Sejarah baru ditorehkan klub sepatu roda, Medan Inline Skate (MIS). Mereka memastikan gelar juara umum pada Kejuaraan nasional (Kejurnas) Piala Menpora 2018 di Bantul, Yogyakarta, 3-4 Agustus 2018 lalu. Prestasi yang pertama kali tercipta sejak tahun 1985.
“Sejak saya menjadi atlet dari tahun 1985, Sumut atau khususnya Kota Medan belum pernah sekalipun merebut gelar juara umum seperti Ini,” ungkap pelatih MIS Doli Dalimunthe di sela acara merayakan prestasi itu selepas memimpin atletnya berlatih di Lintasan Sepaturoda Cadika, Minggu (12/8) .
Hasil ini semakin membuktikan jika pembinaan atlet yang dilakukan MIS berjalan sesuai jalur. Hal itu semakin menambah rasa optimismenya atas perjalanan MIS ke depannya. “Dari tahun 1985 tidak ada satu pun klub yang berhasil tapi MIS berhasil membuktikan kalau pembinaan kita sudah berjalan sangat baik,” tegas Doli.
Sementara, Wakil Ketua MIS Agus Kuncoro menjelaskan karena banyaknya jumlah peserta membuat gelar juara umum yakni dengan torehan 17 medali yakni 9 medali emas, enam perak, dan 2 perunggu baru beberapa hari lalu dirilis oleh panitia. “Versi data dari kita sudah ada cuma rilis dari panitia yang kita tunggu. Jadi kelas Liga II 2B juara umum baik di kategori standart maupun speed itu klub MIS yang juara umumnya,” tegas Agus.
17 medali yang ditorehkan atlet MIS yakni Kategori Speed Junior atas nama Athira Filza Isa (2 emas), Khansa Nayra Qatrinnada (1 emas, 1 perak), Faza Anindya (2 emas), dan Rafa Anindya (1 perak).
Di kategori Standart masing-masing Shafa Aqilah (2 emas), Radisty Aqilla Medina (2 emas), M Rendy Pratama (1 perak), M Rasya Rafif (1 perunggu), Nurfaizah Mutiara Ramadhani Ginting (2 perak), dan Nur’aziizah Aliya Permata Ginting (1 perak, 1 perunggu).
Lebih lanjut kata Agus, atlet-atlet senior MIS sudah bisa selevel dengan atlet nasional PON. Hal itu dilihat dari catatan waktunya di Kejurnas Piala Menpora 2018 itu. Diketahui, Liga 2B meliputi Sumatera, Banten, Jambi, Palembang, Kalimantan Barat, dan Papua.
Sementara Liga 2A itu DKI Jakarta, Jateng, Jabar, Yogyakarta, dan Kalimantan Timur. “Faktanya kita lihat dari catatan waktu dan itu tidak bisa dimanupulasi karena sekarang sudah ada transponder, sebuah alat ukur yang memiliki akurasi tinggi,” tandasnya. (don)