31 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Berinovasi dengan Asap Rokok

Banyak yangn bilang asap rokok berdampak negatif terhadap kesehatan perokok maupun orang di sekitarnya? Namun, ternyata di balik sifat negatif yang melekat tadi, ternyata asap rokok juga bermanfaat. Ini sudah dibuktikan pada tahun 2011 lalu, tatkala Kelompok Studi Nano Sain dari Universitas Brawijaya Malang melakukan penelitian. Hasilnya, dengan asap rokok, kualitas hidup penderita penyakit degeneratif bisa diperbaiki.

PENEMU:  Profesor Sutiman Bambang Sumitro, penemu filter rokok sehat yang berfungsi sebagai pengendali bahaya radikal bebas dan logam merkuri dalam darah.
PENEMU:
Profesor Sutiman Bambang Sumitro, penemu filter rokok sehat yang berfungsi sebagai pengendali bahaya radikal bebas dan logam merkuri dalam darah.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO-Guru Besar Ilmu Biologi Sel Universitas Brawijaya Malang, Prof Sutiman B. Sumitro mengatakan bahwa beberapa riset dan praktik pembaluran dengan menggunakan asap rokok bernama Divine Kretek hasil penelitian Unibraw, telah berhasil membantu memperbaiki kualitas hidup penderita berbagai penyakit degeneratif. “Seperti kanker, stroke, altsheimer, gagal ginjal, hepatitis, spasmophile, myastemia, autism, cerebal palsy, dan down syndrom,” kata Sutiman, kala itu.

Bersama ahli kimia-fisika alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr.Gretta Zahar, Sutiman melakukan penelitian tentang Divine Kretek sejak tahun 2005.

Divine Kretek merupakan hasil pendekatan berfikir Nano Sain yang membangun konsep hubungan berbagai penyakit ini dengan kadar logam Hg+metal (logam merkuri) di dalam tubuh. Sutiman menjelaskan, dari hasil penelitian yang dilakukannya, Kelompok Nano Sain yang beranggotakan beberapa peneliti dari bidang kedokteran, kimia dan fisika ini menciptakan Divine Kretek yang berfungsi sebagai pengendali bahaya radikal bebas dan logam merkuri dalam darah.

“Team kami dapat mentrasformasikan rokok beracun menjadi rokok berasap sehat, tidak berbau dan ramah lingkungan melalui Divine Kretek. Serangkaian uji coba terhadap kelompok hewan serta relawan perokok telah dilakukan. Asap ini diduga kuat mempercepat proses detoksifikasi karena mampu memperkecil racun tubuh pada skala nano (sepersemiliar meter). Dalam bentuk nano, racun dapat keluar dari jaringan tubuh dan kulit tanpa merusak sehingga tidak meninggalkan bekas luka,” katanya.

Sutiman menambahkan, pada prinsipnya asap rokok itu berbahaya bila kandungan kimia seperti penantrin, nikotin, dan merkuri berbentuk partikel bebas. Namun bila kandungan kimia itu tetap berbentuk senyawa dan berkelompok membentuk polimer, maka asap rokok tidak berbahaya. “Jadi sesunguhnya asap rokok mengandung komponen berbahaya, tapi bila berkelompok maka akan saling menetralkan,” katanya.

Sedangan pengelola “Rumah Sehat” dr Saraswati Subagjo MPsi mengatakan, dengan Devine Kretek penderita kanker dapat disembuhkan. Alasannya, proses detoxifikasi pembaluran kulit dengan menggunakan berbagai bahan peluruh radikal bebas yang dikombinasikan dengan asap rokok Devine Kretek yang berbentuk filter dan cair itu dapat mengangkat merkuri dan logam berbahaya lainnya dari dalam tubuh.

Rumah Sehat dan Kelompok Studi Nano Sain yang berinduk pada Lembaga Penelitian Peluruhan Radikal Bebas (LPPRB) mengembangkan proses detoxifikasi yang dapat mengangkat racun logam berbahaya, seperti merkuri atau air raksa dari tubuh pasien. Dari porses pembaluran ini, kanker dan beberapa penyakit lain dapat diobati karena pada prinsipnya tubuh memiliki kemampuan melakukan self regeneration maupun self reparation.

Ternyata bukan hanya Kelompok Studi Nano Sain saja yang melakukan penelitian untuk mengambil manfaat dari asap rokok. Sebab, setahun setelahnya, dua siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Semarang menciptakan alat pengubah asap rokok menjadi oksigen yang memenangi International Exhibition for Young Inventors (IEIY) 2012 di Bangkok, Thailand.

