Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, dalam konferensi pers dari Makassar, tentang pelaku bom Makassar, Senin (29/3).

PELAKU laki-laki berinisial L, sedangkan pelaku perempuan berinisial YSF, seorang pegawai swasta. “Saudara L dan YSF beberapa bulan lalu, tepatnya enam bulan dinikahkan oleh Rifaldi, yang beberapa waktu telah ditangkap pada Januari,” kata Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, dalam konferensi pers dari Makassar, Senin (29/3).

Kapolri menjelaskan, L sempat meninggalkan surat wasiat untuk orangtuanya Dalam surat itu, L berpamitan kepada orangtuanya dan mengaku siap mati syahid. “Perlu kita informasikan, Saudara L sempat meninggalkan surat wasiat kepada orangtuanya yang isinya mengatakan yang bersangkutan berpamitan dan siap mati syahid,” ujar Sigit.

Dalam aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/3) pagi, pasangan suami istri itu tewas.

Kapolri juga menyebut bahwa ledakan di depan Gereja Katedral Makassar, termasuk jenis bom panci. “Ledakan yang terjadi, suicide bomb dengan menggunakan jenis bom panci,” ujar Listyo.

Listyo bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengecek langsung lokasi ledakan bom bunuh diri yang terjadi pada pukul 10.30 Wita. “Jadi mereka (pelaku) adalah bagian dari pengungkapan beberapa waktu lalu, kurang lebih 20 orang kelompok JAD. Mereka bagian dari itu. Inisial serta data-datanya sudah kita cocokkan,” ujar Listyo.

Kadiv Humas Polri Irjen (Pol) Argo Yuwono menyatakan, penyelidikan terhadap pelaku bom bunuh diri masih terus dilakukan. Menurutnya, sejumlah tempat sudah digeledah untuk mencari bukti-bukti lain, termasuk rumah pelaku. “Kita tunggu hasil kerja anggota di lapangan. Dan kami berharap semua dapat diungkap dengan jelas,” tuturnya.

Diberitakan sebelumnya, sebuah ledakan bom bunuh diri terjadi di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3) sekitar pukul 10.30 WITA. Korban luka dalam insiden itu mencapai 20 orang. Tak ada jemaat atau petugas gereja yang tewas dalam kejadian ini.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono mengatakan, kedua pelaku berupaya untuk masuk ke dalam halaman gereja, tetapi dicegah oleh petugas keamanan gereja.

Sesaat setelah dicegah, bom kemudian diledakan oleh pelaku. Berdasarkan penuturan pastor Katedral Makassar Wilhelminus Tulak, seorang petugas sekuriti yang menahan dua terduga pelaku tersebut berhasil selamat. “Memang ada beberapa orang terluka, khususnya satu petugas keamanan saya yang menahan (pelaku) bunuh diri, dia sedikit terbakar, tapi Puji Tuhan masih sadar,” kata Wilhelminus.

Presiden Joko Widodo dalam keterangan persnya menyatakan serangan teroris itu sebagai kejahatan kemanusiaan. Tidak ada agama yang membolehkan kekejian ini. Oleh sebab itu, Presiden mengajak publik untuk bersama-sama memerangi terorisme dan radikalisme.

Presiden juga memerintahkan Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo mengusut tuntas jaringan pelaku serta membongkar sampai ke akar-akarnya. Dia juga meyakinkan bahwa aparat keamanan tidak akan membiarkan aksi terorisme seperti itu. “Saya minta masyarakat tetap tenang beribadah karena negara menjamin keamanan umat untuk beribadah tanpa rasa takut,” kata Jokowi.

Sementara Kapolri menjamin negara akan memberikan pelayanan terbaik pada korban. Dia memastikan seluruh biaya perawatan korban ledakan bom akan ditanggung negara. “Negara pasti memberikan pelayanan yang terbaik untuk korban,” kata dia.

Kapolri telah memerintahkan Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror untuk mengusut tuntas jaringan ini. Dia meminta masyarakat tetap menjalankan aktivitas seperti biasanya, terutama saat melaksanakan ibadah. “Bagi masyarakat kita imbau untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari. Kita sedang mau memasuki, bagi Nasrani memasuki Paskah,” katanya.

Sejumlah Tempat Digerebek

Pascaledakan bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, pihak kepolisian melakukan penggerebekan sejumlah tempat dan mengamankan beberapa orang yang diduga terlibat dalam jaringan terorisme di Tanah Air, Senin (29/3).

Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo mengatakan, tim Densus 88 melakukan penggerebekan di wilayah Condet, Jakarta Timur, dan Bekasi, Jawa Barat, terkait aksi bom bunuh diri di Gereja Katerdral, Makasar, Sulawesi Selatan. Dalam penggerebekan tersebut, tim menemukan lima bom siap pakai.

“Kita temukan barang bukti, lima bom aktif jenis bom sumbu yang siap digunakan,” kata Kapolri dalam jumpa pers secara virtual, Senin (29/3).

Tim juga menemukan sejumlah barbuk lain, yakni lima toples berisi berbagai bahan kimia untuk membyat bom. Total beratnya sekitar 4 kg.

Selain itu, bahan peledak yang sudah diracik menjadi bom seberat 1,5 kg. Namun, Kapolri tidak merinci di lokasi mana barbuk tersebut ditemukan.

Dalam penggerebekan tersebut, empat orang ditangkap. Mereka diduga terlibat dalam tindak pidana terorisme. Keempat orang itu merupakan rekan L dan YSF dalam mengikut kajian di Perumahan Villa Mutiara. Perumahan itu merupakan lokasi penangkapan anggota teroris jaringan JAD beberapa waktu lalu di Makassar. “Mereka bersama-sama dengan L dan YSF ada dalam satu kelompok kajian, Kajian Villa Mutiara namanya,” ucap Listyo.

Kapolri menjelaskan, peran mereka ada yang membeli bahan kimia, mengajarkan membuat bom, pembuat bom, hingga orang yang akan meledakkan bom. “Tim satgas terus melakukan pengembangan,” ucap Kapolri.

Selain itu, ibunda terduga teroris L, bomber Gereja Katedral Makassar berinisial WH, turut diamankan oleh aparat kepolisian. Dia diamankan usai penggeledahan yang dilakukan oleh tim gabungan di kontrakan milik L dan kediaman WH pada Senin (29/3).

Kapolda Sulsel, Irjen Pol Merdisyam membenarkan hal tersebut. Menurut dia WH diamankan untuk dimintai keterangan sebagai saksi dalam kasus bom bunuh diri yang dilakukan oleh anak pertamanya itu. “Ya, semua yang terkait memang dimintai keterangan,” kata Merdisyam di Lobby Mapolda Sulsel, Senin (29/3) petang.

Selain kontrakan milik L dan YSF, tim gabungan dari Gegana Korps Brimob Mabes Polri dan Gegana Satbrimob Polda Sulsel juga menggeledah rumah milik ibunda L, yakni WH yang berada tak jauh dari kontrakan milik L.

Tim Gegana sempat meledakkan bahan peledak yang diduga merupakan sisa dari bahan baku bom panci yang digunakan L dan YSF untuk bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar. Dari hasil penggeledahan itu aparat kepolisian juga mengamankan sejumlah barang bukti.

Tanda Jaringan Terorisme Terus Beraksi

Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISSES), Khairul Fahmi, menilai peristiwa bom bunuh diri di gerbang Katedral Makassar, Sulawesi Selatan menandakan jaringan terorisme masih terus beraksi.

“Kejadian di Makassar kemarin tak mengubah fakta bahwa jaringan kekerasan ekstrem masih terus beraksi, terus menginspirasi dengan propaganda dan hasutannya,” ujar Fahmi dalam keterangan tertulis, Senin (29/3).

Menurut Fahmi, jaringan teroris terus melancarkan aksinya meskipun aparat keamanan telah melakukan penindakan dan penegakan hukum.

Namun di sisi lain, terulangnya peristiwa teror justru membuat publik bertanya sekalipun pihak keamanan sudah melakukan berbagai langkah. “Kita masih gagal mencegah pelaku teror mengulangi perbuatannya, atau yang belum tertangkap mengendur semangatnya. Penindakan dan penegakan hukum tidak sekadar tanpa efek jera namun juga membuat publik harus terus bertanya, ada apa dengan upaya penanggulangan terorisme?” kata Fahmi.

Di samping itu, Fahmi menilai, peristiwa itu juga menandakan program bertajuk deradikalisasi dan kontraradikalisasi yang sudah dijalankan masih gagal. “Sekian banyak dialog kebangsaan juga digelar sebagai resep pencegahan, namun rentetan serangan kekerasan ekstrem dari waktu ke waktu menyodorkan bukti jika resep itu masih gagal mencegah teror terus menghantui,” kata Fahmi. (kps/lp6)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/