ASSEN-Jorge Lorenzo yang tengah cedera ternyata tetap mampu tampil oke di MotoGP Belanda. Penampilan Lorenzo di Assen tersebut sedikit banyak membantu Valentino Rossi menjadi kampiun di sana.
Dua hari setelah mengalami kecelakaan yang membuat tulang collarnya patah, Lorenzo ternyata tetap bisa tampil di MotoGP Belanda. Tak sekadar berpartisipasi, juara dunia tahun lalu itu malah bisa menuntaskan balapan di posisi kelima.
Penampilan hebat Lorenzo tersebut diakui Rossi sempat ‘meneror’ dirinya. Tak mau kalah dari pebalap yang tengah cedera, The Doctor terlecut semangatnya untuk terus berada di depan dan akhirnya menjadi juara, menyudahi penantian sejak 2010.
“Saya sempat berpikir, f***k! Jika Lorenzo berada di depan saya dengan tulang collarnya yang patah maka itu akan jadi masalah besar,” sahut Rossi seperti diberitakan Crash.
“Saya sempat melihat di layar besar di pinggir lintasan kalau Lorenzo sudah sangat dekat dengan saya. Kondisi itu membuat saya lebih cepat 0,2 sampai 0,3 detik setiap lapnya,” lanjut rider 33 tahun itu.
Kemenangan di Assen menjadi yang pertama diraih Rossi setelah kali terakhir dia naik podium di MotoGP Malaysia tahun 2010. Selama dua musim di Ducati, Rossi cuma tiga kali naik podium. Meski akhirnya meraih kemenangan, performa Rossi di musim ini belum bisa dibilang stabil. Finis kedua pada seri pembuka di Qatar, dia gagal naik podium di lima balapan berikutnya, termasuk gagal finis di Italia.
“Setelah Qatar, orang-orang bilang, ‘Ahh! Valentino kini muda lagi’. Tapi setelah balapan di Austin mereka bilang, ‘Valentino sudah habis!’ Selalu naik dan turun,” sahut Rossi di Crash.
Terkait performanya itu, Rossi tak menyangkal kalau usia telah banyak mempengaruhi dirinya. Tapi dia menegaskan kalau semangat dan daya juang yang dia punya masih sama seperti beberapa tahun lalu.
“Buat saya, saya selalu ada di level yang sama karena untuk bisa berada di MotoGP Anda harus memberikan segalanya 100% – sebuah akhir pekan yang sempurna: motor, trek dan ban. Saya juga berkendara seperti ini tahun lalu, hanya saja saya 30 detik lebih lambat. Yang bisa saya lakukan hanya 100% konsentrasi, menyiapkan fisik dan mental untuk balapan dan melakukan yang terbaik di setiap balapan,” bilangnya.
“ Levelnya sangat tinggi dari awal sampai akhir. Kecepatannya sudah berubah dibanding saat muda. Jadi saya tidak akan bilang kalau saya akan berada di depan setiap pekan,” pungkasnya. (bbs/jpnn)