“Alat itu kami namakan T-Box Application to Reduce the Danger Impact of CO dan CO2 in Smoking Room,” kata Hermawan Maulana, salah satu siswa SMA Negeri 3 Semarang pemenang IEIY 2012, kala itu.

Didampingi Zihramma Afdi, rekannya satu tim, Hermawan mengatakan bahwa mereka memiliki ide membuat alat untuk memfilter karbon dioksida (CO2) menjadi oksigen itu diawali kegelisahannya melihat para perokok yang kian banyak.

Hermawan mengungkapkan bahwa sekarang memang sudah banyak disediakan ruang untuk merokok (smoking room). Namun, tidak banyak dimanfaatkan karena ruangan akan menjadi penuh asap.

Dengan alat tersebut, kata dia, asap rokok yang mengandung CO2 akan diurai menjadi oksigen, kemudian oksigen dialirkan kembali ke smoking room, sehingga fasilitas itu bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh perokok. “Minimal, perokok ’betah’ di smoking room dan tak merokok sembarangan sehingga tidak mengganggu orang lain. Kami ciptakan ini karena belum mampu mengurangi jumlah perokok,” kata remaja kelahiran Pekanbaru, 24 Mei 1996 itu.

Berkaitan dengan cara kerja alat itu, giliran Afdi yang menjelaskan bahwa alat yang semula dinamai “Carbofil Application” itu bekerja menghisap asap rokok masuk ke dalam mesin yang sudah dirangkai komponen.”Di dalam alat ini, asap rokok akan diurai menjadi oksigen kemudian dialirkan kembali. Selain oksigen, filterisasi juga meninggalkan karbon. Namun, karbonnya berbentuk padat yang bisa dimanfaatkan kembali,” katanya.

Afdi mengakui bahwa mereka sempat tidak percaya diri tatkala alat itu diadu dengan hasil penemuan siswa dari berbagai negara, apalagi mereka ditempatkan di stan yang letaknya berdampingan dengan siswa dari Jepang.Namun, kata putra pasangan Abdul Hafid dan Ninik Budi yang lahir di Grobogan, 17 Februari 1995 itu, alat ciptaan mereka ternyata mampu mengalahkan penemuan-penemuan dari siswa berbagai negara di ajang tersebut. (awa/ije/jpnn)

Banyak yangn bilang asap rokok berdampak negatif terhadap kesehatan perokok maupun orang di sekitarnya? Namun, ternyata di balik sifat negatif yang melekat tadi, ternyata asap rokok juga bermanfaat. Ini sudah dibuktikan pada tahun 2011 lalu, tatkala Kelompok Studi Nano Sain dari Universitas Brawijaya Malang melakukan penelitian. Hasilnya, dengan asap rokok, kualitas hidup penderita penyakit degeneratif bisa diperbaiki.

PENEMU:  Profesor Sutiman Bambang Sumitro, penemu filter rokok sehat yang berfungsi sebagai pengendali bahaya radikal bebas dan logam merkuri dalam darah.
PENEMU:
Profesor Sutiman Bambang Sumitro, penemu filter rokok sehat yang berfungsi sebagai pengendali bahaya radikal bebas dan logam merkuri dalam darah.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO-Guru Besar Ilmu Biologi Sel Universitas Brawijaya Malang, Prof Sutiman B. Sumitro mengatakan bahwa beberapa riset dan praktik pembaluran dengan menggunakan asap rokok bernama Divine Kretek hasil penelitian Unibraw, telah berhasil membantu memperbaiki kualitas hidup penderita berbagai penyakit degeneratif. “Seperti kanker, stroke, altsheimer, gagal ginjal, hepatitis, spasmophile, myastemia, autism, cerebal palsy, dan down syndrom,” kata Sutiman, kala itu.

Bersama ahli kimia-fisika alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr.Gretta Zahar, Sutiman melakukan penelitian tentang Divine Kretek sejak tahun 2005.

Divine Kretek merupakan hasil pendekatan berfikir Nano Sain yang membangun konsep hubungan berbagai penyakit ini dengan kadar logam Hg+metal (logam merkuri) di dalam tubuh. Sutiman menjelaskan, dari hasil penelitian yang dilakukannya, Kelompok Nano Sain yang beranggotakan beberapa peneliti dari bidang kedokteran, kimia dan fisika ini menciptakan Divine Kretek yang berfungsi sebagai pengendali bahaya radikal bebas dan logam merkuri dalam darah.

