26.7 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Juventus vs Real Madrid: Kutukan Juara Bertahan

Zinedine Zidane

CARDIFF, SUMUTPOS.CO Zinedine Zidane pernah punya mimpi besar pada 15 tahun silam. Mimpi yang dia ucap ketika mampu menjuarai Liga Champions untuk kali pertama. Mimpi yang tak pernah bisa dia gapai bersama Juventus.

”Saya ingin Decima, La Decima, dan Duodecima,” kata Zidane ketika diwawancarai Marca, 2003 silam.

Ya, Zidane sudah membuktikannya. Decima alias gelar Liga Champions kesepuluh Real sudah dia rasakan saat dia jadi asisten Carlo Ancelotti pada 2014 silam. Kemudian, saat dirinya menjadi entrenador Los Blancos – julukan Real – musim lalu, Zidane juga berhasil memberi La Decima (gelar ke-11) bagi Real.

Nah, kini tinggal satu mimpi yang belum diwujudkan Zizou, panggilan akrabnya. Mimpi itu adalah meraih duodecima-nya musim ini. Dan, mimpi itu harus dia tebus dalam laga final di Millenium Stadium, Cardiff menghadapi Juventus dini hari nanti WIB (Siaran Langsung beIN Sports 1/ SCTV pukul 01.45 WIB).

Masalahnya, untuk mewujudkan duodecima ini tak akan mudah. Sebab, ada jurang besar menganga di depan Zidane untuk bisa merealisasikan mimpinya itu saat ini juga. Usai sukses di percobaan La Decima-nya musim lalu, Zidane rasanya harus menunggu musim depan jika tetap menginginkan Duo Decima.

Jurang itu adalah kutukan juara bertahan Liga Champions. Sejak formatnya berganti jadi Liga Champions pada musim 1992-1993, belum satu pun klub juara bertahan yang bisa back to back juara pada musim selanjutnya. Mentok, klub juara bertahan hanya bisa mengakhiri final di posisi runner up musim berikutnya.

Sedangkan termasuk saat masih bernama European Cup, AC Milan klub terakhir mampu juara back to back pada musim 1988-1989 dan 1989-1990. Zidane pernah berada di posisi yang tidak jauh berbeda dengannya saat ini, dan dia gagal. Zidane gagal membawa Juventus menjadi juara Liga Champions back to back pada musim 1995-1996 dan 1996-1997.

Di final 1996-1997, Zidane ada dalam skuad Juventus yang kalah 1-3 di tangan Borussia  Dortmund. ”Ketika Anda kalah pada laga final, perasaan akan jadi tak karuan. Tapi inilah sepak bola. Saya bisa menerima apa yang sudah diberikan sepak bola untuk saya,” ungkap eks pemain timnas Prancis itu dalam wawancaranya kepada Goal.

Khusus untuk tahun ini, dia tidak ingin petaka dua dekade silam tersebut terulang lagi di Real. ”Yang terpenting sekarang adalah selalu berikan 100 persen. Ini yang selalu kami lakukan sepanjang musim, memberi segalanya, dengan profesionalitas besar dan kami akhirnya bahagia dengan apa yang kami dapat sekarang. Ini final yang lain, dan kami akan lakukan apapun untuk memenanginya,” tambah Zidane.

Zinedine Zidane

CARDIFF, SUMUTPOS.CO Zinedine Zidane pernah punya mimpi besar pada 15 tahun silam. Mimpi yang dia ucap ketika mampu menjuarai Liga Champions untuk kali pertama. Mimpi yang tak pernah bisa dia gapai bersama Juventus.

”Saya ingin Decima, La Decima, dan Duodecima,” kata Zidane ketika diwawancarai Marca, 2003 silam.

Ya, Zidane sudah membuktikannya. Decima alias gelar Liga Champions kesepuluh Real sudah dia rasakan saat dia jadi asisten Carlo Ancelotti pada 2014 silam. Kemudian, saat dirinya menjadi entrenador Los Blancos – julukan Real – musim lalu, Zidane juga berhasil memberi La Decima (gelar ke-11) bagi Real.

Nah, kini tinggal satu mimpi yang belum diwujudkan Zizou, panggilan akrabnya. Mimpi itu adalah meraih duodecima-nya musim ini. Dan, mimpi itu harus dia tebus dalam laga final di Millenium Stadium, Cardiff menghadapi Juventus dini hari nanti WIB (Siaran Langsung beIN Sports 1/ SCTV pukul 01.45 WIB).

Masalahnya, untuk mewujudkan duodecima ini tak akan mudah. Sebab, ada jurang besar menganga di depan Zidane untuk bisa merealisasikan mimpinya itu saat ini juga. Usai sukses di percobaan La Decima-nya musim lalu, Zidane rasanya harus menunggu musim depan jika tetap menginginkan Duo Decima.

Jurang itu adalah kutukan juara bertahan Liga Champions. Sejak formatnya berganti jadi Liga Champions pada musim 1992-1993, belum satu pun klub juara bertahan yang bisa back to back juara pada musim selanjutnya. Mentok, klub juara bertahan hanya bisa mengakhiri final di posisi runner up musim berikutnya.

Sedangkan termasuk saat masih bernama European Cup, AC Milan klub terakhir mampu juara back to back pada musim 1988-1989 dan 1989-1990. Zidane pernah berada di posisi yang tidak jauh berbeda dengannya saat ini, dan dia gagal. Zidane gagal membawa Juventus menjadi juara Liga Champions back to back pada musim 1995-1996 dan 1996-1997.

Di final 1996-1997, Zidane ada dalam skuad Juventus yang kalah 1-3 di tangan Borussia  Dortmund. ”Ketika Anda kalah pada laga final, perasaan akan jadi tak karuan. Tapi inilah sepak bola. Saya bisa menerima apa yang sudah diberikan sepak bola untuk saya,” ungkap eks pemain timnas Prancis itu dalam wawancaranya kepada Goal.

Khusus untuk tahun ini, dia tidak ingin petaka dua dekade silam tersebut terulang lagi di Real. ”Yang terpenting sekarang adalah selalu berikan 100 persen. Ini yang selalu kami lakukan sepanjang musim, memberi segalanya, dengan profesionalitas besar dan kami akhirnya bahagia dengan apa yang kami dapat sekarang. Ini final yang lain, dan kami akan lakukan apapun untuk memenanginya,” tambah Zidane.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/