30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Ada Firasat, Berharap Keringanan Kredit Bank

BUKITTINGGI BERDUKA: Api membumbung tinggi melahap ratusan petak toko dan lapak di Pasar Atas Bukittinggi, kemarin. Kebakaran yang terjadi pukul 08.30 itu mengakibatkan pedagang tak bisa menyelamatkan barang dagangan mereka.

SUMUTPOS.CO – Kabar terbakarnya Pasar Atas Bukittinggi, Senin (30/10) dini hari, mengagetkan para pedagang. Ada yang pingsan. Terkulai lesu melihat toko mereka dilalap api. Sebagian sibuk menyelamatkan harta yang tersisa.

Kebakaran hebat yang menghanguskan Pasar Atas Bukittinggi menorehkan luka mendalam bagi segenap pedagang. Barang dagangan hangus terbakar. Peralatan kios yang berada di lantai dasar juga rusak ditimpa puing reruntuhan dan semprotan air pemadam kebakaran. Sementara lapak pedagang kaki lima harus dibongkar paksa untuk akses mobil tanggap darurat. Sekitar 1.042 pedagang merasakan dampak peristiwa naas yang terjadi Senin kemarin (30/10).

“Saya sudah punya firasat tidak enak. Hari biasanya barang dagangan dibawa pulang ke gudang. Namun, karena ada pengecer yang pesan barang, Minggu (29/10), yang tidak jadi datang janjinya ditunda hari ini, Senin pagi (30/10) untuk ambil barang. Karena itu barang yang ada di toko tidak dibawa pulang,” ungkap Gustina (42), pemilik Toko ND Grosir yang terduduk lesu didampingi suami dan kakak sepupunya.

Ibu lima anak yang biasa disapa Titin ini, mengaku baru saja memesan stok barang tersebut dari pemilik pabrik garmen di Jakarta. “Barang yang hangus terbakar itu umumnya stok baru. Baru datang dari Jakarta sekitar dua hari lalu. Total belanja modal itu saja sampai Rp650 juta. Itupun dapat sampai ke Bukittinggi karena pinjaman ke bank dan adanya kepercayaan dari bos pabrik garmen langganan di Jakarta,” kata dia menyampaikan curahan perasaannya kepada anggota DPRD Bukittinggi, M Nur Idris di lokasi kebakaran.

Titin berharap, akan ada keringanan dari pihak bank selaku pemberi kredit. Pasalnya, dia baru memulai usaha grosir itu sejak dua tahun terakhir dan belum memiliki asuransi. Dua ruko yang ditempatinya itu juga berstatus sewa. “Saya jual baju bermerek khas kaos Bukittinggi. Itupun grosiran dengan untung tipis agar laku dan cepat terjual. Saya bingung dengan apa akan mencari ganti untuk melunasi pinjaman ini, anak saya lima orang masih kecil-kecil,” imbuhnya.

BUKITTINGGI BERDUKA: Api membumbung tinggi melahap ratusan petak toko dan lapak di Pasar Atas Bukittinggi, kemarin. Kebakaran yang terjadi pukul 08.30 itu mengakibatkan pedagang tak bisa menyelamatkan barang dagangan mereka.

SUMUTPOS.CO – Kabar terbakarnya Pasar Atas Bukittinggi, Senin (30/10) dini hari, mengagetkan para pedagang. Ada yang pingsan. Terkulai lesu melihat toko mereka dilalap api. Sebagian sibuk menyelamatkan harta yang tersisa.

Kebakaran hebat yang menghanguskan Pasar Atas Bukittinggi menorehkan luka mendalam bagi segenap pedagang. Barang dagangan hangus terbakar. Peralatan kios yang berada di lantai dasar juga rusak ditimpa puing reruntuhan dan semprotan air pemadam kebakaran. Sementara lapak pedagang kaki lima harus dibongkar paksa untuk akses mobil tanggap darurat. Sekitar 1.042 pedagang merasakan dampak peristiwa naas yang terjadi Senin kemarin (30/10).

“Saya sudah punya firasat tidak enak. Hari biasanya barang dagangan dibawa pulang ke gudang. Namun, karena ada pengecer yang pesan barang, Minggu (29/10), yang tidak jadi datang janjinya ditunda hari ini, Senin pagi (30/10) untuk ambil barang. Karena itu barang yang ada di toko tidak dibawa pulang,” ungkap Gustina (42), pemilik Toko ND Grosir yang terduduk lesu didampingi suami dan kakak sepupunya.

Ibu lima anak yang biasa disapa Titin ini, mengaku baru saja memesan stok barang tersebut dari pemilik pabrik garmen di Jakarta. “Barang yang hangus terbakar itu umumnya stok baru. Baru datang dari Jakarta sekitar dua hari lalu. Total belanja modal itu saja sampai Rp650 juta. Itupun dapat sampai ke Bukittinggi karena pinjaman ke bank dan adanya kepercayaan dari bos pabrik garmen langganan di Jakarta,” kata dia menyampaikan curahan perasaannya kepada anggota DPRD Bukittinggi, M Nur Idris di lokasi kebakaran.

Titin berharap, akan ada keringanan dari pihak bank selaku pemberi kredit. Pasalnya, dia baru memulai usaha grosir itu sejak dua tahun terakhir dan belum memiliki asuransi. Dua ruko yang ditempatinya itu juga berstatus sewa. “Saya jual baju bermerek khas kaos Bukittinggi. Itupun grosiran dengan untung tipis agar laku dan cepat terjual. Saya bingung dengan apa akan mencari ganti untuk melunasi pinjaman ini, anak saya lima orang masih kecil-kecil,” imbuhnya.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/