25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Masih Ada Bara di Favela

070436_62881_Favela

RIO DE JANEIRO, SUMUTPOS.CO- DI luar bau menyengat kotoran anjing dan jatah makan siang yang mengecewakan, Jordan Phang menganggap perjalanan ke Vidigal, Rio de Janeiro, Rabu siang lalu (2/4) seru dan menyenangkan. Meski untuk mencapai favela yang berada di bukit kembar Morro Dois Irmaos itu Jordan dan rom­bongan semua tim putra plus relawan Street Child World Cup (SCWC) 2014 harus menapaki jalan mendaki hampir satu jam.

“Kaki gempor juga rasanya. Tapi, pemandangan dari sana bagus. Capoeira-nya juga asyik,” ujar Jordan

Di Teater Nos do Morro, Vidigal, semua anggota rombongan memang dijamu pertunjukan capoeira dan tarian jalanan oleh anggota teater yang didirikan 30 tahun silam tersebut. Dari teater itu pula para aktor untuk film terkenal tentang favela yang menyabet banyak penghargaan, Cidade de Deus alias City of God (2002), didapat.

Yang berminat juga bisa bergabung dengan para penari di panggung. Karyono, rekan setim Jordan, memilih menjajal menabuh atabaque, drum tradisional Afro-Brasil untuk mengiringi pertunjukan capoeira. “Pokoknya main tabuh aja,” kata Karyono.

Vidigal yang berada di zona sul alias zona selatan Rio de Janeiro itu pun tidak ubahnya dengan destinasi wisata lain di kota yang biasa dijuluki Cidade Maravilhosa (kota yang menakjubkan) tersebut. Menyenangkan dan aman.

Vidigal, seperti halnya Rocinha yang pernah dikunjungi Jawa Pos bulan lalu, dipasifikasi sejak November 2011. Geng-geng narkotika telah diusir dari sana dan Vidigal pun sepenuhnya sudah berada dalam genggaman UPP (Unidade de Policia Pacificadora), polisi khusus favela. Tapi, itu bukan berarti sudah tidak ada bara di favela. Juga bukan berarti tidak akan ada lagi potensi gangguan keamanan dari kampung-kampung padat nan kumuh yang berserak di bukit-bukit Rio de Janeiro, kota tempat final Piala Dunia 2014 bakal dihelat dan tuan rumah Olimpiade 2016.

Dua hari sebelum Jordan dan Karyono menjalani apa yang mereka sebut sebagai perjalanan yang seru ke Vidigal, pemerintah Negara Bagian Rio de Janeiro mengerahkan 1.180 polisi militer, 180 polisi, dan 250 serdadu Angkatan Laut untuk menduduki Complexo da Mare. Complexo da Mare adalah sekumpulan favela di zona norte alias zona utara Rio de Janeiro. Seluruh aparat tersebut akan tetap bercokol di sana hingga batas waktu yang tidak ditentukan atau hingga kesatuan UPP berhasil dibentuk.

Dua favela terbesar di Complexo da Mare, Nova Holanda dan Parque Uniao, lebih dulu ditaklukkan pada 21 Maret. Dari dua tempat tersebut, 118 orang ditangkap. Termasuk Menor P, salah seorang gembong narkotika. Disita pula 10 pucuk revolver, 33 pistol, 7 senapan, 5 senapan berburu, 2 senapan mesin, dan 18 granat.

Dari daftar sitaan itu saja bisa tergambar betapa besarnya potensi gangguan keamanan yang bisa ditimbulkan geng-geng di favela. Sepanjang 2014 yang baru berumur empat bulan ini, tercatat 19 polisi tewas ditembak, melebihi jumlah korban tewas aparat sepanjang 2013.

