SUMUTPOS.CO – Prancis akhirnya memastikan gelar juara dunia keduanya. Pada final di Stadion Luzhniki, Moskow, Minggu (15/7), Les Blues menumbangkan Kroasia dengan skor 4-2. Kemenangan ini membuat Prancis memutuskan siklus 20 tahunan selalu muncul juara baru. Siklus telah dimulai sejak 1958 saat Brasil menjadi juara, berlanjut ke 1978 Argentina, dan 1998 Prancis.
 Kemenangan ini membuat pelatih Prancis Didier Deschamp layak disejajaran dengan Franz Beckenbauer dan Rudi Voeller yang berhasil menjadi juara saat menjadi pemain dan pelatih. Selebihnya Deschamp juara saat menjadi kapten tahun 1998.
Duel final berlangsung ketat sejak awal laga. Kroasia mengandalkan komposisi terbaiknya dengan mengandalkan Mario Mandzukic didukung Perisic, Modric dan Rakitic.
Meski baru menjalani final pertamanya, Kroasia tak tampil gentar dengan bermain bertahan. Mereka justru menampilkan permainan terbuka. Melewati 5 menit pertama, Kroasia tampak yang lebih agresif dalam merancang serangan. Pressure yang dilakukan Kroasia mampu sedikit meredam determinasi skuad Prancis yang kuat dalam penguasaan bola.
Namun Prancis membuka keunggulannya menit ke-18. Gol bunuh diri Mario Mandzukic membuat Les Blues bersorak. Berawal dari tendangan bebas Antoine Griezmann, bola yang coba dijangkau Mandzukic untuk diamankan malah masuk ke gawang sendiri dan membuat Subasic, kiper Kroasia mati langkah.
Namun Kroasia tak lantas panik. Mereka meningkatkan agresivitas ke gawang lawan. Hasilnya Kroasia berhasil menyamakan skor 1-1.
 Berawal dari tendangan bebas Luka Modric, Sime Vrsaljko menyundul bola ke kotak penalti. Setelah diterima Mandzukic, bola diteruskan ke Domagoj Vida. Vida lalu memutuskan untuk mengirim bola ke luar tempat Ivan Perisic berada.
Perisic satu kali melakukan gerak tipu yang mengecoh N’Golo Kante sebelum melepaskan tembakan kaki kiri yang tak bisa dihentikan oleh Hugo Lloris.
SUMUTPOS.CO – Prancis akhirnya memastikan gelar juara dunia keduanya. Pada final di Stadion Luzhniki, Moskow, Minggu (15/7), Les Blues menumbangkan Kroasia dengan skor 4-2. Kemenangan ini membuat Prancis memutuskan siklus 20 tahunan selalu muncul juara baru. Siklus telah dimulai sejak 1958 saat Brasil menjadi juara, berlanjut ke 1978 Argentina, dan 1998 Prancis.
 Kemenangan ini membuat pelatih Prancis Didier Deschamp layak disejajaran dengan Franz Beckenbauer dan Rudi Voeller yang berhasil menjadi juara saat menjadi pemain dan pelatih. Selebihnya Deschamp juara saat menjadi kapten tahun 1998.
Duel final berlangsung ketat sejak awal laga. Kroasia mengandalkan komposisi terbaiknya dengan mengandalkan Mario Mandzukic didukung Perisic, Modric dan Rakitic.
Meski baru menjalani final pertamanya, Kroasia tak tampil gentar dengan bermain bertahan. Mereka justru menampilkan permainan terbuka. Melewati 5 menit pertama, Kroasia tampak yang lebih agresif dalam merancang serangan. Pressure yang dilakukan Kroasia mampu sedikit meredam determinasi skuad Prancis yang kuat dalam penguasaan bola.
Namun Prancis membuka keunggulannya menit ke-18. Gol bunuh diri Mario Mandzukic membuat Les Blues bersorak. Berawal dari tendangan bebas Antoine Griezmann, bola yang coba dijangkau Mandzukic untuk diamankan malah masuk ke gawang sendiri dan membuat Subasic, kiper Kroasia mati langkah.
Namun Kroasia tak lantas panik. Mereka meningkatkan agresivitas ke gawang lawan. Hasilnya Kroasia berhasil menyamakan skor 1-1.
 Berawal dari tendangan bebas Luka Modric, Sime Vrsaljko menyundul bola ke kotak penalti. Setelah diterima Mandzukic, bola diteruskan ke Domagoj Vida. Vida lalu memutuskan untuk mengirim bola ke luar tempat Ivan Perisic berada.
Perisic satu kali melakukan gerak tipu yang mengecoh N’Golo Kante sebelum melepaskan tembakan kaki kiri yang tak bisa dihentikan oleh Hugo Lloris.