22.8 C
Medan
Saturday, June 22, 2024

Pemecatan Suimin, Firasat di Ruang Ganti

Di ruang ganti Stadion Baharoeddin Siregar, 14 Maret lalu, wajah-wajah skuad PSMS tampak lesu. Laga gagal dimenangkan PSMS dan itu merupakan laga terakhir putaran pertama Divisi Utama PT Liga Indonesia.

Pelatih Kepala Suimin Diharja menyampaikan kata semangat, namun terselip pesan perpisahan kepada para anak asuhnya. Seperti firasat, hampir genap sebulan berselang Suimin resmi didepak.

“Apapun yang terjadi, kalian telah berusaha maksimal. Mudah-mudahan kita berjumpa lagi di putaran kedua nanti. Kalau pun tidak, abang minta maaf atas semua kesalahan selama melatih kalian,” tutur Suimin ketika itu.

Benar saja, pertemuan itu merupakan kali terakhir Suimin memimpin skuad PSMS di kompetisi. Pengurus tanpa membeberkan alasan yang tepat, mendepaknya dari kursi kepelatihan.

“Itulah yang namanya feeling. Waktu itu kan abang bilang belum tentu abang di putaran kedua. Karena abang sudah yakin tidak lagi bisa bekerja sama dengan orang yang tidak bertanggung jawab,” jelas Suimin.

Ketika datang kembali ke Kebun Bunga, 4 Oktober 2012 lalu, Suimin punya ekspektasi yang besar untuk membangun kembali PSMS. Komitmen yang terus dipegangnya teguh walaupun kon disi kas klub tak mendukung niat perubahan itu. Pernah ia ber kisah soal adanya tawaran yang ditolaknya dan memilih terus tercebur dalam lubang yang semakin dalam di PSMS.

“Sempat waktu itu Persepam Madura mengajak bergabung. Abang tidak putuskan sendiri. Abang panggil anak-anak abang untuk memutuskan. Kebanyakan menyarankan abang terima tawaran itu dengan kondisi PSMS yang saat ini. Tapi anak abang Tetty bilang harus bertahan karena abang sudah berkomitmen. Akhirnya abang pilih tetap melatih,” kenang Suimin.

Tapi apa nyana, komitmen Suimin justru tak mendapat respek yang lebih dari kepengurusan. Membangun tim dengan kondisi tertatih-tatih dengan materi pemain seadanya, Suimin tetap mencoba. Meskipun hasilnya belum nampak dengan banyaknya benturan non teknis seperti dapur tak mengepul dan gaji yang tertunggak.

Yang semakin disesalkan Suimin, Ketua Umum Indra Sakti Harahap yang justru tidak menampakkan diri saat surat pemecatan dibacakan pada rapat Senin (8/4) lalu. Faisal, CEO baru yang entah kapan ditunjuk, dihadapkan dengan kegelisahan pemain dan pelatih selama hampir tiga bulan.
“Draft kontrak itu kan ditandatangani pihak pertama ketua umum dengan kami pelatih dan pemain sebagai pihak kedua. Tapi justru kemarin bukan dia (Indra, red) yang hadir. Malah orang yang kami tidak pernah tahu sebelumnya yang memberitahukannya. Itu yang saya maksud tidak bertanggung jawab di samping hal-hal lainnya. Berpisah mungkin jalan terbaik untuk abang maupun PSMS,” jelas Suimin lagi. (*)

Di ruang ganti Stadion Baharoeddin Siregar, 14 Maret lalu, wajah-wajah skuad PSMS tampak lesu. Laga gagal dimenangkan PSMS dan itu merupakan laga terakhir putaran pertama Divisi Utama PT Liga Indonesia.

Pelatih Kepala Suimin Diharja menyampaikan kata semangat, namun terselip pesan perpisahan kepada para anak asuhnya. Seperti firasat, hampir genap sebulan berselang Suimin resmi didepak.

“Apapun yang terjadi, kalian telah berusaha maksimal. Mudah-mudahan kita berjumpa lagi di putaran kedua nanti. Kalau pun tidak, abang minta maaf atas semua kesalahan selama melatih kalian,” tutur Suimin ketika itu.

Benar saja, pertemuan itu merupakan kali terakhir Suimin memimpin skuad PSMS di kompetisi. Pengurus tanpa membeberkan alasan yang tepat, mendepaknya dari kursi kepelatihan.

“Itulah yang namanya feeling. Waktu itu kan abang bilang belum tentu abang di putaran kedua. Karena abang sudah yakin tidak lagi bisa bekerja sama dengan orang yang tidak bertanggung jawab,” jelas Suimin.

Ketika datang kembali ke Kebun Bunga, 4 Oktober 2012 lalu, Suimin punya ekspektasi yang besar untuk membangun kembali PSMS. Komitmen yang terus dipegangnya teguh walaupun kon disi kas klub tak mendukung niat perubahan itu. Pernah ia ber kisah soal adanya tawaran yang ditolaknya dan memilih terus tercebur dalam lubang yang semakin dalam di PSMS.

“Sempat waktu itu Persepam Madura mengajak bergabung. Abang tidak putuskan sendiri. Abang panggil anak-anak abang untuk memutuskan. Kebanyakan menyarankan abang terima tawaran itu dengan kondisi PSMS yang saat ini. Tapi anak abang Tetty bilang harus bertahan karena abang sudah berkomitmen. Akhirnya abang pilih tetap melatih,” kenang Suimin.

Tapi apa nyana, komitmen Suimin justru tak mendapat respek yang lebih dari kepengurusan. Membangun tim dengan kondisi tertatih-tatih dengan materi pemain seadanya, Suimin tetap mencoba. Meskipun hasilnya belum nampak dengan banyaknya benturan non teknis seperti dapur tak mengepul dan gaji yang tertunggak.

Yang semakin disesalkan Suimin, Ketua Umum Indra Sakti Harahap yang justru tidak menampakkan diri saat surat pemecatan dibacakan pada rapat Senin (8/4) lalu. Faisal, CEO baru yang entah kapan ditunjuk, dihadapkan dengan kegelisahan pemain dan pelatih selama hampir tiga bulan.
“Draft kontrak itu kan ditandatangani pihak pertama ketua umum dengan kami pelatih dan pemain sebagai pihak kedua. Tapi justru kemarin bukan dia (Indra, red) yang hadir. Malah orang yang kami tidak pernah tahu sebelumnya yang memberitahukannya. Itu yang saya maksud tidak bertanggung jawab di samping hal-hal lainnya. Berpisah mungkin jalan terbaik untuk abang maupun PSMS,” jelas Suimin lagi. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/