MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pada Bulan November 2020, PSMS Medan harus kehilangan dua legendanya sekaligus. Tidak hanya ditinggalkan Parlin, PSMS juga berduka ditinggalkan Ricky Yacobi, pada 22 November 2020. Sebagai bentuk penghormatan buat almarhum Ricky Yacobi, manajemen PSMS juga bakal menggelar laga amal sekaligus eksibisi.
“Untuk almarhum Ricky Yacobi pasti juga bakal kita buat (laga amal). Dia mantan pemain PSMS Medan yang juga besar di PSMS ,” kata Manajer PSMS Mulyadi Simatupang kepada wartawan, kemarin.
Mulyadi menjelaskan, Manajemen PSMS masih akan menentukan tanggal pertandingan untuk mengenang Ricky Yacob tersebut. Namun yang pasti, laga amal tersebut juga akan digelar sama seperti biasa dilakukan untuk menghormati para mantan PSMS lainnya. “Sebagai legenda, sangat wajar beliau (Ricky) mendapat penghormatan dari para pemain, mantan dan segenap pelaku sepakbola nasional khususnya PSMS Medan ,” kata Mulyadi.
Ricky adalah legenda asli Medan yang mengharumkan Timnas Indonesia lewat emas SEA Games 1987. Ricky mengawali karirnya dari PSMS Junior dan mempersembahkan Piala Soeratin serta memperkuat PSMS senior.
Mantan striker Timnas Indonesia era 1985-1990 ini mengawali kariernya dari PSMS Junior. Prestasi mentereng pertama ditorehkan Ricky Yacob saat masih berstatus pemain Junior.
Kala berseragam PSMS Junior, ia bersama Eddy Harto, Langkat Sembiring, Juanda (kapten tim), Kiper Benny Van Breukelen, Musimin, Sutrisno, Taufik Azhari, Azhari Rangkuti, Rapeno, Bambang Usmanto dan lainnya sukses mengantarkan tim muda Ayam Kinantan merengkuh Juara Soeratin Cup 1980.
Di partai final Ricky Yacobi Cs membantai Persiter Ternate 3-0.
Berkat penampilan memukau dan prestasi di Piala Suratin Cup 1980 itu, Ricky Yacob bersama sejumlah rekannya antara lain Juanda, Supardi, serta Bambang Usmanto lalu ditarik ke PSMS senior oleh pelatih saat itu Yuswardi. Mereka diplot memperkuat PSMS di babak 6 Besar Divisi Utama Perserikatan PSSI 1980 mendampingi senior-seniornya seperti Taufik Lubis, Suparjo, Suwarno, Parlin Siagian, Nobon dan lainnya.
Meski lebih banyak bermain sebagai pemain pengganti, talenta Ricky terlihat menonjol dalam babak 6 Besar itu. Sayangnya PSMS gagal melangkah ke partai puncak yang digelar di Senayan Jakarta, karena kalah bersaing dengan Persiraja dan Persipura kala itu. PSMS hanya mampu menduduki peringkat empat besar kala itu.
Setelah aksinya memperkuat PSMS junior di Suratin Cup, memperkuat PSMS di 6 Besar Divisi Utama PSSI 1980 dan Kejuaraan Sepakbola Junior ASEAN 1980, Ricky Yacob dilirik klub lain. Ia bersama Edy Harto direkrut oleh klub milik Sigit Harjojudanto, putra mantan Presiden RI Soeharto yaitu Arseto yang waktu bermarkas di Jakarta dan kemudian hijrah ke Solo.
“Ricky kerap dijuluki Paul Mariner Indonesia dan merupakan penyerang yang mengandalkan kecepatan dalam bermain. Dia lengkap, jago kaki kanan bisa, kaki kiri bisa, jago gocek bola bahkan sundulan kepalanya juga berbahaya. Sebagai striker ciri khas dia juga akhirnya selalu mengenakan kostum bernomor punggung 9,” kata pengamat sepakola Indra Efendi Rangkuti.
Tak hanya piala Soeratin 1980, di masa jayanya Ricky Yacobi juga masih memiliki prestasi fenomenal lainnya. Antara lain adalah membawa timnas sepakbola Indonesia mampu menembus semifinal pada Asian Games 1986. Gol salto Ricky Yacob saat melawan Uni Emirat Arab di babak perempat final didapuk sebagai gol terbaik di ajang multi event olahraga antar negara-negara se Benua Asia kala itu.
Di masa jayanya, yang paling prestisius adalah mengantarkan tim nasional Indonesia meraih medali emas pada SEA Games 1987 di Malaysia. Emas itu juga menjadi yang pertama kalinya mampu diboyong Timnas Garuda usai mengalahkan Malaysia 1-0 di laga final. “Yang membanggakan saat itu timnas disebut PSMS plus. Karena dari 11 peman intinya ada 7 anak Medan. Kaptennya Ricky Yacob,” kata Rangkuti. (bbs/adz)