25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pengganti Kian Bertaji

Divock Origi, pemain pengganti berusia 19 tahun yang
Divock Origi, pemain pengganti berusia 19 tahun yang sukses mengantarkan timnya unggul di menit ke 88.

RIO DE JANEIRO, SUMUTPOS.CO – Skuad Belgia menjadi salah satu kuda hitam dalam perhelatan Piala Dunia 2014 Brasil kali ini. Bermaterikan pemain muda bertalenta di beberapa liga elit Eropa menjadi modal tersendiri bagi Marc Wilmots untuk meracik strategi terbaik bagi Vincent Kompany dkk.

Hal tersebut tampaknya terbukti sepanjang dua pertandingan awal mereka di ajang akbar empat tahunan tersebut. Terakhir, Belgia menumbangkan Rusia (1-0) dalam laga yang berlangsung di Estadio do Maracana, Rio de Janeiro kemarin (23/6). Nah, materi pemain yang merata membuat Belgia mampu tampil cukup konsisten setidaknya dalam dua laga terakhirnya.

Kualitas pemain inti dan pengganti yang dimiliki Belgia memberikan warna tersendiri bagi permainan mereka sepanjang turnamen. Bahkan media Eropa sempat memberikan julukan bahwa tim yang berangkat ke Brasil ini merupakan skuad generasi emas Belgia.

Adalah Divock Origi, pemain yang menggantikan Romelu Lukaku pada menit ke-59 itu sukses mengantarkan timnya unggul di menit ke-88″. Pemain yang masih berusia 19 tahun itu melakukan dua kali tendangan mengarah ke gawang yang salah satunya berbuah gol pengantar kemenangan bagi Belgia.

Dua kali kemengan Belgia berasal dari gol krusial pemain pengganti yang sukses menjadi super sub. Sebelumnya, saat Rode Duivels Diables-julukan Belgia-mengalahkan Aljazair, pemain pengganti juga telah membuktikan diri. Saat itu, Marouane Fellaini dan Dries Mertens yang masuk pada paro babak kedua membuat perbedaan dalam tim.

Bahkan, Fellaini yang bermain kurang menonjol di klubnya, Manchester United sepanjang musim lalu tampil trengginas dengan dua golnya. Wilmots menyatakan bahwa setiap pemainnya hartus siap untuk mendapat kesempatan bermain demi memperkuat skuadnya.

“Yang paling penting adalah Belgia dapat mengandalkan pemain yang benar-benar setia. Saya paham bahwa pemain tidak akan senang kalau berada di posisi pemain pengganti,” ucap Wilmots sebagaimana yang dikutip AFP.

Origi, bintang muda, yang bisa saja bermain untuk timnas Kenya itu mendapat kesempatan bermain bagi timnas Belgia setelah cedera tendon Achilles yang menimpa Christian Benteke jelang putaran final Piala Dunia berlangsung. “Jika saja Benteke telah fit, Divock tidak akan pernah berada di sini,” terang Wilmots.

“Tapi aku ingin memulai dengan pemain muda seperti dia. Dia pemain cepat dan disiplin,” lanjutnya. Seakan bakal memberikan jawaban atas kepercayaan Wilmots padanya, Origi pun tuntas menjawab dengan sebiji gol. “Saya harap telah membayar kepercayaan pelatih setelah menunjuk saya untuk main,” timpal Origi.

“Menjadi momen yang sangat istimewa bagi saya bisa mencetak gol di sini di Maracana, demikian pula bagi keluarga saya yang berada di tribun,” terangnya.

Setelah sukses menunjukkan kemampuannya di depan 72 ribu penonton di Maracana, Origi pun berharap bisa bermain dilaga terakhir timnya kontra Korea Selatan Jumat (27/6) mendatang. “Saya hanya mencoba untuk tetap tenang, dan menikmati permainan saya, serta apa yang yang saya lakukan,” tegasnya. (nap)

Divock Origi, pemain pengganti berusia 19 tahun yang
Divock Origi, pemain pengganti berusia 19 tahun yang sukses mengantarkan timnya unggul di menit ke 88.

