29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Penumpang AirAsia QZ8501 Diprediksi Bertahan Seminggu, Asal…

PALANGKA RAYA, SUMUTPOS.CO – Harapan besar segera ditemukannya pesawat AirAsia QZ8501 sedang diupayakan oleh seluruh pihak. Sehingga, berbagai informasi sekecil apa pun tetap ditindaklanjuti. Termasuk di wilayah perairan Pulau Kalimantan.

Tak kalah besarnya pula adalah harapan terhadap nasib para penumpang. Berbagai doa pun dipanjatkan agar mereka dapat selamat setelah pesawat rute penerbangan Surabaya-Singapura itu ditemukan.

Harapan masih dapat bertahannya para penumpang itu bukan tanpa alasan. Lebih-lebih apabila pesawat tersebut ternyata tidak jatuh ke laut, melainkan melakukan pendaratan darurat di daratan.

Kapten Edward Teras Mahar menyebutkan, kondisi penumpang akan lebih baik jika pesawat mendarat darurat di darat, meskipun tempat tersebut terisolasi.

Karena, ujar dia, kondisi iklim tropis di Asia Tenggara akan sangat membantu penumpang yang selamat untuk bertahan hidup.

“Penumpang bisa bertahan lebih dari 1 minggu karena cuaca tropis tidak begitu ekstrem. Tetapi kondisi ini akan lain bila pesawat mendarat atau jatuh ke laut, karena kondisi laut kita tidak bisa diprediksi,” terang alumnus Akademi Penerbang Sierra Academy of Aeronautics Oakland, California USA dilansir Kalteng Pos (Grup SUMUTPOS.CO), Selasa (30/12).

Menanggapi pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang kontak saat terbang dari Bandara Juanda Surabaya menuju Singapura, Kapten Edward menyebutkan hingga kini belum bisa dipastikan, walaupun sudah ada data-data awal yang ada yang banyak beredar.

“Kita belum bisa memastikan dan memprediksi dengan pasti hanya dengan data-data awal, segala kemungkinan itu bisa saja terjadi. Termasuk lokasi jatuhnya pesawat juga belum bisa dipastikan, bisa jadi jatuh di laut, tetapi bisa juga mendarat darurat,” terang penerbang aktif yang telah mengantongi 10.000 jam terbang ini.

Saat ditanya kemungkinan pesawat yang hilang tersebut jatuh di wilayah Kalimantan, khususnya daerah Kobar dan sekitar laut Jawa, ia menyatakan kemungkinan itu bisa terjadi karena pesisir Kalimantan terutama Kotawaringin Barat (Kalteng) hingga ke Kalbar merupakan area yang masih termasuk.

“Itu masih dalam area yang memungkinkan, sehingga pemerintah melalui Basarnas mengaktif dan menjadikan dua tempat itu sebagai pusat informasi. Dua bandara tersebut merupakan titik komunikasi terdekat dari area yang memungkinkan menjadi tempat mendarat atau jatuhnya pesawat,” ujarnya.

Saat ditanya tentang keputusan pilot AirAsia, Kapten Irianto, yang meminta pindah arah serta minta naik dari jalur sebelum pesawat kehilangan kontak dengan ATC, dia menduga, hal tersebut, diperkirakan karena ada kendala cuaca.

“Biasanya sih, kalau seperti itu karena ada kendala cuaca, seperti jika ada awan Cumulonimbus atau awan CB yang kemudian bisa memaksa pilot untuk berpindah dari jalur,” kata mantan Vice Presiden Asosiasi Pilot Garuda ini.(uyi/jpnn)

PALANGKA RAYA, SUMUTPOS.CO – Harapan besar segera ditemukannya pesawat AirAsia QZ8501 sedang diupayakan oleh seluruh pihak. Sehingga, berbagai informasi sekecil apa pun tetap ditindaklanjuti. Termasuk di wilayah perairan Pulau Kalimantan.

Tak kalah besarnya pula adalah harapan terhadap nasib para penumpang. Berbagai doa pun dipanjatkan agar mereka dapat selamat setelah pesawat rute penerbangan Surabaya-Singapura itu ditemukan.

Harapan masih dapat bertahannya para penumpang itu bukan tanpa alasan. Lebih-lebih apabila pesawat tersebut ternyata tidak jatuh ke laut, melainkan melakukan pendaratan darurat di daratan.

Kapten Edward Teras Mahar menyebutkan, kondisi penumpang akan lebih baik jika pesawat mendarat darurat di darat, meskipun tempat tersebut terisolasi.

Karena, ujar dia, kondisi iklim tropis di Asia Tenggara akan sangat membantu penumpang yang selamat untuk bertahan hidup.

“Penumpang bisa bertahan lebih dari 1 minggu karena cuaca tropis tidak begitu ekstrem. Tetapi kondisi ini akan lain bila pesawat mendarat atau jatuh ke laut, karena kondisi laut kita tidak bisa diprediksi,” terang alumnus Akademi Penerbang Sierra Academy of Aeronautics Oakland, California USA dilansir Kalteng Pos (Grup SUMUTPOS.CO), Selasa (30/12).

Menanggapi pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang kontak saat terbang dari Bandara Juanda Surabaya menuju Singapura, Kapten Edward menyebutkan hingga kini belum bisa dipastikan, walaupun sudah ada data-data awal yang ada yang banyak beredar.

“Kita belum bisa memastikan dan memprediksi dengan pasti hanya dengan data-data awal, segala kemungkinan itu bisa saja terjadi. Termasuk lokasi jatuhnya pesawat juga belum bisa dipastikan, bisa jadi jatuh di laut, tetapi bisa juga mendarat darurat,” terang penerbang aktif yang telah mengantongi 10.000 jam terbang ini.

Saat ditanya kemungkinan pesawat yang hilang tersebut jatuh di wilayah Kalimantan, khususnya daerah Kobar dan sekitar laut Jawa, ia menyatakan kemungkinan itu bisa terjadi karena pesisir Kalimantan terutama Kotawaringin Barat (Kalteng) hingga ke Kalbar merupakan area yang masih termasuk.

“Itu masih dalam area yang memungkinkan, sehingga pemerintah melalui Basarnas mengaktif dan menjadikan dua tempat itu sebagai pusat informasi. Dua bandara tersebut merupakan titik komunikasi terdekat dari area yang memungkinkan menjadi tempat mendarat atau jatuhnya pesawat,” ujarnya.

Saat ditanya tentang keputusan pilot AirAsia, Kapten Irianto, yang meminta pindah arah serta minta naik dari jalur sebelum pesawat kehilangan kontak dengan ATC, dia menduga, hal tersebut, diperkirakan karena ada kendala cuaca.

“Biasanya sih, kalau seperti itu karena ada kendala cuaca, seperti jika ada awan Cumulonimbus atau awan CB yang kemudian bisa memaksa pilot untuk berpindah dari jalur,” kata mantan Vice Presiden Asosiasi Pilot Garuda ini.(uyi/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/