28 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Djokovic Ingin jadi Mahasiswa

Sejak lama Novak Djokovic mulai berpikir akan kehidupannya di luar lapangan tenis, terutama soal pendidikan. Djokovic mengaku tak punya banyak waktu untuk sekolah dan punya mimpi untuk jadi seorang mahasiswa.

SEJAK kecil ketika masih tinggal di Serbia (dulu Yugoslavia), kondisi perang Balkan yang berkecamuk kala itu membuatnya kerap tertinggal pelajaran sekolah. Pendidikan tertingginya hanya mengecam bangku sekolah menengah atas (SMA) dan sejak menjadi petenis, Djokovic belum pernah lagi menimba ilmu tambahan.

“Seperti lazimnya anak-anak di Serbia dan mungkin seluruh dunia pada generasi saya, saya pun tak mengenyam pendidikan yang layak. Saya tak ke sekolah setiap hari. Saat SMA, saya sering bolak-balik tiga tahun sekali hanya untuk ujian,” beber Djokovic, sebagaimana disadur BangaloreMirror, Kamis (11/10).
“Saya tak pernah sempat masuk universitas. Jika saya boleh bilang, berkuliah adalah satu permintaan saya dalam hidup. Saya ingin masuk universitas karena saya senang akan pendidikan dan menjadi bagian komunitas akademika. Berkuliah adalah salah satu periode menyenangkan dalam hidup seseorang,” tambahnya.

Djokovic yang kini punya kediaman mewah di Monte Carlo, Monaco ini, meski tak sempat merasakan bangku kuliah tapi tetap menguasai beberapa bahasa dengan fasih. Sebut saja bahasa Inggris, Jerman dan Italia, selain bahasa Serbia sebagai bahasa Ibu.

“Saya rasa, anda tak bisa mempelajarinya (multi-bahasa). Biasanya hal itu terjadi begitu saja. Kedua saudara saya bisa berbicara dengan beberapa bahasa. Kemampuan khusus itu sepertinya memang sudah mendarah-daging di keluarga kami,” lanjut si empunya julukan The Djoker itu.

“Hal yang bagus dari sistem sekolah Serbia sekarang ini adalah anda harus bisa mempelajari dua bahasa sejak sekolah dasar. Bahasa Inggris salah satu yang diwajibkan dan yang kedua, anda bisa memilihnya. Saat SMA, saya memilih bahasa Jerman,” katanya lagi.Terakhir, Djokovic sedikit mengeluhkan jadwal turnamen-turnamen yang dianggapnya banyak memakan waktu. Sahabat kental petenis Ana Ivanovic ini berkesah karena acap tak punya waktu untuk meneruskan pendidikannya atau sekedar berlibur ke tempat yang diimpikan.

“Well, banyak tuntutan dalam tenis. Memang sepertinya hal yang kejam saat anda tak punya banyak waktu untuk melakukan hal yang anda inginkan. Atau pergi ke tempat yang ingin anda kunjungi. Atau mungkin jika anda ingin menjalani pengalaman baru dan mempelajari sesuatu yang baru,” pungkas Djokovic. (bbs/jpnn)

Sejak lama Novak Djokovic mulai berpikir akan kehidupannya di luar lapangan tenis, terutama soal pendidikan. Djokovic mengaku tak punya banyak waktu untuk sekolah dan punya mimpi untuk jadi seorang mahasiswa.

SEJAK kecil ketika masih tinggal di Serbia (dulu Yugoslavia), kondisi perang Balkan yang berkecamuk kala itu membuatnya kerap tertinggal pelajaran sekolah. Pendidikan tertingginya hanya mengecam bangku sekolah menengah atas (SMA) dan sejak menjadi petenis, Djokovic belum pernah lagi menimba ilmu tambahan.

“Seperti lazimnya anak-anak di Serbia dan mungkin seluruh dunia pada generasi saya, saya pun tak mengenyam pendidikan yang layak. Saya tak ke sekolah setiap hari. Saat SMA, saya sering bolak-balik tiga tahun sekali hanya untuk ujian,” beber Djokovic, sebagaimana disadur BangaloreMirror, Kamis (11/10).
“Saya tak pernah sempat masuk universitas. Jika saya boleh bilang, berkuliah adalah satu permintaan saya dalam hidup. Saya ingin masuk universitas karena saya senang akan pendidikan dan menjadi bagian komunitas akademika. Berkuliah adalah salah satu periode menyenangkan dalam hidup seseorang,” tambahnya.

Djokovic yang kini punya kediaman mewah di Monte Carlo, Monaco ini, meski tak sempat merasakan bangku kuliah tapi tetap menguasai beberapa bahasa dengan fasih. Sebut saja bahasa Inggris, Jerman dan Italia, selain bahasa Serbia sebagai bahasa Ibu.

“Saya rasa, anda tak bisa mempelajarinya (multi-bahasa). Biasanya hal itu terjadi begitu saja. Kedua saudara saya bisa berbicara dengan beberapa bahasa. Kemampuan khusus itu sepertinya memang sudah mendarah-daging di keluarga kami,” lanjut si empunya julukan The Djoker itu.

“Hal yang bagus dari sistem sekolah Serbia sekarang ini adalah anda harus bisa mempelajari dua bahasa sejak sekolah dasar. Bahasa Inggris salah satu yang diwajibkan dan yang kedua, anda bisa memilihnya. Saat SMA, saya memilih bahasa Jerman,” katanya lagi.Terakhir, Djokovic sedikit mengeluhkan jadwal turnamen-turnamen yang dianggapnya banyak memakan waktu. Sahabat kental petenis Ana Ivanovic ini berkesah karena acap tak punya waktu untuk meneruskan pendidikannya atau sekedar berlibur ke tempat yang diimpikan.

“Well, banyak tuntutan dalam tenis. Memang sepertinya hal yang kejam saat anda tak punya banyak waktu untuk melakukan hal yang anda inginkan. Atau pergi ke tempat yang ingin anda kunjungi. Atau mungkin jika anda ingin menjalani pengalaman baru dan mempelajari sesuatu yang baru,” pungkas Djokovic. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/