25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

AS MONACO VS MAN CITY: Awas Comeback

Foto: Kombinasi/Sumut Pos
Pelatih AS Monaco, Leonardo Jardim (kiri), dan pelatih Man City, Josep Guardiola (kanan).

MONACO, SUMUTPOS.CO – Sukses comeback Barcelona atas Paris Saint-Germain (PSG) sepekan lalu jadi cerita di Eropa. Namun, Stade Louis II juga punya cerita tentang comeback historis AS Monaco di Liga Champions. Tepatnya pada perempat final Liga Champions musim 2003-2004 silam.

Melawan Real Madrid, Monaco kalah 2-4 saat leg pertama di Santiago Bernabeu, Madrid. Nah, di leg kedua Monaco membalasnya dengan menang 3-1. Monaco pun bisa lolos dengan keunggulan gol tandang. Setelah 13 tahun sejarah berlalu, bisakah Monaco memburu deja vu dini hari nanti WIB?

Tepatnya saat menjamu Manchester City pada laga leg kedua babak 16 Besar Liga Champions. Meski sama-sama defisit dua gol, Monaco punya tabungan tiga gol tandang. ”Saya berharap bisa kembali 100 persen melawan City, dan membantu tim ini untuk bisa lolos,” koar striker Monaco Radamel Falcao Garcia dalam situs resmi klub.

Di Etihad, kapten Monaco itu mencetak dua gol. El Tigre – julukan Falcao – yang baru pulih dari cedera pinggang itu diharap bisa meledak kembali. Dengan tertinggal 3-5 maka Monaco harus menang 2-0, 3-1, atau 4-2. Bisakah itu? Modal dua gol per laga saat bermain di kandang selama Liga Champions ini jadi senjata Monaco.

Apalagi, pertahanan City juga bobrok di laga tandang. Rata-rata kebobolan City di angka 2,6 gol per laga! ”Kami masih yakin bisa melakukannya (comeback dari skor 3-5), karena di sepak bola apapun bisa terjadi. Kami akan bertarung untuk melaluinya,” imbuh pemain yang pernah jadi pinjaman di Manchester United dan Chelsea itu.

Sekalipun punya imej sebagai salah satu klub tertajam di lima liga top Eropa, klub berjuluk Les Rouge et Blanc itu kurang kokoh saat bertahan. Di Liga Champions ini saja mereka sudah kebobolan 10 gol dari tujuh laga. Kelemahan itu muncul dari formasi 4-4-2 yang diaplikasikan Jardim.

Dengan formasi itu, dua gelandang bertahan Monaco sering kalah saat beradu lari dengan gelandang lawan. Dua fullback-nya pun terlalu attacking minded. Itu yang dapat berakibat kurang terproteksinya area di depan kotak penalti Monaco. Celah itu yang bisa dimanfaatkan City.

Foto: Kombinasi/Sumut Pos
Pelatih AS Monaco, Leonardo Jardim (kiri), dan pelatih Man City, Josep Guardiola (kanan).

MONACO, SUMUTPOS.CO – Sukses comeback Barcelona atas Paris Saint-Germain (PSG) sepekan lalu jadi cerita di Eropa. Namun, Stade Louis II juga punya cerita tentang comeback historis AS Monaco di Liga Champions. Tepatnya pada perempat final Liga Champions musim 2003-2004 silam.

Melawan Real Madrid, Monaco kalah 2-4 saat leg pertama di Santiago Bernabeu, Madrid. Nah, di leg kedua Monaco membalasnya dengan menang 3-1. Monaco pun bisa lolos dengan keunggulan gol tandang. Setelah 13 tahun sejarah berlalu, bisakah Monaco memburu deja vu dini hari nanti WIB?

Tepatnya saat menjamu Manchester City pada laga leg kedua babak 16 Besar Liga Champions. Meski sama-sama defisit dua gol, Monaco punya tabungan tiga gol tandang. ”Saya berharap bisa kembali 100 persen melawan City, dan membantu tim ini untuk bisa lolos,” koar striker Monaco Radamel Falcao Garcia dalam situs resmi klub.

Di Etihad, kapten Monaco itu mencetak dua gol. El Tigre – julukan Falcao – yang baru pulih dari cedera pinggang itu diharap bisa meledak kembali. Dengan tertinggal 3-5 maka Monaco harus menang 2-0, 3-1, atau 4-2. Bisakah itu? Modal dua gol per laga saat bermain di kandang selama Liga Champions ini jadi senjata Monaco.

Apalagi, pertahanan City juga bobrok di laga tandang. Rata-rata kebobolan City di angka 2,6 gol per laga! ”Kami masih yakin bisa melakukannya (comeback dari skor 3-5), karena di sepak bola apapun bisa terjadi. Kami akan bertarung untuk melaluinya,” imbuh pemain yang pernah jadi pinjaman di Manchester United dan Chelsea itu.

Sekalipun punya imej sebagai salah satu klub tertajam di lima liga top Eropa, klub berjuluk Les Rouge et Blanc itu kurang kokoh saat bertahan. Di Liga Champions ini saja mereka sudah kebobolan 10 gol dari tujuh laga. Kelemahan itu muncul dari formasi 4-4-2 yang diaplikasikan Jardim.

Dengan formasi itu, dua gelandang bertahan Monaco sering kalah saat beradu lari dengan gelandang lawan. Dua fullback-nya pun terlalu attacking minded. Itu yang dapat berakibat kurang terproteksinya area di depan kotak penalti Monaco. Celah itu yang bisa dimanfaatkan City.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/