MEDAN-Senin (16/7) kemarin merupakan janji yang dikoarkan manajemen perihal pembayaran gaji pemain PSMS ISL yang tertunggak lima bulan. Namun bukannya semakin jelas, hak pemain semakin kabur.
Seperti diprediksi sebelumnya para pemain kembali menelan kecewa. Janji tak berujung realisasi. Manajemen hanya mampu memberikan pinjaman seperti yang sudah-sudah dengan range 5-10 juta. Itupun tidak seluruhnya. Pinjaman masih diberikan kepada pemain yang berdomisili di Medan, plus Wawan Widiantoro yang memilih menunggu gaji di Medan.
Para pemain yang masih berpegang pada komitmen yang disampaikan CEO PSMS, Idris dan Manajer Benny Tomasoa sebelum pemain bertolak di Samarinda. Namun saat pemain mendatangi Kebun Bunga, minus para pemain di luar Medan untuk menjemput janji itu mereka tak menjumpai baik Idris maupun Benny.
“Pinjaman sudah saya terima, tinggal menunggu gaji saja. Kalau pemberitahuan dari manajemen belum ada, barangkali nanti bang,” kata Niko Malau di Kebun Bunga.
Sementara para pemain PSMS yang saat ini tengah berada di luar Medan mempertanyakan kembali kejelasan gaji itu. “Mungkin manajemen bingung cari uangnya. Tapi bagaimana dengan saya lebih bingung lagi.Apalagi saya berkeluarga. Isteri mau saya kasi makan apa?. Kalau menurut saya, maunya manajemen jangan janji-janji lagi lah bang, karena kalau dijanjikan jadi sangat berharap,” kata Anton Samba yang sedang berada di Palopo, Sulawesi saat dihubungi lewat telepon selular.
Kekecewaan Anton kini memuncak. Apalagi dia sudah menuntaskan kewajibannya. “Bisa dibayangkanlah bang, enam bulan kerja tanpa gaji. Kami sudah melakukan kewajiban semusim kan harusnya dibayar penuh. Kalau pun manajemen nggak sanggup bayar semua, saya pribadi mau dipotong asalkan diberikan,” tandasnya.
Selama ini manajemen kerap beralasan soal kesepakatan Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) dengan Badan Liga Indonesia (BLI) soal pembayaran gaji pemain yang jatuh tempo 16 Juli. Namun nyatanya pihak APPI mengungkap jika tak ada kesepakatan yang dimaksud.
Ketua APPI, Valentino Simanjuntak menyebutkan pihaknya tidak pernah mengadakan kesepakatan dengan BLI seperti yang dimaksud. “Tidak pernah ada kesepakatan BLI dan APPI. Itu bohong. APPI hanya mendukung melalui jalur hukum dan laporan ke AFC. Jadi negosiasi dengan klub itu diserahkan ke pemain, “ katanya melalui pesan blackberry messenger (bbm).
Menurut Valentino, dengan kondisi yang sudah mandek artinya pemain tinggal menempuh ke jalur hukum. “Kalau jalan negosiasi sudah mandek, jalan tinggal ke FIFA,FIFPro,AFC dan Arbitrase/pengadilan. Pemain harus menempuh jalur hukum,” katanya.
Untuk hal yang satu ini, Valentino menyayangkan para pemain yang tidak berani mengambil sikap untuk menuntut haknya. “Kita perlu edukasi pemain, untuk menuntut haknya. Sayangnya mereka masih banyak yg belum berani. Buktinya saya minta kopian kontrak kepada pemain baru sedikit yang mengirim,” terangnya.
Memang menilik “dosa” manajemen dengan pemain bukan hanya terjadi musim ini. Musim lalu Gaston Castano juga sempat bermasalah. “ Gaston lebih aneh lagi, menurut gaston dia tiga bulan belum dbayar. Tapi menurut Pak Idris dia ada hutang. Jadi sisa-sisanya paling tinggal 10 juta,” tambahnya.
Karena itu jalur hukum merupakan jalan terbaik memperjuangkan haknya. “Kalo sudah begitu kan harus diselesaikan secara hukum. Saya Rabu ini rencana ke BAKI (Badan Arbitrase) untuk menyiapkan siapa saja pemain yang ingin diselesaikan secara hukum. Sementara untuk pmain asing bisa langsung DRC ke FIFA,” pungkasnya. (mag-18)