29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pelatih Baru di Ajang NBL Masih Perlu Waktu

JAKARTA-Speedy National Basketball League (NBL) Indonesia seri II Jakarta agak tidak ramah kepada tiga pelatih baru tim papan atas. Pada seri III di Malang 16-24 Februari nanti, para pelatih ini bertekad untuk bangkit dan sekaligus membuktikan diri mampu beradaptasi dengan tim barunya.

Secara hasil, Pelita Jaya (PJ) Esia Jakarta, Dell Aspac Jakarta, dan CLS Knights Surabaya mungkin tak terlampau kecewa dengan apa yang didapatkan di Jakarta. Namun kalau dilihat dari kemantapan permainan, para pelatih kepala tersebut merasa timnya sangat jauh dari kemampuan maksimal.

Pelatih baru PJ Nathaniel Canson misalnya merasa timnya memiliki banyak kekurangan. Memang, PJ cukup mantap dengan menang lima kali dalam enam pertandingan. Tapi satu-satunya kekalahan atas Aspac sangat disesalkan karena PJ sempat unggul jauh hingga 16 poin pada awal kuarter kedua. Namun, akhirnya Erick Sebayang dkk menyerah dengan skor 71-78.

Kekalahan tersebut membuat mental PJ sempat drop menang susah payah melawan dua tim kuda hitam Hangtuah Sumsel IM dan Stadium Jakarta. Walau setelah itu bisa mengangkangi CLS dengan marjin jauh, 25 poin, Coach Nath menegaskan, banyak hal yang harus segera dibenahi. “Yang harus diperhatikan sekarang adalah membangun chemistry pemain. Itu menjadi fokus utama kami,” ucap pelatih yang didatangkan dari Hangtuah pada awal musim 2012-2013 tersebut.

“Persiapan kami sangat berbeda dibandingkan dengan seri I lalu. Kami sekarang melakukan pendekatan hard defense. Bola juga selalu bergerak cepat. Saya suka dengan fakta itu,” imbuhnya.

Pelatih kelahiran Makati Filipina itu mengakui, PJ sempat kendor usai menjadi juara preseason tournament 2012-2013 di Surabaya. Apalagi ditambah fakta point guard Kelly Purwanto dipaksa lama bermain. Kelly berada di lapangan dengan rata-rata 35 menit per-game karena tidak memiliki back up. “Kelly memang kunci. Tanpa dia, PJ akan mendapatkan problem besar. PJ menjadi sakit,” imbuh Coach Nath.

Untunglah pelapis Kelly, Robert Santo Yunarto sudah mulai sembuh dari cedera lutut. Robert optimis akan mampu bermain baik di seri III. “Lutut kiri saya masih sakit. Akibatnya, saya tak lepas bermain. Tapi saya akan belajar cuek dan tidak khawatir,” papar pemain yang musim lalu membela Hangtuah itu.

Sementara itu Aspac juga mengalami kekecewaan besar karena kalah atas Satria Muda Britama Jakarta melalui overtime (68-65) di hari terakhir seri II. Padahal dalam enam game awal, Mario Gerungan dkk selalu menang.

Pelatih baru Aspac Rastafari Horongbala mengaku saat ini timnya memang sedang mengalami rebuilding. Jadi, mantan pelatih PJ itu tak khawatir dengan kekalahan atas SM.

Di Malang nanti, Aspac akan kembali berhadapan dengan PJ dan SM. Tentu menjadi tugas berat Coach Fari untuk bisa mengatasi dua musuh bebuyutannya tersebut.

Sementara itu, dibanding Coach Nath dan Coach Fari, pelatih CLS Eduard Santos Vergeire adalah yang paling terpukul dengan hasil di Jakarta. CLS kalah dua kali dari lima game melawan SM dan PJ. Yang menyesakkan marjin kekalahan CLS sangat jauh yakni 30 poin saat melawan SM dan 25 angka ketika dibantai PJ.

Coach Dong, panggilannya, menyebut kekalahan timnya akibat minimnya stok big man paska mundurnya kapten musim lalu Agustinus Indrajaya dan cederanya Dwi Haryoko. Apalagi shooting guard senior Andrie Ekayana juga cedera di seri II.

Saat Coach Dong menerapkan pola run and gun yang mengandalkan kecepatan dan akurasi tembakan, para shooter CLS justru melempem. Akurasi tembakan tiga angka CLS hanya 24 persen, nomor empat terburuk di liga.

Kalau tiga pelatih baru agak merana, dua pelatih lama tim papan atas Octaviarro Romely Tamtelahitu (SM) dan Wan Amran (Garuda Kukar Bandung) justru sangat happy dengan menyapu bersih kemenangan seri II. Memang, bisa saja Garuda dianggap remeh karena tidak bertemu di tim lima besar musim lalu di Jakarta. “Namun, kami mengalami perkembangan. Pada seri selanjutnya, kami harus bisa main cepat juga lambat. Saat tight game, kami harus bisa mengontrol pertandingan,” kata asisten pelatih Garuda AF Rinaldo.

