Ranomi Kromowidjojo, Perenang Peraih Medali Emas Belanda Keturunan Indonesia
Prestasi atlet-atlet Indonesia memang jeblok dalam ajang Olimpiade London 2012 ini. Tapi tidak dengan atlet yang berdarah Indonesia. Salah satunya Ranomi Kromowidjojo. Perenang yang membela panji Belanda itu mampu meraih emas dan membukukan rekor di nomor 100 meter gaya bebas.
RANOMI Kromowidjojo. Mendengar nama itu pasti banyak yang mengira bahwa dia adalah atlet dari Indonesia. Padahal, dia merupakan perenang putri andalan Belanda yang baru saja meraih medali emas dan mencatatkan namanya dalam rekor Olimpiade di nomor 100 meter.
Rekor anyar Olimpiade dibukukan oleh perenang berusia 21 tahun ini pada semifinal gaya bebas putri, Rabu lalu (1/8). Dalam perlombaan itu catatan waktunya mencapai 53,00 detik. Sedangkan dalam babak final Kamis kemarin (2/8) Ranomi melengkapinya dengan torehan emas.
Darah Indonesia mengalir dari atlet yang sekarang menjadi favorit baru Negeri Kincir Angin itu. Garis keturunan Indonesia itu diperoleh Ranomi dari kakek neneknya. Sedangkan ayahnya berasal dari Suriname yang notebene masih banyak dihuni warga keturunan Jawa. Itulah yang membuat nama belakangnya kental dengan nuansa Jawa. Namun dia lahir dan besar di Belanda.
Satu emas tersebut menambah jumlah koleksinya menjadi dua medali di Olimpiade ini. Satu perak sebelumnya sudah dia kantongi. Sempat keteteran di putaran pertama, Ranomi menyentuh finish pertama di putaran terakhir. Hebatnya, dia mengalahkan juara dunia asal Belarus Aliaksandra Herasimena yang harus puas di posisi kedua.
Meski begitu, Ranomi belum puas dengan pencapaiannya itu. “Justru itu bukan catatan waktu terbaikku. Jujur aku belum puas dengan catatan waktuku itu. Tapi, yang aku pikir sekarang aku meraih medali emas dan aku sekarang juara Olimpiade,” ucap Ranomi dikutip dari AFP. Catatan waktu terbaiknya didapat di Eindhoven, April lalu dengan 52,75 detik.
Gadis kelahiran Sauwerd itu sudah dua kali membela tim renang Belanda dalam ajang Olimpiade. Dia memulai debutnya di ajang Olimpiade Beijing 2008 dengan mengoleksi satu medali emas dari nomor 4×100 gaya bebas. Emas ini menjadi yang kedua sepanjang karirnya di Olimpiade.
Berstatus sebagai perenang favorit peraih medali, tiga medali emas menjadi target yang harus disumbangkannya bagi Belanda. Hal itu tentu saja mendatangkan tekanan berat baginya. “Hanya, aku mencoba untuk tenang menanggapi tekanan tersebut. Satu medali sudah aku dapatkan, sekarang aku fokus untuk medali berikutnya,” koar dia.
Walaupun persaingan di arena akuatik Olimpiade masih belum berakhir, nama Ranomi mulai disejajarkan dengan legenda Belanda. Terlebih dengan gelar sebagai perenang putri tercepat yang pernah disandang duo sprinter legendaris Belanda, Hendrika Mastenbroek dan Inge de Bruijn. Sekedar diketahui, Ranomi mengidolakan Inge sebagai panutannya.
Rangkaian prestasi gemilang yang didapat gadis bertinggi badan 178 cm ini bukannya tanpa rintangan. Dilansir dari Reuters, dua tahun silam dia pernah didiagnosa menderita meningitis. Penyakit yang bisa saja memupuskan ambisinya berprestasi di kolam renang. Untungnya, tiga bulan setelahnya dia bisa pulih kembali.
Hasilnya, kurang dari dua tahun dia bisa membuktikannya di London ini. “Itu bukanlah hal yang bisa membuatku berkecil hati. Malahan sebaliknya, itu semakin memacuku untuk lebih kuat lagi. Namun, semua ini bukanlah permasalahan besar yang mengganjalku menuju pentas Olimpiade ini,” jelas Ranomi. (ren/jpnn)