MEDAN, SUMUTPOS.CO – Karateka berbakat asal Kota Medan Dwi Fadhilah untuk pertama kalinya dipanggil masuk Pelatihan Nasional (Pelatnas) di Jawa Barat. Selama berada di Jakarta, dia pun kerap merindukan suasana di rumah.
“Selama berada di pelatnas, Dwi rindu suasana di rumah. Saya kerap rindu makan bersama masakan ibu, bercengkerama di ruang keluarga. Bukan hanya itu, saya juga rindu teman-teman di Medan,” ujar Dwi Fadhilah, Rabu (30/11)
Namun untuk mewujudkan cita-cita menjadi atlet profesional di masa depan, kareteka berusia 17 tahun itu berusaha menyimpan rasa rindu itu. “Selama pelatnas pastinya rindu kali sama Medan dan semunya. Tapi ya harus dijalani. Kan, Dwi sudah milih jalan sendiri mau jadi apa,” kata peraih emas Kejuaraan Karate Dunia di Luxemburg ini.
Siswa SMA Negeri 3 Medan ini mengakui rasa rindu biasa datang setelah selesai latihan. Apalagi di pelatnas, semua jadwal padat dan teratur, sehingga terkadang membuat rasa bosan menghampiri siswi yang masih duduk di bangku Selolah Menengah Atas Negeri 3 Medan ini.
“Selama pelatnas jadwalnya semua teratur kali, pola makan juga diatur, gak bisa asal makan ini itu. Semua jadwal harus disiplin. Sering juga merasa bosan,” ungkapnya.
Dwi tak kehilangan cara. Dia pun bersyukir hidup di zaman yang serba canggih, di mana batas jarak bisa menjadi serasa dekat dengan alat komunikasi telepon. Saat rindu dan bosan bercampurpadu biasanya Dwi selalu menelpon bertanya kabar dan bercerita setiap kegiatan selama pelatnas ke orang-orang terkasihnya.
“Syukurnya sekarang sudah ada alat komunikasi. Jadi kalau rindu Dwi bisa komunikasian sama orangtua. Kadang juga chat-chat sama kawan-kawan,” pungkas pasangan Sujendi dan Sri Sulastri tersebut. (dek)
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Karateka berbakat asal Kota Medan Dwi Fadhilah untuk pertama kalinya dipanggil masuk Pelatihan Nasional (Pelatnas) di Jawa Barat. Selama berada di Jakarta, dia pun kerap merindukan suasana di rumah.
“Selama berada di pelatnas, Dwi rindu suasana di rumah. Saya kerap rindu makan bersama masakan ibu, bercengkerama di ruang keluarga. Bukan hanya itu, saya juga rindu teman-teman di Medan,” ujar Dwi Fadhilah, Rabu (30/11)
Namun untuk mewujudkan cita-cita menjadi atlet profesional di masa depan, kareteka berusia 17 tahun itu berusaha menyimpan rasa rindu itu. “Selama pelatnas pastinya rindu kali sama Medan dan semunya. Tapi ya harus dijalani. Kan, Dwi sudah milih jalan sendiri mau jadi apa,” kata peraih emas Kejuaraan Karate Dunia di Luxemburg ini.
Siswa SMA Negeri 3 Medan ini mengakui rasa rindu biasa datang setelah selesai latihan. Apalagi di pelatnas, semua jadwal padat dan teratur, sehingga terkadang membuat rasa bosan menghampiri siswi yang masih duduk di bangku Selolah Menengah Atas Negeri 3 Medan ini.
“Selama pelatnas jadwalnya semua teratur kali, pola makan juga diatur, gak bisa asal makan ini itu. Semua jadwal harus disiplin. Sering juga merasa bosan,” ungkapnya.
Dwi tak kehilangan cara. Dia pun bersyukir hidup di zaman yang serba canggih, di mana batas jarak bisa menjadi serasa dekat dengan alat komunikasi telepon. Saat rindu dan bosan bercampurpadu biasanya Dwi selalu menelpon bertanya kabar dan bercerita setiap kegiatan selama pelatnas ke orang-orang terkasihnya.
“Syukurnya sekarang sudah ada alat komunikasi. Jadi kalau rindu Dwi bisa komunikasian sama orangtua. Kadang juga chat-chat sama kawan-kawan,” pungkas pasangan Sujendi dan Sri Sulastri tersebut. (dek)