JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Belum juga mengevaluasi kinerja wasit Dodi Setia yang memimpin laga Persebaya Surabaya kontra Madura United di leg kedua babak 8 besar Piala Indonesia, Departemen Wasit PSSI kembali disibukkan dengan protes lainnya. Kali ini giliran PSIS Semarang yang kecewa dengan kinerja wasit Annas Apriliandi.
Annas dinilai tidak bekerja baik ketika memimpin pertandingan PSIS melawan Barito Putera pada 30 Juni di Stadion Moch. Soebroto, Magelang, Jawa Tengah. Terutama ketika membatalkan keputusan penalti untuk tuan rumah di menit 90+3. Padahal, awalnya, wasit asal Jawa Barat tersebut menunjuk titik putih sebelum akhirnya merevisi jadi tendangan bebas saja setelah berdiskusi dengan asisten wasit di pinggir lapangan.
PSIS sudah resmi mengirimkan surat protes. Bukan hanya itu, pihak Mahesa Jenar juga menyisipkan beberapa rekaman video yang menunjukkan, pihaknya seharusnya mendapatkan hadiah penalti.
“Kami optimistis protesnya akan ditanggapi. Nanti pasti ada tim penilai kinerja wasit di laga itu,” tutur Manajer PSIS Setyo Agung Nugroho.
Plt Kepala Departemen Wasit, Efraim Ferdinand menyatakan, pihaknya sudah mendengar adanya protes tersebut. Tapi, karena evaluasi atas kinerja wasit akan dilakukan tiap 2 pekan, dia tidak bisa mengatakan kenapa wasit Annas bisa melakukan kesalahan. “Ini baru mau dipanggil. Termasuk wasit Dodi,” ungkapnya.
Dia mengakui, memang pekan ini kinerja wasit banyak menuai protes. Tapi, Efraim menegaskan, hal itu tidak bisa serta-merta jadi patokan, kualitas wasit di Indonesia sangat buruk. “Kalau hanya pekan ini, tidak bisa jadi bahan penilaian. Beberapa pekan sebelumnya, bagaimana? Tidak ada protes kan?” tegasnya.
Dia juga menjelaskan, evaluasi wasit tidak serta-merta hanya dilihat dari kesalahan yang dilakukan. Banyak faktor yang harus dilihat sebelum memutuskan dan memberikan sanksi. “Selain mendengar penjelasan dari yang bersangkutan, kami akan melihat rekaman pertandingan. Kesalahannya di mana, kondisi wasit saat itu bagaimana, fisiknya bagaimana. Jadi intinya, tidak bisa satu kesalahan jadi patokan,” beber Efraim.
Efraim mengungkapkan, PSSI all-out untuk urusan wasit tahun ini. Kalau dinilai kualitasnya menurun, sejauh ini Departemen Wasit PSSI hanya menugaskan 25 wasit dari ratusan yang ada. Ke-25 wasit merupakan hasil seleksi ketat. “Bayangkan kalau kami dianggap tidak serius, yang daftar awalnya 50 kami tekan jadi 25. Itu yang layak, sudah standar kami. Karena kalau tidak lulus, tidak kami panggil,” jelasnya.
Dengan jumlah tersebut, bisa dikatakan, wasit yang bertugas cukup kelelahan. Bayangkan, sejak Januari tahun ini, tidak ada waktu istirahat yang cukup untuk para pengadil lapangan. Kompetisi terus ada. “Mulai Piala Indonesia, Piala Presiden, sampai Liga 1 ini. Jadi, ya, kami pasti akan melakukan evaluasi. Tapi, faktor yang dilihat banyak,” pungkas Efraim. (jpc/saz)