Di seri III, Garuda masih berpeluang untuk sapu bersih. Satu-satunya lawan sangat kuat yang dihadapi adalah CLS di hari terakhir (24/2). (nur/ang/jpnn)

JAKARTA-Speedy National Basketball League (NBL) Indonesia seri II Jakarta agak tidak ramah kepada tiga pelatih baru tim papan atas. Pada seri III di Malang 16-24 Februari nanti, para pelatih ini bertekad untuk bangkit dan sekaligus membuktikan diri mampu beradaptasi dengan tim barunya.

Secara hasil, Pelita Jaya (PJ) Esia Jakarta, Dell Aspac Jakarta, dan CLS Knights Surabaya mungkin tak terlampau kecewa dengan apa yang didapatkan di Jakarta. Namun kalau dilihat dari kemantapan permainan, para pelatih kepala tersebut merasa timnya sangat jauh dari kemampuan maksimal.

Pelatih baru PJ Nathaniel Canson misalnya merasa timnya memiliki banyak kekurangan. Memang, PJ cukup mantap dengan menang lima kali dalam enam pertandingan. Tapi satu-satunya kekalahan atas Aspac sangat disesalkan karena PJ sempat unggul jauh hingga 16 poin pada awal kuarter kedua. Namun, akhirnya Erick Sebayang dkk menyerah dengan skor 71-78.

Kekalahan tersebut membuat mental PJ sempat drop menang susah payah melawan dua tim kuda hitam Hangtuah Sumsel IM dan Stadium Jakarta. Walau setelah itu bisa mengangkangi CLS dengan marjin jauh, 25 poin, Coach Nath menegaskan, banyak hal yang harus segera dibenahi. “Yang harus diperhatikan sekarang adalah membangun chemistry pemain. Itu menjadi fokus utama kami,” ucap pelatih yang didatangkan dari Hangtuah pada awal musim 2012-2013 tersebut.

“Persiapan kami sangat berbeda dibandingkan dengan seri I lalu. Kami sekarang melakukan pendekatan hard defense. Bola juga selalu bergerak cepat. Saya suka dengan fakta itu,” imbuhnya.

Pelatih kelahiran Makati Filipina itu mengakui, PJ sempat kendor usai menjadi juara preseason tournament 2012-2013 di Surabaya. Apalagi ditambah fakta point guard Kelly Purwanto dipaksa lama bermain. Kelly berada di lapangan dengan rata-rata 35 menit per-game karena tidak memiliki back up. “Kelly memang kunci. Tanpa dia, PJ akan mendapatkan problem besar. PJ menjadi sakit,” imbuh Coach Nath.

Untunglah pelapis Kelly, Robert Santo Yunarto sudah mulai sembuh dari cedera lutut. Robert optimis akan mampu bermain baik di seri III. “Lutut kiri saya masih sakit. Akibatnya, saya tak lepas bermain. Tapi saya akan belajar cuek dan tidak khawatir,” papar pemain yang musim lalu membela Hangtuah itu.

Sementara itu Aspac juga mengalami kekecewaan besar karena kalah atas Satria Muda Britama Jakarta melalui overtime (68-65) di hari terakhir seri II. Padahal dalam enam game awal, Mario Gerungan dkk selalu menang.

Pelatih baru Aspac Rastafari Horongbala mengaku saat ini timnya memang sedang mengalami rebuilding. Jadi, mantan pelatih PJ itu tak khawatir dengan kekalahan atas SM.

Di Malang nanti, Aspac akan kembali berhadapan dengan PJ dan SM. Tentu menjadi tugas berat Coach Fari untuk bisa mengatasi dua musuh bebuyutannya tersebut.

Sementara itu, dibanding Coach Nath dan Coach Fari, pelatih CLS Eduard Santos Vergeire adalah yang paling terpukul dengan hasil di Jakarta. CLS kalah dua kali dari lima game melawan SM dan PJ. Yang menyesakkan marjin kekalahan CLS sangat jauh yakni 30 poin saat melawan SM dan 25 angka ketika dibantai PJ.

Coach Dong, panggilannya, menyebut kekalahan timnya akibat minimnya stok big man paska mundurnya kapten musim lalu Agustinus Indrajaya dan cederanya Dwi Haryoko. Apalagi shooting guard senior Andrie Ekayana juga cedera di seri II.

Saat Coach Dong menerapkan pola run and gun yang mengandalkan kecepatan dan akurasi tembakan, para shooter CLS justru melempem. Akurasi tembakan tiga angka CLS hanya 24 persen, nomor empat terburuk di liga.

Kalau tiga pelatih baru agak merana, dua pelatih lama tim papan atas Octaviarro Romely Tamtelahitu (SM) dan Wan Amran (Garuda Kukar Bandung) justru sangat happy dengan menyapu bersih kemenangan seri II. Memang, bisa saja Garuda dianggap remeh karena tidak bertemu di tim lima besar musim lalu di Jakarta. “Namun, kami mengalami perkembangan. Pada seri selanjutnya, kami harus bisa main cepat juga lambat. Saat tight game, kami harus bisa mengontrol pertandingan,” kata asisten pelatih Garuda AF Rinaldo.

Di seri III, Garuda masih berpeluang untuk sapu bersih. Satu-satunya lawan sangat kuat yang dihadapi adalah CLS di hari terakhir (24/2). (nur/ang/jpnn)

Artikel Terkait

Panpel Klaim PSMS U-15 Tak Curi Umur

Honda DBL All-Star 2016 Tiba di AS

GOR Samudra Riuh Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/