Menurut Eduardo Pereira, seorang pemandu tur favela, para penjahat yang mengacau di Rio memang berasal dari favela. Karena itu, pemerintah “memerangi” satu per satu favela untuk dipasifikasi. Apalagi, Piala Dunia 2014 kian di depan mata saat sekitar 600 ribu turis sepak bola dari berbagai negara diperkirakan menyerbu Brasil. (*/c4/ca)

070436_62881_Favela

RIO DE JANEIRO, SUMUTPOS.CO- DI luar bau menyengat kotoran anjing dan jatah makan siang yang mengecewakan, Jordan Phang menganggap perjalanan ke Vidigal, Rio de Janeiro, Rabu siang lalu (2/4) seru dan menyenangkan. Meski untuk mencapai favela yang berada di bukit kembar Morro Dois Irmaos itu Jordan dan rom­bongan semua tim putra plus relawan Street Child World Cup (SCWC) 2014 harus menapaki jalan mendaki hampir satu jam.

“Kaki gempor juga rasanya. Tapi, pemandangan dari sana bagus. Capoeira-nya juga asyik,” ujar Jordan

Di Teater Nos do Morro, Vidigal, semua anggota rombongan memang dijamu pertunjukan capoeira dan tarian jalanan oleh anggota teater yang didirikan 30 tahun silam tersebut. Dari teater itu pula para aktor untuk film terkenal tentang favela yang menyabet banyak penghargaan, Cidade de Deus alias City of God (2002), didapat.

Yang berminat juga bisa bergabung dengan para penari di panggung. Karyono, rekan setim Jordan, memilih menjajal menabuh atabaque, drum tradisional Afro-Brasil untuk mengiringi pertunjukan capoeira. “Pokoknya main tabuh aja,” kata Karyono.

Vidigal yang berada di zona sul alias zona selatan Rio de Janeiro itu pun tidak ubahnya dengan destinasi wisata lain di kota yang biasa dijuluki Cidade Maravilhosa (kota yang menakjubkan) tersebut. Menyenangkan dan aman.

Vidigal, seperti halnya Rocinha yang pernah dikunjungi Jawa Pos bulan lalu, dipasifikasi sejak November 2011. Geng-geng narkotika telah diusir dari sana dan Vidigal pun sepenuhnya sudah berada dalam genggaman UPP (Unidade de Policia Pacificadora), polisi khusus favela. Tapi, itu bukan berarti sudah tidak ada bara di favela. Juga bukan berarti tidak akan ada lagi potensi gangguan keamanan dari kampung-kampung padat nan kumuh yang berserak di bukit-bukit Rio de Janeiro, kota tempat final Piala Dunia 2014 bakal dihelat dan tuan rumah Olimpiade 2016.

Dua hari sebelum Jordan dan Karyono menjalani apa yang mereka sebut sebagai perjalanan yang seru ke Vidigal, pemerintah Negara Bagian Rio de Janeiro mengerahkan 1.180 polisi militer, 180 polisi, dan 250 serdadu Angkatan Laut untuk menduduki Complexo da Mare. Complexo da Mare adalah sekumpulan favela di zona norte alias zona utara Rio de Janeiro. Seluruh aparat tersebut akan tetap bercokol di sana hingga batas waktu yang tidak ditentukan atau hingga kesatuan UPP berhasil dibentuk.

Dua favela terbesar di Complexo da Mare, Nova Holanda dan Parque Uniao, lebih dulu ditaklukkan pada 21 Maret. Dari dua tempat tersebut, 118 orang ditangkap. Termasuk Menor P, salah seorang gembong narkotika. Disita pula 10 pucuk revolver, 33 pistol, 7 senapan, 5 senapan berburu, 2 senapan mesin, dan 18 granat.

Dari daftar sitaan itu saja bisa tergambar betapa besarnya potensi gangguan keamanan yang bisa ditimbulkan geng-geng di favela. Sepanjang 2014 yang baru berumur empat bulan ini, tercatat 19 polisi tewas ditembak, melebihi jumlah korban tewas aparat sepanjang 2013.

Menurut Eduardo Pereira, seorang pemandu tur favela, para penjahat yang mengacau di Rio memang berasal dari favela. Karena itu, pemerintah “memerangi” satu per satu favela untuk dipasifikasi. Apalagi, Piala Dunia 2014 kian di depan mata saat sekitar 600 ribu turis sepak bola dari berbagai negara diperkirakan menyerbu Brasil. (*/c4/ca)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/