25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Deliana Fatmawati, Wasit FIFA Perempuan Satu-satunya Indonesia

Deliana Fatmawati

Deliana Fatmawati berupaya keras menyembuhkan cedera agar bisa melakoni debut sebagai wasit berlisensi FIFA di akhir tahun nanti. Sisi girlie-nya tetap tak ketinggalan ketika memimpin pertandingan.

==============================================================================

ANDRA NUR OKTAVIANI, Bandung

==============================================================================

ENAM bulan sudah Deliana Fatmawati harus menjauh dari lapangan hijau. Dan memendam dalam-dalam dulu keinginan memetik buah perjuangan panjang menjadi wasit FIFA.

Cedera tendon achilles yang dialami Maret lalu jadi penyebab. Memang sudah dioperasi. Namun, proses fisioterapi lanjutan masih harus dijalani perempuan bernama lengkap Deliana Fatmawati Junior Kaban itu sampai sekarang.

”Gara-gara cedera ini, aktivitas olahraga Deli (sapaan Deliana, Red) sangat minim. Badan melar, biasanya 52 kilogram, sekarang 60 kilogram,” kata perempuan kelahiran Medan pada 8 Juli 1988 tersebut, lantas tersenyum.

Padahal, sebenarnya tugas memimpin pertandingan sudah menumpuk. Maklum, Deli termasuk satu di antara enam saja wasit berlisensi FIFA yang dimiliki Indonesia. Dan dia satu-satunya yang perempuan!

Setidaknya dua ajang internasional terlewatkan selama dia cedera. ”Akhir tahun ini juga ada pertandingan internasional di luar negeri. Semoga sudah bisa memimpin,” harapnya saat ditemui di Lapangan Sepak Bola Lodaya, Bandung, Rabu lalu (20/9).

Deli butuh proses panjang dan berliku sebelum akhirnya pergulatannya dengan sepak bola berujung pada lisensi wasit FIFA Januari lalu. Banyak tantangan, juga resistansi. Deli masih ingat betul kekagetan ibunya ketika dirinya meminta izin jadi pesepak bola, apalagi saat memohon restu jadi wasit. ”Mamak bilang ngapain ko jadi wasit. Nanti diprotes dan dimarahi orang,” katanya menirukan ucapan ibunya.

Perempuan berdarah Batak itu pun terpaksa jalan tanpa restu sang mamak. Sebab, dia sudah tak mungkin dipisahkan dari sepak bola. Tidak kurang dari enam tahun dia habiskan untuk meniti jalan menjadi wasit FIFA. Mulai level terbawah nasional C3 pada 2011. Dilanjutkan dengan lisensi C2 setahun kemudian.

Tapi, ganjalan datang. Ketika seluruh tahapan ujian telah diikuti, ternyata ada perubahan kuota wasit perempuan. ”Jadinya Deli batal dapat lisensi itu. Kesal dan marah pastinya,” kenang dia.

Deli pun memutuskan berhenti dulu. Baru setelah bisa melupakan kekecewaan tersebut, pada 2015 dia kembali ikut ujian untuk ambil lisensi C2. Dan berhasil.

Untuk level FIFA, ungkap Deli, tidak dibedakan seleksi bagi laki-laki dan perempuan. Semua harus melalui tahapan dan ujian yang sama. Mulai peraturan pertandingan, ujian fisik, hingga penerapan teori di lapangan. Semua harus dilakoni Deli bersama peserta lain yang didominasi laki-laki. ”Laws of the game sama, visi-misi wasit sama, fisiologinya pun sama,” paparnya.

Deliana Fatmawati

Deliana Fatmawati berupaya keras menyembuhkan cedera agar bisa melakoni debut sebagai wasit berlisensi FIFA di akhir tahun nanti. Sisi girlie-nya tetap tak ketinggalan ketika memimpin pertandingan.

==============================================================================

ANDRA NUR OKTAVIANI, Bandung

==============================================================================

ENAM bulan sudah Deliana Fatmawati harus menjauh dari lapangan hijau. Dan memendam dalam-dalam dulu keinginan memetik buah perjuangan panjang menjadi wasit FIFA.

Cedera tendon achilles yang dialami Maret lalu jadi penyebab. Memang sudah dioperasi. Namun, proses fisioterapi lanjutan masih harus dijalani perempuan bernama lengkap Deliana Fatmawati Junior Kaban itu sampai sekarang.

”Gara-gara cedera ini, aktivitas olahraga Deli (sapaan Deliana, Red) sangat minim. Badan melar, biasanya 52 kilogram, sekarang 60 kilogram,” kata perempuan kelahiran Medan pada 8 Juli 1988 tersebut, lantas tersenyum.

Padahal, sebenarnya tugas memimpin pertandingan sudah menumpuk. Maklum, Deli termasuk satu di antara enam saja wasit berlisensi FIFA yang dimiliki Indonesia. Dan dia satu-satunya yang perempuan!

Setidaknya dua ajang internasional terlewatkan selama dia cedera. ”Akhir tahun ini juga ada pertandingan internasional di luar negeri. Semoga sudah bisa memimpin,” harapnya saat ditemui di Lapangan Sepak Bola Lodaya, Bandung, Rabu lalu (20/9).

Deli butuh proses panjang dan berliku sebelum akhirnya pergulatannya dengan sepak bola berujung pada lisensi wasit FIFA Januari lalu. Banyak tantangan, juga resistansi. Deli masih ingat betul kekagetan ibunya ketika dirinya meminta izin jadi pesepak bola, apalagi saat memohon restu jadi wasit. ”Mamak bilang ngapain ko jadi wasit. Nanti diprotes dan dimarahi orang,” katanya menirukan ucapan ibunya.

Perempuan berdarah Batak itu pun terpaksa jalan tanpa restu sang mamak. Sebab, dia sudah tak mungkin dipisahkan dari sepak bola. Tidak kurang dari enam tahun dia habiskan untuk meniti jalan menjadi wasit FIFA. Mulai level terbawah nasional C3 pada 2011. Dilanjutkan dengan lisensi C2 setahun kemudian.

Tapi, ganjalan datang. Ketika seluruh tahapan ujian telah diikuti, ternyata ada perubahan kuota wasit perempuan. ”Jadinya Deli batal dapat lisensi itu. Kesal dan marah pastinya,” kenang dia.

Deli pun memutuskan berhenti dulu. Baru setelah bisa melupakan kekecewaan tersebut, pada 2015 dia kembali ikut ujian untuk ambil lisensi C2. Dan berhasil.

Untuk level FIFA, ungkap Deli, tidak dibedakan seleksi bagi laki-laki dan perempuan. Semua harus melalui tahapan dan ujian yang sama. Mulai peraturan pertandingan, ujian fisik, hingga penerapan teori di lapangan. Semua harus dilakoni Deli bersama peserta lain yang didominasi laki-laki. ”Laws of the game sama, visi-misi wasit sama, fisiologinya pun sama,” paparnya.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/