26 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Sia-sia Gelar Seleksi, PSMS Junior Absen di Suratin Cup

MEDAN- Kisruh sepakbola nasional tidak hanya merusak tatanan kompetisi klub-klub profesional. Nyatanya kondisi itu turut berimbas pada pembinaan usia dini. Terbukti Piala Suratin digelar sejak Senin (5/3) kemarin itu terlihat kurang greget.

Beberapa klub menolak tampil. Di zona Sumut misalnya, PSMS junior dipastikan absen.

Padahal pada perhelatan sebelumnya PSMS junior yang ketika itu dibesut Iwan Karo-karo melangkah ke babak empat besar nasional di Jakarta. Ketidakikut sertaan Ayam Kinantan junior di ajang ini tentu saja terbilang mengherankan.

Betapa tidak, jauh sebelum piala Suratin dihelat, tim ini sudah dibentuk. Bahkan pembentukan sudah cukup matang dengan berjalan hampir tujuh bulan. Pelatih PSMS Junior, Suyono yang ditemui di Stadion Kebun Bunga, Selasa (6/3) kemarin menyayangkan hal itu.

“Kita sudah berjalan hampir tujuh bulan. Padahal awalnya saya kira tim ini juga diperuntukkan untuk mengikuti Suratin. Karena itu para pemain yang direkrut juga kebanyakan kelahiran 1995 sementara kelahiran tahun 1994 hanya beberapa. Dan sebenarnya kita sudah cukup siap kalau diterjunkan ke Piala Suratin,” ujarnya.

Absennya PSMS junior di ajang tersebut juga berimbas pada hengkangnya dua pemain binaan. Adalah Paulo Sitanggang dan Yoga Kusnanda yang akhirnya memilih bergabung ke PSDS junior.

“Kedua pemain kita memilih gabung PSDS junior yang berlaga di Suratin. Padahal keduanya cukup berbakat. Paulo pernah ikut AC Milan junior camp dan Yoga ke Arsenal. Ini cukup disayangkan tapi kita sudah cari penggantinya dan masih dalam kita seleksi,” ujarnya.

Jika menilik absennya PSMS junior tentu tak lepas dari kebijakan pengurus PSMS sendiri. Ketika itu Pengurus PSMS, dalam hal ini Sekretaris Umum, Idris SE memutuskan kebijakan membentuk dua tim turunan PSMS senior yakni PSMS junior U-19 dan PSMS U-21.

Nah, ketika akhirnya manajemen memutuskan beralih ke Indonesian Super League (ISL) yang merupakan liga tandingan dari kompetisi resmi PSSI, kebijakan pun turut berimbas pada PSMS junior. Tidak ikut Piala Suratin yang merupakan even gawean PSSI.

Tentu saja persiapan itu memakan biaya yang tidak sedikit. Namun tak jelas juntrungannya mau kemana. “Kabarnya dari Benny (Tomasoa-red) mengatakan akan diputar kompetisi U-18 untuk tim-tim ISL. Tapi saya juga kurang tahu seperti apa kelanjutannya apakah tim ini akan bermain disitu saya juga belum jelas,” ujarnya.

Sementara itu Mantan Pelatih PSMS junior, Iwan Karo-karo saat dihubungi Sumut Pos, Selasa (6/3) kemarin menyayangkan keputusan PSMS junior tidak ikut di ajang tersebut.

“Ini kan bagian dari pembinaan usia dini. Disayangkan sekali tim sekelas PSMS tidak ikut main. Apalagi sebelumnya kita sampai di empat besar nasional. Dua kubu ini jadinya anak-anak itu yang dikorbankan. Kalau begitu bubarkan saja semua SSB di Medan ini. Mau kemana mereka. Karena mereka merintis mimpi menjadi pemain profesional awalnya kan dari PSMS junior,” pungkasnya. (mag-18)

MEDAN- Kisruh sepakbola nasional tidak hanya merusak tatanan kompetisi klub-klub profesional. Nyatanya kondisi itu turut berimbas pada pembinaan usia dini. Terbukti Piala Suratin digelar sejak Senin (5/3) kemarin itu terlihat kurang greget.

Beberapa klub menolak tampil. Di zona Sumut misalnya, PSMS junior dipastikan absen.

Padahal pada perhelatan sebelumnya PSMS junior yang ketika itu dibesut Iwan Karo-karo melangkah ke babak empat besar nasional di Jakarta. Ketidakikut sertaan Ayam Kinantan junior di ajang ini tentu saja terbilang mengherankan.

Betapa tidak, jauh sebelum piala Suratin dihelat, tim ini sudah dibentuk. Bahkan pembentukan sudah cukup matang dengan berjalan hampir tujuh bulan. Pelatih PSMS Junior, Suyono yang ditemui di Stadion Kebun Bunga, Selasa (6/3) kemarin menyayangkan hal itu.

“Kita sudah berjalan hampir tujuh bulan. Padahal awalnya saya kira tim ini juga diperuntukkan untuk mengikuti Suratin. Karena itu para pemain yang direkrut juga kebanyakan kelahiran 1995 sementara kelahiran tahun 1994 hanya beberapa. Dan sebenarnya kita sudah cukup siap kalau diterjunkan ke Piala Suratin,” ujarnya.

Absennya PSMS junior di ajang tersebut juga berimbas pada hengkangnya dua pemain binaan. Adalah Paulo Sitanggang dan Yoga Kusnanda yang akhirnya memilih bergabung ke PSDS junior.

“Kedua pemain kita memilih gabung PSDS junior yang berlaga di Suratin. Padahal keduanya cukup berbakat. Paulo pernah ikut AC Milan junior camp dan Yoga ke Arsenal. Ini cukup disayangkan tapi kita sudah cari penggantinya dan masih dalam kita seleksi,” ujarnya.

Jika menilik absennya PSMS junior tentu tak lepas dari kebijakan pengurus PSMS sendiri. Ketika itu Pengurus PSMS, dalam hal ini Sekretaris Umum, Idris SE memutuskan kebijakan membentuk dua tim turunan PSMS senior yakni PSMS junior U-19 dan PSMS U-21.

Nah, ketika akhirnya manajemen memutuskan beralih ke Indonesian Super League (ISL) yang merupakan liga tandingan dari kompetisi resmi PSSI, kebijakan pun turut berimbas pada PSMS junior. Tidak ikut Piala Suratin yang merupakan even gawean PSSI.

Tentu saja persiapan itu memakan biaya yang tidak sedikit. Namun tak jelas juntrungannya mau kemana. “Kabarnya dari Benny (Tomasoa-red) mengatakan akan diputar kompetisi U-18 untuk tim-tim ISL. Tapi saya juga kurang tahu seperti apa kelanjutannya apakah tim ini akan bermain disitu saya juga belum jelas,” ujarnya.

Sementara itu Mantan Pelatih PSMS junior, Iwan Karo-karo saat dihubungi Sumut Pos, Selasa (6/3) kemarin menyayangkan keputusan PSMS junior tidak ikut di ajang tersebut.

“Ini kan bagian dari pembinaan usia dini. Disayangkan sekali tim sekelas PSMS tidak ikut main. Apalagi sebelumnya kita sampai di empat besar nasional. Dua kubu ini jadinya anak-anak itu yang dikorbankan. Kalau begitu bubarkan saja semua SSB di Medan ini. Mau kemana mereka. Karena mereka merintis mimpi menjadi pemain profesional awalnya kan dari PSMS junior,” pungkasnya. (mag-18)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/