28 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Wacana Merger ISL-LPI Ditentang

JAKARTA – Meski baru sebatas wacana, format kompetisi baru yang digagas PSSI menuai respons beragam. Terutama terkait dengan pembagian level satu dan dua. Setiap klub harus membayar deposit yang berbeda menurut level yang diikuti. Selain itu, klub juga wajib lolos verifikasi.

Dengan format seperti itu, klub Liga Primer Indonesia (LPI) berpotensi masuk menjadi peserta kompetisi mendatang. Nah, hal ini yang mengundang reaksi keras dari klub Indonesia Super League (ISL) dan Divisi Utama.
Untuk mengakomodasi kepentingan itu, PSSI menawarkan wacana baru. Yakni, merger alias penggabungan klub. Hal ini bisa dilakukan oleh klub LPI dengan klub dari ISL atau Divisi Utama.

“Bisa saja ada pengawinan antara klub profesional yang sudah ada  dengan klub LPI. Misalnya, Persiraja Banda Aceh dikawinkan  dengan Aceh United,” kata Djohar Arifin Husin, Ketua Umum PSSI kepada wartawan di Jakarta kemarin (4/8).

Persiraja baru saja mendapatkan tiket promosi ke ISL. Sedangkan Aceh United adalah salah satu kontestan LPI.
Menurut Djohar, merger bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah dana setelah klub profesional tidak boleh lagi menggunakan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanda Daerah (APBD). “Untuk pengawinan Persiraja dengan Aceh United, bisa jadi manajemen dan nama klubnya masih Persiraja. Tapi, untuk sokongan dana bisa dari Aceh United,” jelas Djohar.

Djohar menyatakan, format kompetisi musim depan bisa jadi tidak akan sama dengan musim lalu. Kompetisi di level tertinggi, misalnya, bisa saja digelar dengan format dua wilayah atau lebih. Salah satu alasannya adalah efisiensi. Sebab, format satu wilayah sangat menguras biaya klub.

Di sisi lain, wacana PSSI menyejajarkan klub ISL dan LPI terus mendapat tentangan keras. Dalam Statuta PSSI dijelaskan bahwa setiap klub yang berlaga di kompetisi terlebih dulu harus sudah terdaftar sebagai anggota PSSI. Faktanya, mayoritas klub LPI tidak hanya belum terdaftar sebagai anggota, mereka juga belum genap satu musim berkompetisi di Indonesia.

“Jika LPI langsung disamakan dengan ISL, kasihan tim divisi utama yang sudah berjuang dari bawah. Kalau LPI langsung diangkat ke ISL, itu namanya cari ribut,” kata manajer Sriwijaya FC Hendry Zainuddin ketika dihubungi, kemarin.

PSSI seharusnya menerapkan asas keadilan. Yakni, menempatkan klub-klub LPI di divisi amatir karena mereka pada dasarnya merupakan klub yang baru lahir.

“Tidak adil kalau klub LPI langsung masuk ke ISL karena tim-tim di bawahnya juga berjuang untuk naik ke liga profesional,” ujar Umuh Muhtar, manajer Persib Bandung. (ali/ca/jpnn)

JAKARTA – Meski baru sebatas wacana, format kompetisi baru yang digagas PSSI menuai respons beragam. Terutama terkait dengan pembagian level satu dan dua. Setiap klub harus membayar deposit yang berbeda menurut level yang diikuti. Selain itu, klub juga wajib lolos verifikasi.

Dengan format seperti itu, klub Liga Primer Indonesia (LPI) berpotensi masuk menjadi peserta kompetisi mendatang. Nah, hal ini yang mengundang reaksi keras dari klub Indonesia Super League (ISL) dan Divisi Utama.
Untuk mengakomodasi kepentingan itu, PSSI menawarkan wacana baru. Yakni, merger alias penggabungan klub. Hal ini bisa dilakukan oleh klub LPI dengan klub dari ISL atau Divisi Utama.

“Bisa saja ada pengawinan antara klub profesional yang sudah ada  dengan klub LPI. Misalnya, Persiraja Banda Aceh dikawinkan  dengan Aceh United,” kata Djohar Arifin Husin, Ketua Umum PSSI kepada wartawan di Jakarta kemarin (4/8).

Persiraja baru saja mendapatkan tiket promosi ke ISL. Sedangkan Aceh United adalah salah satu kontestan LPI.
Menurut Djohar, merger bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah dana setelah klub profesional tidak boleh lagi menggunakan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanda Daerah (APBD). “Untuk pengawinan Persiraja dengan Aceh United, bisa jadi manajemen dan nama klubnya masih Persiraja. Tapi, untuk sokongan dana bisa dari Aceh United,” jelas Djohar.

Djohar menyatakan, format kompetisi musim depan bisa jadi tidak akan sama dengan musim lalu. Kompetisi di level tertinggi, misalnya, bisa saja digelar dengan format dua wilayah atau lebih. Salah satu alasannya adalah efisiensi. Sebab, format satu wilayah sangat menguras biaya klub.

Di sisi lain, wacana PSSI menyejajarkan klub ISL dan LPI terus mendapat tentangan keras. Dalam Statuta PSSI dijelaskan bahwa setiap klub yang berlaga di kompetisi terlebih dulu harus sudah terdaftar sebagai anggota PSSI. Faktanya, mayoritas klub LPI tidak hanya belum terdaftar sebagai anggota, mereka juga belum genap satu musim berkompetisi di Indonesia.

“Jika LPI langsung disamakan dengan ISL, kasihan tim divisi utama yang sudah berjuang dari bawah. Kalau LPI langsung diangkat ke ISL, itu namanya cari ribut,” kata manajer Sriwijaya FC Hendry Zainuddin ketika dihubungi, kemarin.

PSSI seharusnya menerapkan asas keadilan. Yakni, menempatkan klub-klub LPI di divisi amatir karena mereka pada dasarnya merupakan klub yang baru lahir.

“Tidak adil kalau klub LPI langsung masuk ke ISL karena tim-tim di bawahnya juga berjuang untuk naik ke liga profesional,” ujar Umuh Muhtar, manajer Persib Bandung. (ali/ca/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/