RIO DE JANEIRO, SUMUTPOS.CO – Skuad Belgia menjadi salah satu kuda hitam dalam perhelatan Piala Dunia 2014 Brasil kali ini. Bermaterikan pemain muda bertalenta di beberapa liga elit Eropa menjadi modal tersendiri bagi Marc Wilmots untuk meracik strategi terbaik bagi Vincent Kompany dkk.

Hal tersebut tampaknya terbukti sepanjang dua pertandingan awal mereka di ajang akbar empat tahunan tersebut. Terakhir, Belgia menumbangkan Rusia (1-0) dalam laga yang berlangsung di Estadio do Maracana, Rio de Janeiro kemarin (23/6). Nah, materi pemain yang merata membuat Belgia mampu tampil cukup konsisten setidaknya dalam dua laga terakhirnya.

Kualitas pemain inti dan pengganti yang dimiliki Belgia memberikan warna tersendiri bagi permainan mereka sepanjang turnamen. Bahkan media Eropa sempat memberikan julukan bahwa tim yang berangkat ke Brasil ini merupakan skuad generasi emas Belgia.

Adalah Divock Origi, pemain yang menggantikan Romelu Lukaku pada menit ke-59 itu sukses mengantarkan timnya unggul di menit ke-88″. Pemain yang masih berusia 19 tahun itu melakukan dua kali tendangan mengarah ke gawang yang salah satunya berbuah gol pengantar kemenangan bagi Belgia.

Dua kali kemengan Belgia berasal dari gol krusial pemain pengganti yang sukses menjadi super sub. Sebelumnya, saat Rode Duivels Diables-julukan Belgia-mengalahkan Aljazair, pemain pengganti juga telah membuktikan diri. Saat itu, Marouane Fellaini dan Dries Mertens yang masuk pada paro babak kedua membuat perbedaan dalam tim.

Bahkan, Fellaini yang bermain kurang menonjol di klubnya, Manchester United sepanjang musim lalu tampil trengginas dengan dua golnya. Wilmots menyatakan bahwa setiap pemainnya hartus siap untuk mendapat kesempatan bermain demi memperkuat skuadnya.

“Yang paling penting adalah Belgia dapat mengandalkan pemain yang benar-benar setia. Saya paham bahwa pemain tidak akan senang kalau berada di posisi pemain pengganti,” ucap Wilmots sebagaimana yang dikutip AFP.

Origi, bintang muda, yang bisa saja bermain untuk timnas Kenya itu mendapat kesempatan bermain bagi timnas Belgia setelah cedera tendon Achilles yang menimpa Christian Benteke jelang putaran final Piala Dunia berlangsung. “Jika saja Benteke telah fit, Divock tidak akan pernah berada di sini,” terang Wilmots.

“Tapi aku ingin memulai dengan pemain muda seperti dia. Dia pemain cepat dan disiplin,” lanjutnya. Seakan bakal memberikan jawaban atas kepercayaan Wilmots padanya, Origi pun tuntas menjawab dengan sebiji gol. “Saya harap telah membayar kepercayaan pelatih setelah menunjuk saya untuk main,” timpal Origi.

“Menjadi momen yang sangat istimewa bagi saya bisa mencetak gol di sini di Maracana, demikian pula bagi keluarga saya yang berada di tribun,” terangnya.

Setelah sukses menunjukkan kemampuannya di depan 72 ribu penonton di Maracana, Origi pun berharap bisa bermain dilaga terakhir timnya kontra Korea Selatan Jumat (27/6) mendatang. “Saya hanya mencoba untuk tetap tenang, dan menikmati permainan saya, serta apa yang yang saya lakukan,” tegasnya. (nap)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/