“Team kami dapat mentrasformasikan rokok beracun menjadi rokok berasap sehat, tidak berbau dan ramah lingkungan melalui Divine Kretek. Serangkaian uji coba terhadap kelompok hewan serta relawan perokok telah dilakukan. Asap ini diduga kuat mempercepat proses detoksifikasi karena mampu memperkecil racun tubuh pada skala nano (sepersemiliar meter). Dalam bentuk nano, racun dapat keluar dari jaringan tubuh dan kulit tanpa merusak sehingga tidak meninggalkan bekas luka,” katanya.

Sutiman menambahkan, pada prinsipnya asap rokok itu berbahaya bila kandungan kimia seperti penantrin, nikotin, dan merkuri berbentuk partikel bebas. Namun bila kandungan kimia itu tetap berbentuk senyawa dan berkelompok membentuk polimer, maka asap rokok tidak berbahaya. “Jadi sesunguhnya asap rokok mengandung komponen berbahaya, tapi bila berkelompok maka akan saling menetralkan,” katanya.

Sedangan pengelola “Rumah Sehat” dr Saraswati Subagjo MPsi mengatakan, dengan Devine Kretek penderita kanker dapat disembuhkan. Alasannya, proses detoxifikasi pembaluran kulit dengan menggunakan berbagai bahan peluruh radikal bebas yang dikombinasikan dengan asap rokok Devine Kretek yang berbentuk filter dan cair itu dapat mengangkat merkuri dan logam berbahaya lainnya dari dalam tubuh.

Rumah Sehat dan Kelompok Studi Nano Sain yang berinduk pada Lembaga Penelitian Peluruhan Radikal Bebas (LPPRB) mengembangkan proses detoxifikasi yang dapat mengangkat racun logam berbahaya, seperti merkuri atau air raksa dari tubuh pasien. Dari porses pembaluran ini, kanker dan beberapa penyakit lain dapat diobati karena pada prinsipnya tubuh memiliki kemampuan melakukan self regeneration maupun self reparation.

Ternyata bukan hanya Kelompok Studi Nano Sain saja yang melakukan penelitian untuk mengambil manfaat dari asap rokok. Sebab, setahun setelahnya, dua siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Semarang menciptakan alat pengubah asap rokok menjadi oksigen yang memenangi International Exhibition for Young Inventors (IEIY) 2012 di Bangkok, Thailand.

“Alat itu kami namakan T-Box Application to Reduce the Danger Impact of CO dan CO2 in Smoking Room,” kata Hermawan Maulana, salah satu siswa SMA Negeri 3 Semarang pemenang IEIY 2012, kala itu.

Didampingi Zihramma Afdi, rekannya satu tim, Hermawan mengatakan bahwa mereka memiliki ide membuat alat untuk memfilter karbon dioksida (CO2) menjadi oksigen itu diawali kegelisahannya melihat para perokok yang kian banyak.

Hermawan mengungkapkan bahwa sekarang memang sudah banyak disediakan ruang untuk merokok (smoking room). Namun, tidak banyak dimanfaatkan karena ruangan akan menjadi penuh asap.

Dengan alat tersebut, kata dia, asap rokok yang mengandung CO2 akan diurai menjadi oksigen, kemudian oksigen dialirkan kembali ke smoking room, sehingga fasilitas itu bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh perokok. “Minimal, perokok ’betah’ di smoking room dan tak merokok sembarangan sehingga tidak mengganggu orang lain. Kami ciptakan ini karena belum mampu mengurangi jumlah perokok,” kata remaja kelahiran Pekanbaru, 24 Mei 1996 itu.

Berkaitan dengan cara kerja alat itu, giliran Afdi yang menjelaskan bahwa alat yang semula dinamai “Carbofil Application” itu bekerja menghisap asap rokok masuk ke dalam mesin yang sudah dirangkai komponen.”Di dalam alat ini, asap rokok akan diurai menjadi oksigen kemudian dialirkan kembali. Selain oksigen, filterisasi juga meninggalkan karbon. Namun, karbonnya berbentuk padat yang bisa dimanfaatkan kembali,” katanya.

Afdi mengakui bahwa mereka sempat tidak percaya diri tatkala alat itu diadu dengan hasil penemuan siswa dari berbagai negara, apalagi mereka ditempatkan di stan yang letaknya berdampingan dengan siswa dari Jepang.Namun, kata putra pasangan Abdul Hafid dan Ninik Budi yang lahir di Grobogan, 17 Februari 1995 itu, alat ciptaan mereka ternyata mampu mengalahkan penemuan-penemuan dari siswa berbagai negara di ajang tersebut. (awa/ije/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/