Hardianus, Rising Star Muba Hangtuah IM Sumsel
Satu lagi pemain muda potensial meramaikan Flexi NBL Indonesia 2011-2012. Dia adalah Hardianus, penggawa Muba Hangtuah IM Sumatera Selatan. Skill dan visi permainannya meningkat pesat dibanding musim lalu. Tekad kuatnya muncul setelah gagal masuk first team DBL Indonesia East Kalimantan Series 2009.
AINUR ROHMAN, Bandung
Puncak permainan Hardianus adalah saat Muba Hangtuah IM Sumatera Selatan menekuk juara preseason tournament CLS Knights Good Day Surabaya 67-61 di GOR C-Tra Arena, Bandung, Senin (12/12).
Pemain 19 tahun itu menjadi motor kemenangan tim. Tampil selama 31 menit 38 detik, Hardianus menyumbang 6 poin bagi Muba.
Hardianus menjadi poros permainan Muba melalui visinya yang baik. Selain itu, dia memiliki ball handling yang mantap. Apalagi, pemuda bertinggi 175 sentimeter adalah pemain kidal. Hal itu membuatnya kreatif membuka serangan lewat passing-passing yang di luar dugaan.
Pelatih Muba Nathaniel Canson dan Manajer Ferri Jufry sepakat bahwa bintang kemenangan atas CLS adalah Hardianus. Dia tidak grogi meskipun harus berhadapan dengan point guard papan atas nasional seperti Dimaz Muharri dan Andrie Ekayana.
Hardianus memang hanya mencetak enam poin dan tujuh rebound. Namun, pemain kelahiran Sangata, Kalimantan Timur itu membukukan lima assist, terbanyak di timnya. Hardianus mencetak lima di antara 13 assist yang dicatat para pemain Muba.
“Saya memang sudah kehilangan handphone, tapi saya mendapatkan Blackberry,” kata Nathaniel Canson. Pernyataan Nath (sapaan akrab Nathaniel Canson) merujuk pada absennya point guard utama Robert Santo Yunarto hingga enam bulan karena cedera. Nah, hadirnya Hardianus membuat Muba sedikit melupakan hilangnya Robert.
“Dia (Hardianus, Red) harus terus bekerja keras untuk memperbaiki diri. Terutama harus lebih ngotot di lapangan. Kalau itu dilakukan, dia bisa menjadi point guard handal Indonesia,” lanjut Nath.
Hardianus sejatinya sudah bermain sejak musim lalu. Namun, dia tidak banyak turun. Hanya beberapa laga di seri I (Surabaya), seri V (Jakarta), dan Championship Series (Surabaya). Selebihnya, Hardianus harus pulang ke kampung halamannya karena menderita penyakit tifus. “Selain itu saya memang belum siap untuk tampil di NBL. Saat ini adalah waktu yang pas,” ujar Hardianus.
Motivasi pemain kelahiran 7 Maret 1992 itu memang sedang tinggi-tingginya. Salah satu pelatuknya adalah kegagalan masuk first team DBL Indonesia East Kalimantan Series pada 2009. Padahal, sekolahnya, yakni SMAN 1 Balikpapan, menang atas SMKN 1 Balikpapan di partai final.
Dari semua anggota tim SMAN 1 Balikpapan, hanya shooting guard Jevon Samuel yang masuk first team dan berhak berangkat ke Surabaya untuk ikut camp.
“Sempat sedih juga nggak kepilih ke Surabaya. Padalah tim saya menjadi pemenang. Tetapi saya tidak ingin jatuh dalam kesedihan, saya mencoba bangkit. Saya malah ingin membuktikan diri bahwa saya mampu,” ujar Hardianus.
Anak pertama dari empat bersaudara itu lalu mencoba peruntungan di Jakarta. Dia ikut berlatih di Satria Muda (SM) Britama. Nyaris dikontrak delapan tahun oleh SM, namun Hardianus menolak karena terlalu lama. Pada saat yang sama, Muba Hangtuah tertarik karena Hardianus juga sempat berlatih di tim peringkat tujuh musim lalu itu.
Faisal Julius Achmad, point guard utama SM, menyarankan Hardianus untuk ke Muba dulu. Menurut Faisal, yang membentuk dirinya sematang sekarang adalah Nath. “Akhirnya saya menerima tawaran tiga tahun kontrak dari Muba. Apalagi teman-teman di tim ini memberikan dukungan sangat besar,” katanya.
Absennya Robert Santo Yuanrto bagaikan blessing in disguise bagi Hardianus. Dia sama sekali tidak takut untuk menggantikan posisi seniornya tersebut sebagai playmaker “Dengan minute play yang banyak, saya yakin kemampuan akan meningkat pesat. Akan banyak pengalaman yang saya dapat,” paparnya.
“Hardianus bertekad akan membantu Muba untuk masuk empat besar musim ini. “Itu target tim sih. Kalau konsisten, kami semua yakin target itu bisa tercapai,” ucapnya. (*/ca/jpnn)