SUMUTPOS.CO – Dua raksasa Eropa, Prancis-Jerman akan saling sikut demi tiket semifinal Piala Dunia 2014 Brasil. Siapa yang akan memenangi duel klasik ini? Estadio Maracana akan jadi saksi sejarah.
Jelas, pertarungan dua raksasa Eropa ini tidak hanya soal tiket ke empat besar, tapi lebih dari itu, ini soal gengsi dan harga diri. Les Bleus tengah dalam kondisi terbaik untuk mengembalikan kejayaan mereka setelah Didier Deschamps membangun kembali tim yang sempat hancur lebur di turnamen empat tahun silam.
Siapa sangka, tim yang susah payah merebut tiket ke Brasil dengan kemenangan 3-0 atas Ukraina di leg kedua play-off setelah kalah 2-0 pada pertemuan pertama dengan Ukraina, justru meledak di turnamen sebenarnya. Tiga dari empat partai yang telah dilalui Les Bleus berakhir dengan kemenangan, salah satunya ketika membantai Swiss 5-2 di matchday kedua.
Prancis tak punya masalah berarti selain kabar Raphael Varane yang mengalami dehidrasi setelah pertandingan melawan Nigeria beberapa hari lalu. Karim Benzema tetap jadi andalan Didier Deschamps di lini depan untuk menambah rekening golnya, ditambah Paul Pogba si gelandang muda yang penampilannya selama di Brasil begitu memukau.
Deschamps bahkan menegaskan juara dunia 1998 itu belum mengeluarkan kemampuan terbaik, meski sejauh ini menuai pujian dari berbagai kalangan.
“Ada ruang untuk memperbaiki diri. Tim ini masih sangat muda dan belum matang. Bahkan ketika semua berjalan lancar, selalu ada aspek yang dapat ditingkatkan,” papar Deschamps, seperti dikutip Le Parisiens.
Sebaliknya, Jerman dibilang cepat panas di turnamen. Usai menghantam Portugal empat gol tanpa balas di laga pembuka fase grup, performa skuad Joachim Loew justru menukik, ditahan Ghana 2-2 dan menang 1-0 atas Amerika Serikat. Tim Panser bahkan mengalami kesulitan ketika ditantang ‘anak baru’ Aljazair di babak 16 besar, dengan harus melewati babak perpanjangan waktu untuk menang 2-1.
Tak heran jika kemudian taktik yang diterapkan Loew dihujani kritik, termasuk menempatkan Philipp Lahm sebagai gelandang. Media Jerman sepakat Low seharusnya memposisikan sang kapten sebagai full-back kanan dan tidak menurunkan Mesut Ozil yang dianggap tidak menunjukkan kemampuan terbaik meski ikut menyumbang gol kontra Aljazair. Toh, Low bergeming dengan suara sumbang yang menghampiri timnya.
“Kritik semacam ini tak bisa saya pahami. Saya selalu memiliki kepercayaan tinggi kepada para pemain saya meskipun mereka tidak dalam performa terbaik,” tegasnya.
Tapi, Der Panzer diuntungkan sejarah pertemuan kedua tim di ajang yang sama, dengan mereka dua kali memenangkan duel dari tiga pertemuan, masing-masing pada 8 Juli 1982 dan 25 Juni 1986, meski dari lima pertemuan terakhir di partai persahabatan, Tim Ayam Jantan tetap menguasai hasil dengan tiga kemenangan dan sekali seri. (bbs/smg)