MEDAN-Perjalanan PSMS tak bisa dilepaskan dari keberadaan 40 klub anggota. Kerap kali 40 klub menjadi penentu nasib PSMS saat digelarnya musyawarah pemilihan ketua baru. Ironisnya peran klub-klub itu kini sebatas saat rapat anggota. Bukan lagi berkontribusi menyumbangkan pemain-pemain potensial untuk PSMS lewat pembinaan yang dilakukan.
Faktanya dari data yang didapatkan hanya delapan klub dari total 40 klub yang masih aktif melakukan pembinaan terutama kepada pemain usia dini. Hal itu diungkapkan pentolan PS Gumarang Hengki. “Setelah didata delapan yang masih aktif melakukan latihan dan pembinaan usia dini. Sisanya, kami tidak tahu karena keberadaanya hanya muncul saat musyawarah PSMS. Memang miris juga melihatnya,” tutur Hengki.
Delapan klub yang disebut Hengki, yakni PS Gumarang, PS Tasbi, Bank Sumut, Putra Buana, PS Tirtanadi, PS Kinantan, PSAD, dan PSK USU.
Karena itu ia berencana menggelar turnamen pasca Lebaran untuk klub-klub tersebut sebagai bentuk penghargaan dan menghidupkan kembali turnamen PSMS. “Kenapa tidak semua karena hanya klub-klub ini yang pemainnya ada. Kalau kami undang semua malah nanti pemain cabutan,” ungkap Hengki, berkaca dari turnamen-turnamen PSMS yang digelar dua tahun belaka-ngan.
Menurut Hengki, PSMS tidak akan kesulitan mencari pemain lokal berkualitas jika 40 klub berkontribusi melakukan pembinaan. “Belakangan ini PSMS kan kesulitan mencari pemain lokal. Syukur musim lalu ada PON sehingga banyak menggunakan pemain PON Sumut. Dulu ketika ada kompetisi dan klub-klub melakukan pembinaan PSMS selalu punya pemain berkualitas,” jelasnya.
Hengki tidak menyalahkan sepenuhnya mengenai vakumnya aktivitas klub. Pasalnya sejak kompetisi PSMS ditiadakan dan baru muncul dua tahun terakhir dengan format turnamen PSMS yang tidak tuntas, klub-klub bingung. (don)