DOHA, SUMUTPOS.CO – Pergelaran Piala Dunia Qatar masih sangat lama, yakni delapan tahun jika dihitung dari sekarang setelah Piala Dunia 2018 Rusia. Hanya saja, mulai berhembus kabar yang tidak sedap tentang proses pemilihannya.
Hal itu dipicu oleh pemberitaan koran ternama Inggris Sunday Times yang mengatakan bahwa seorang pejabat di lingkungan konfederasi sepakbola Qatar telah melakukan sejumlah pembayaran untuk memenangkan Qatar sebagai host Piala Dunia 2022.
Pemberitaan tersebut diperkuat pula oleh “jutaan dokumen” yang menunjukkan bukti pembayaran kepada anggota komite eksekutif FIFA Mohamed Bin Hammamm. Hammamm sendiri akhirnya dihukum untuk berkecimpung di sepakbola seumur hidup menyusul ulahnya yang berusaha menyuap konfederai Karibia untuk memilihnya sebagai presiden FIFA pada 2012 silam.
Tim sukses Qatar itu langsung membantah tuduhan yang dialamtkan kepada negeri Petro Dollar tersebut. “Tuduhan ini sama sekali tak berdasar. Serta berusaha untuk menjatuhkan reputasi panitia Qatar 2022,” tulis timses tersebut seperti dilansir Reuters Minggu (15/6).
Timses tersebut memang mengakui bahwa Hammamm pernah menjalin “hubungan” dengan Qatar. Namun, mereka menyanggah bahwa Hammamm langsung melakukan intervensi terkait dengan proses pemilihan tuan rumah.
“Mari kami luruskan. Tuan Bin Hammamm memang berasal dari Qatar. Tetapi, dia bukanlah anggota tim pemenangan Qatar itu sendiri,” sergah panitia pemilihan Qatar tersebut. “Kami tidak perlu menutupi atau menyembunyikan sesuatu. Setiap aspek dalam proses pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018/2022, kami selalu berpatokan pada regulasi serta peraturan FIFA,” lanjutnya.
Mereka menambahkan bahwa tuduhan itu sengaja disodorkan menyusul investigasi yang dilakukan FIFA terhadap proses tender terhadap negara calon tuan rumah. Rusia sendiri menjadi tuan rumah pada 2018.
Michael Garcia, salah satu pengacara Amerika Serikat yang memimpin penyelidikan, mengatakan bahwa dalam minggu ini dia akan segera mempertimbangkan bukti-bukti yang ada di hadapannya sebelum merilis laporan akhir.
Jika korupsi tersebut benar-benar terjadi, maka bisa saja status tuan rumah Qatar dicabut. Atau negeri yang berada di Jazirah Arab itu harus kembali melalui tahapan voting ulang.
“Hal ini (penyelidikan, Red) bukan merupakan upaya untuk menghilangkan kegemilangan proses tender host Piala Dunia 2018/2022. Mereka sebaliknya, berusaha untuk menganggu jalannya penyelidikan yang bersifat independent ini,” demikian pernyataan Garcia.
Qatar memang menjadi sorotan dalam beberapa tahun belakangan ini. Sebab, beberapa kalangan menyatakan heran dengan sikap Presiden FIFA Sepp Blatter yang tetap menunjuk Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.
Salah satu sanggahannya, Qatar yang berpenduduk sekitar dua juta orang itu tidak mempunyai perkembangan iklim sepakbola yang bagus. Selain itu, cuaca yang sangat menyengat disana (104 derajat Fahrenheit atau hampir 40 derajat Celcius) diprediksi akan semakin menyiksa para pemain. Terutama negara-negara di iklim subtropis seperti Eropa ataupun Amerika Utara.
Tetapi, berbagai macam komentar miring tersebut langsung dibantah dengan sengit oleh Qatar. “Kami mengembangkan teknologi pendingin untuk mengatasi iklim yang cukup panas di Timur Tengah,” ujarnya.
Selain itu, mereka juga menambahkan bahwa mereka akan meningkatkan taraf hidup para pekerja melalui kenaikkan gaji para pekerja supaya segala infrastruktur untuk medukung pelaksanaan Piala Dunia dapat segera dibangun.
“Kami telah memulai pembangunan tiga stadion pada akhir tahun ini. Dua lagi akan segera menyusul tahun depan,” papar konfederasi. Tidak hanya itu, mereka juga menganggarkan anggaran super jumbo, yaitu 23 Miliar Dollar AS untuk membangun segera sarana-prasarana yang diperlukan guna menunjang kelancaran perhelatan Piala Dunia. (apu)