Kisah Para Pemain PSMS Pasca Kompetisi
PSMS Medan masih mempesona bagi pemain profesional. Meskipun prestasinya pasang surut PSMS masih mendapat tempat khusus di hati warga Kota Medan dan Sumut. Tapi, hal itu tak dibarengi dengan kesejahteraan. Bahkan, hingga kompetisi berakhir gaji pemain tak kunjung dibayar.
INDRA JULI-Medan
Kostum hijau-hijau dan bermain di Stadion Teladan Medan masih menjadi ambisi para pemain kini dan masa depan. Seperti Donny F Siregar yang memperkuat PSMS di putaran II Kompetisi 2010/2011 lalu. Tawaran yang datang dari klub-klub Indonesia Super League (ISL) pasca lepas dari Persiba Balikpapan bahkan ditolaknya.
Bukan untuk uang karena gaji tim divisi utama pasti di bawah gaji klub ISL. Tapi untuk nama baik PSMS sebagai kebanggaan masyarakat Kota Medan.
Hal itu pun dibuktikan di setiap penampilannya dengan kostum kebanggaan PSMS. Bahkan aksi penuh yang diperlihatkan saat menjamu Persiba Bantul di Stadion Teladan akhir kompetisi lalu mendapat aplaus dari penonton. Seolah seluruh kemampuan yang ada, baik dari skill juga stamina dicurahkan sepenuhnya demi PSMS.
“Banyak Bang tawaran sama aku kemarin itu. Dari klub-klub ISL lagi. Ya tau lah kan kalau klub ISL gaji pasti besar. Tapi bukan itu yang ku cari. Aku hanya mau mengangkat PSMS lagi. Itu lah yang membuat kami pemain masih tetap fight pada pertandingan menentukan itu,” papar Donny kepada Sumut Pos di sela-sela latihan di Marelan, Kamis (21/7).
Semangat juang dari seluruh pemain itu tidak hanya menyelamatkan PSMS dari degradasi yang sempat mengancam. Lebih dari situ, para pemain bahkan melewati target yang ditetapkan dalam kontrak, menembus 12 besar. Mereka menutup kompetisi ini dengan menghantarkan PSMS pada peringkat delapan besar.
Dengan pencapaian itu, mereka pun menjadi pahlawan bagi nama baik PSMS, Kota Medan dan Sumut yang turut diwakilkan di kancah sepakbola tanah air. Sudah seharusnya pula mereka mendapat apresiasi.
Apa yang yang ke depan tidak hanya menambah kecintaannya kepada PSMS. Juga menjadi motivasi untuk meningkatkan kualitas yang ada. Menjadi ambisi juga bagi pemain-pemain lokal di masa yang akan datang.
Tapi yang terjadi justru mengiris hati. Semua pengorbanan dan perjuangan hanya mendapat ketidakjelasan akan hak mereka dari para pembuat kebijakan. Kebijakan yang terkesan justru menjadikan para pemain sebagai sapi perahan. Membuat para pemain bagai anak ayam kehilangan induk. Berbulan-bulan menunggu rasa terimakasih warga Kota Medan lewat Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang dihilangkan oleh siapa dan kemana.
Hanya suramnya mes PSMS yang rela bertemu langsung menampung keluh-kesah yang ada. Harapan dan rencana yang ingin diwujudkan dengan sisa gaji musim ini. “Kalau aku sih tidak masalah, Bang. Masih ada deposito dan aku juga masih lajang kok. Tapi kawan-kawan yang lain bagaimana. Yang sudah berkeluarga kan kasihan,” ketus warga Simpang Limun ini.
Memang tidak sedikit pemain yang mengandalkan gaji untuk memenuhi tanggungjawabnya. Khususnya bagi mereka yang sudah membina rumah tangga. Di antaranya sang kapten Affan Lubis, Faisal Azmi, dan Irwin Ramadana. Pertimbangan itu pula yang disampaikan Doni kepada Ketua Umum KONI Medan Drs H Zulhifzi Lubis saat mempertanyakan kejelasan kontrak mereka di PSMS, Rabu (20/7).
Faisal Azmi sendiri bergabung di PSMS sejak musim 2009-2010 lalu. Demi mewujudkan keinginannya mengangkat nama PSMS, selama satu musim dirinya rela berpisah dengan istri dan kedua buah hatinya. Keinginan tadi pula membuatnya tetap bertahan di PSMS meskipun pengalaman pahit di akhir musim lalu. Juga tawaran menggiurkan dari klub-klub ISL. “Dari kecil aku itu memang suka lihat PSMS. Sekalipun ada PSDS aku lebih senang lihat PSMS dan ingin main di Stadion Teladan. Nyaman di PSMS, ini bang,” tutur Faisal yang ditemui di salah satu even futsal seputaran Jalan Asoka Medan.
Dengan kondisi yang tidak jelas ini, sejak berakhirnya kompetisi, Faisal pun harus ikhlas kembali berpisah dengan istri tercinta yang memutuskan balik ke Pekan Baru. Sedikit beruntung, bersama Tri Yudha Handoko, dirinya diterima bekerja di Bank Sumut di bidang penyelamatan kredit. Sebuah pijakan untuk melanjutkan ambisi menghantar PSMS ke ajang tertinggi yaitu ISL.
Demikian pula halnya dengan mantan penjaga gawang PSMS Irwin Ramadana. Ketidakjelasan kontrak pasca berakhirnya kompetisi sedikit banyak mengusik kebahagiaan dari keluarga yang baru dibina. Apalagi sang istri Pipit Novita tengah mengandung delapan bulan. Anak pertama mereka. Bisa dibayangkan bagaimana beratnya tanggung jawab yang dipikul.
Beruntung, sejak dua minggu lalu dirinya juga diterima di Bank Sumut. Demi tanggung jawab, tugas sebagai sekuriti pun dilakoninya. Dari situ pula Irwin akan melanjutkan perawatan kandungan sang istri yang sempat tertunda. “Seharusnya tanggal 10 ini sudah USG, tapi kondisinya seperti ini mau bagaimana, Bang? Gaji dari Bank Sumut saja nanti untuk periksa USG nya,” tutur Irwin yang ditemui di kediamannya Jalan Eka Serumpun.
Seperti harapan ketiganya, sudah saatnya Wali Kota Medan Drs H Rahudman Harahap MM yang secara de facto menjadi Ketua Umum PSMS bertindak. Tanpa perhatian yang serius dan sedikit perombakan kepengurusan, PSMS tidak hanya terus terpuruk hingga akhirnya tinggal cerita. Hanya orang yang mau berjuang dan berkorban dapat mengangkat PSMS ke puncak kejayaan. Bukan orang yang selalu bersembunyi di belakang mencuri hak pemain tanpa malu. Hidup PSMS! (*)