SUMUTPOS.CO – Tunisia memang tersingkir dari pentas Piala Dunia 2018. Namun, Wahbi Khazri cs pulang dengan kebanggaan. Bahkan, mereka menorehkan sejarah mengesankan bagi sepak bola mereka.
Pada laga terakhir fase grup G, Tunisia berhasil meraih kemenangan dengan skor 2-1 atas Panama, Jumat (29/6) dini hari WIB. Ini menjadi kemenangan Tunisia di Piala Dunia 2018. Sebelumnya dalam dua laga awal, mereka menelan kekalahan dari Inggris dan Belgia.
Ternyata, itu bukan hanya kemenangan pertama Tunisia di Piala Dunia 2018. Lebih dari itu, Tunisia kembali merasakan kemenangan di Piala Dunia untuk pertama kalinya dalam kurun 40 tahun. Perlu diketahui, terakhir kali sebelum ini, Tunisia meraih kemenangan di Piala Dunia pada 1978. Kala itu, Tunisia menang 3-1 atas Meksiko pada 2 Juni 1978.
Setelah itu, Tunisia tak meraih kemenangan saat lolos di Piala Dunia 1998, 2002, dan 2006. Kemudian, pada dua laga awal Piala Dunia 2018 selalu kalah. Pada akhirnya, kemenangan diraih pada laga pamungkas fase Grup G atas Panama.
“Kami pantas meraih kemenangan. Saat undian, kami memang tak menargetkan muluk dan hanya ingin berada di posisi ketiga. Grup G sangat ketat dan Inggris serta Belgia memang pantas lolos. Tapi, kami pulang dengan bangga karena bisa meraih kemenangan dan ini sudah sangat lama ditunggu rakyat Tunisia,” beber pelatih Timnas Tunisia, Nabil Maaloul.
Sementara Timnas Panama yang menjadi debutan di Piala Dunia 2018 pulang tanpa satu pun poin dari tiga pertandingan. Panama juga jadi tim yang kebobolan paling banyak sementara di sisi lain mencetak gol paling sedikit.
Hanya saja, sang pelatih Hernan Gomez emoh jika status tim terburuk di Piala Dunia 2018 disematkan pada diri mereka. Pria 55 tahun itu menyebut timnya mampu menunjukkan persaingan meski ada jurang kemampuan mendalam dengan tim lainnya. “Sebutan itu menunjukkan kurangnya rasa hormat,” kata Gomez pada seorang jurnalis yang mengajukan pertanyaan itu di konferensi pers seusai Panama ditekuk Tunisia 1-1, seperti dikutip dari Reuters.
“Anda tak seharusnya menyebut kami tim terburuk. Kami adalah tim termuda yang punya tingkat kesukaran tertinggi. Memangnya berapa banyak lapangan yang kami punya? Infrastruktur apa yang kami punya? Lihatlah sejarah negara lain di sini. Anda harus lebih menghormati tim kami,” pungkasnya. (epr/jpc/don)