30 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Manalu Juara Dunia Sanda Pertama dari Indonesia

foto: istimewa Moria Manalu meraih gelar juara dunia pada Kejuaraan Dunia Sanda 2014 di
foto: istimewa
Moria Manalu meraih gelar juara dunia pada Kejuaraan Dunia Sanda 2014 di Jakarta

JAKARTA, SUMUTPOS.CO- Pesanda Indonesia berdarah Batak Moria Manalu berhasil menjadi juara dunia. Gadis kelahiran Tapanuli, 30 September 1987 itu menjadi juara kelas 65 kg putri usai mengalahkan Maryam Hashemiforouddari Iran dengsn kor 2-1 pada Kejuaraan Dunia Sanda 2014 di Istora Senayan Gelora Bung Karno Jakarta, Jumat (21/11).

Moria yang baru kali ini bertarung di kelas 65 kg mengungkapkan, kunci kemenangannya ialah strategi bertarung yang sukses dieksekusinya. Melihat postur dan jangkauan Hashemiforoud yang lebih tinggi, Moria diintruksikan oleh pelatih asal Tiongkok, Liu Zhen untuk menangkal tendangan akurat Hashemiforoud dengan maju memasukkan pukulan.

“Saya bersyukur kepada Tuhan karena saya tau lawan mainnya bagus dan jangkauannya lebih panjang.  Tapi saya bertarung dengen kepercayaan diri tinggi karena sudah mempelajari permainan dia ketika melawan Anbar di pagi hari,” kata pesanda yang telah pindah ke DKI Jakarta tersebut.

Keberhasilan ini membuat Moria mencatatkan sejarah sebagai orang Indonesia pertama yang meraih medali emas pada Kejuaraan Dunia Sanda. “Kita sangat bangga dengan prestasi Moria Manalu itu. Keberhasilan ini membuat sanda Indonesia mulai diperhitungkan seperi nomor taolu  yang tahun ini menghasilkan juara dunia dari Lindswell Kwok,” ujar Ketua Umum PB WI, Master Supandi Kusuma.

Sayangnya,  atlet sanda Indonesia lainnya, Junita Malau gaagl mengikuti jejak Manalu. Pesanda asal Tanah Karo, Sumatera Utara ini kalah saat menghadapi atlet Vietnam Chinh Nguyen Thi dengan skor 2-0 pada pertandingan final kelas 48 kg putri

Junita Malau tidak bisa mengimbangi permainan Nguyen Thi yang memiliki jangkauan lebih panjang. “Pelatih sudah menginstruksikan agar lebih banyak memasukkan tendangan dan bantingan karena saya kalah jangkauan dari dia (Nguyen Thi). Tapi ternyata dia bermain lebih agresif sehingga saya harus mengimbanginya dengan cepat,” kata Junita. (bbs/dek)

foto: istimewa Moria Manalu meraih gelar juara dunia pada Kejuaraan Dunia Sanda 2014 di
foto: istimewa
Moria Manalu meraih gelar juara dunia pada Kejuaraan Dunia Sanda 2014 di Jakarta

JAKARTA, SUMUTPOS.CO- Pesanda Indonesia berdarah Batak Moria Manalu berhasil menjadi juara dunia. Gadis kelahiran Tapanuli, 30 September 1987 itu menjadi juara kelas 65 kg putri usai mengalahkan Maryam Hashemiforouddari Iran dengsn kor 2-1 pada Kejuaraan Dunia Sanda 2014 di Istora Senayan Gelora Bung Karno Jakarta, Jumat (21/11).

Moria yang baru kali ini bertarung di kelas 65 kg mengungkapkan, kunci kemenangannya ialah strategi bertarung yang sukses dieksekusinya. Melihat postur dan jangkauan Hashemiforoud yang lebih tinggi, Moria diintruksikan oleh pelatih asal Tiongkok, Liu Zhen untuk menangkal tendangan akurat Hashemiforoud dengan maju memasukkan pukulan.

“Saya bersyukur kepada Tuhan karena saya tau lawan mainnya bagus dan jangkauannya lebih panjang.  Tapi saya bertarung dengen kepercayaan diri tinggi karena sudah mempelajari permainan dia ketika melawan Anbar di pagi hari,” kata pesanda yang telah pindah ke DKI Jakarta tersebut.

Keberhasilan ini membuat Moria mencatatkan sejarah sebagai orang Indonesia pertama yang meraih medali emas pada Kejuaraan Dunia Sanda. “Kita sangat bangga dengan prestasi Moria Manalu itu. Keberhasilan ini membuat sanda Indonesia mulai diperhitungkan seperi nomor taolu  yang tahun ini menghasilkan juara dunia dari Lindswell Kwok,” ujar Ketua Umum PB WI, Master Supandi Kusuma.

Sayangnya,  atlet sanda Indonesia lainnya, Junita Malau gaagl mengikuti jejak Manalu. Pesanda asal Tanah Karo, Sumatera Utara ini kalah saat menghadapi atlet Vietnam Chinh Nguyen Thi dengan skor 2-0 pada pertandingan final kelas 48 kg putri

Junita Malau tidak bisa mengimbangi permainan Nguyen Thi yang memiliki jangkauan lebih panjang. “Pelatih sudah menginstruksikan agar lebih banyak memasukkan tendangan dan bantingan karena saya kalah jangkauan dari dia (Nguyen Thi). Tapi ternyata dia bermain lebih agresif sehingga saya harus mengimbanginya dengan cepat,” kata Junita. (bbs/dek)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/