MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pegulat Kota Medan menjadi tumpuan Sumatera Utara pada Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Gulat di Pardede Hall, 28 November hingga 1 Desember 2022. Terbukti, atlet Kota Medan berhasil menyumbangkan dua perak dan empat perunggu bagi kontingen Sumatera Utara.
Dua medali perak diraih Dewi Sartika Nasution dari kelas 50 kg gaya bebas putri dan Praditya dari kelas 63 kg gaya greco putra. Medali perunggu disumbangkan Tuahman Purba di kelas 55 kg greco putra, Faulina Deva Sitorus di kelas 55 kg bebas putri, Putri Septia di kelas 57 kg bebas putri, dan Belinda Manalu di kelas 62 kg bebas putri.
Sumbangan dari pegulat Kota Medan tersebut sangat membantu Kontingen Sumut. Secara keseluruhan Sumut meraih 3 perak dan 11 perunggu pada Kejurnas Puan Maharani Cup tersebut.
Ketua PGSI Kota Medan Mengasi Simangunsong mengaku cukup puas dengan raihan pegulat Kota Medan pada kejurnas kali ini. Apalagi dengan persiapan mendadak dan sarana belum memadai, pegulat Medan jadi tulang punggung Sumut di kejurnas kali ini.
“Secara keseluruhan kita cukup bangga dengan raihan atlet Kota Medan tersebut. Persiapan kita menghadapi kejurnas kali ini sebenarnya tidak ada. Kemudian sarana juga seadaanya, tapi bisa meraih medali,” ujar Mangasi Simangunsong kepada Sumut Pos, Senin (5/12).
Mangasi mengakui hasil Kejurnas 2022 ini bisa menjadi pelajaran bagi gulat Sumut. Dia menilai gulat Sumut sudah tertinggal jauh dari pesaingnya, khususnya Kalimantan Timur dan Jawa Timur. Kekuatan gulat Sumut pada kejurnas ini dinilai hanya pas-pasan saja.
“Kita sudah tertinggal jauh. Ini bisa dilihat dari hasil kejurnas ini. Mereka sepertinya sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari, sementara kita masih rencana persiapan pada awal 2023 mendatang,” ungkap Mangasi.
Mangasi berharap agar hasil kejurnas kali ini menjadi titik kebangkitan gulat Sumut. Pengurus diharapkan lebih aktif dan memperhatian atlet. Mangasi mengakui asupan gizi untuk atlet Sumut masih sangat kurang.
“Gulat ini merupakan olahraga yang membutuhkan tenaga, jadi perlu asupan gizi cukup. Saya melihat gizi atlet kita yang bertanding ke kejurnas kemarin masih kurang,” ungkapnya.
Selain itu, Mangasi menilai sarana latihan gulat di Sumut masih memprihatinkan. Selama ini rata-rata pegulat Sumut latihan di atas satu matras. Sedangkan di daerah lain sudah menggunakan tiga matras lengkap dengan fasilitas fitness.
“Bakal berbeda hasilnya jika latihan dengan satu matras dibanding tiga matras. Apalagi kalau fasilitas fitnes lebih lengkap. Fasilitas kita selama ini masih belum cukup,” tegasnya.
Mangasi juga mengungkapkan masalah dispensasi atlet. Banyak pegulat Sumut tertanggu latihan karena tidak mendapat dispensasi dari sekolah maupun tempat kerja. Hasilnya, latihan mereka tidak maksimal.
“Masalah dispensasi kuliah dan kerja saja sampai sekarang belum terselesaikan. Bagaimana atlet bisa meraih prestasi jika latihan tertanggu dan tidak konsentrasi. Mereka takut dipecat dari kantor atau dikeluarkan dari perkuliahan. Ini harus menjadi perhatian ke depan,” tegasnya.
Mangasi mendukung jika PGSI Sumut mendatangkan pelatih luar negeri untuk menangani atlet yang dipersiapkan ke PON 2024. Namun pelatih tersebut harus benar-benar berkualitas dan bisa memberikan ilmu kepada pelatih lokal.
“Saya lebih setuju mendatangkan pelatih asing. Tapi dari semua itu, gizi atlet kita harus diperbaiki. Sulit bereprestasi jika kekurangan gizi,” pungkasnya. (dek)