32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Jadi Motivator Ulung, Impikan Latih Tim Eropa

Dejan Antonic
Dejan Antonic

SUMUTPOS.CO- Pelita Bandung Raya (PBR) memang tidak mampu menembus partai final setelah kalah oleh sang juara bertahan Persipura Jayapura di semifinal Selasa lalu (4/11). Namun, sosok Dejan Antonic selamanya akan tetap di hati fans PBR sebagai arsitek yang mampu menjadikan PBR sebagai The Boys Are Back.

Ardi Priyatno Utomo, Palembang

Nama Pelita Bandung Raya (PBR). Nama itu tidak terlalu digubris oleh para penggemar sepakbola di Indonesia ketika Indonesia Super League (ISL) musim 2014 ini resmi bergulir. Sebab, dengan prestasi mereka yang nyaris terdegradasi ke Divisi Utama, banyak yang pesimistis bahwa mereka hanya menjadi “penggembira” di Wilayah Barat.

Namun, tanpa diduga, mereka mampu menjungkir-balikan cacian serta cemoohan dengan menempati peringkat keempat dalam fase regular. Menyingkirkan Persija Jakarta yang mempunyai tradisi bagus serta salah satu tim kuat di tanah air.

Masih banyak pula yang mencibir bahwa mereka hanya akan menjadi bulan-bulanan dari tim yang berada di Grup L: Persebaya Surabaya, Mitra Kukar, serta rival sekotanya, Persib Bandung. Namun, lagi-lagi mereka menunjukkan “talenta” tersembunyi.

Dengan mengantongi dua kemenangan, dua hasil imbang, dan dua kali seri, mereka pun kembali melenggang menuju fase empat besar. Bahkan, yang membuat orang geleng-geleng, mereka mampu menggebuk Persib dengan skor tipis sekaligus memastikan tiket empat besar.

Karena itu, publik pun mulai membuka mata lebar-lebar terhadap tim yang dulunya bernama Bandung Raya tersebut. Masyarakat mulai membicarakan kiprah David dalam kisah-kisah agama Samawi. Yang walaupun berbadan kecil namun mampu merobohkan Goliath yang berukuran empat kali lebih besar darinya.

Sayangnya, perjalanan “Sang David” kali ini harus berhenti. Mereka takluk oleh “Goliath” yang lebih besar bernama Persipura Jayapura, sang juara bertahan dengan empat bintang yang bersinar gagah di jersey mereka.

Namun, alih-alih menangis, ada satu sosok yang membuat mereka bisa tetap pulang dengan kepala tegak. Ya, sosok itu adalah sang pelatih kepala Dejan Antonic. Pria asal Serbia yang baru saja memulai musim pertamanya bersama PBR.

Mungkin orang masih belum terlalu familier dengan nama Dejan Antonic sebagai pelatih asing. Orang lebih mengenal pribadi seperti Jacksen Ferreira Tiago yang sukses membesut Mutiara Hitam Persipura sehingga menjadi semakin berkilau.

Ataupun mendiang Miroslav Janu yang kenyang pengalaman melatih klub-klub papan atas di Indonesia. Namun, jika menilik rekor yang dimiliki, Dejan memiliki kemampuan seperti Raja Midas dengan Tangan Emas-nya.

Sebut saja Kitchee FC. Klub asal Hong Kong yang mampu dibawanya menjadi tim terkuat disana. Ataupun ketika kita dibuat takjub oleh kiprah Arema Indonesia (sekarang Arema Cronus) yang mampu menembus perempat final Piala AFC dengan menggebuk Kitchee 2-0 pada 2012 silam.

“Saya selalu memberikan latihan yang berat bagi tim yang saya tangani. Namun, dalam satu minggu, saya menyelipkan latihan ringan, ataupun juga sekedar jalan-jalan supaya para pemain bisa rileks,” tuturnya ketika ditanyakan kunci kemenangannya.

Menurut pelatih berusia 45 tahun itu, selain menu latihan yang tepat, dirinya juga menjadi motivator ulung bagi para pemainnya. “Itu wajar jika melihat liga di Eropa. Seorang pelatih harus bisa membakar semangat anak asuhnya sehingga mereka semakin termotivasi untuk bermain baik,” bebernya.

Seperti apa motivasi yang didengungkan oleh mantan penggawa klub legendaris Red Star Belgrade tersebut? “Saya selalu mengatakan kepada pemain bahwa boleh saja orang-orang memandang kita dengan sebelah mata. Yang perlu kita lakukan adalah bermain baik dan memberikan sepak bola ala PBR,” tegasnya.

Dejan mengaku kembali pulang ke Indonesia setelah bertahun-tahun berkelana di Asia Tenggara semata-mata untuk menyegarkan ilmunya. “Sata membutuhkan wadah yang bisa meningkatkan visi saya. Dan saya rasa Indonesia cocok untuk itu,” jelas pelatih yang akan segera mempunyai lisensi UEFA Pro tersebut.

Pelatih yang semasa bermain pernah memperkuat klub besar Serbia Red Star Belgrade itu menyatakan ada cita-cita yang terselip ketika melatih klub di tanah air. Apa itu? “Saya ingin supaya pemain di tim saya bisa menjadi pemain yang berkualitas serta mampu menembus timnas. Ini penting untuk regenerasi bibit-bibit baru di Indonesia,” akunya.

David Laly, maupun Rizky Pellu bisa dikatakan merupakan salah satu produk dari tangan dinginnya dalam melatih tim. Selain itu, Dejan dianggap sukses dalam menumbuhkan kemampuan Bambang Pamungkas maupun Talaohu Abdul Musafri yang oleh sebagian besar dianggap sudah habis.

Setelah tidak lagi menangani PBR di masa depan, apa pelatih yang gemar selalu tampil atraktif kala mendampingi anak asuhnya itu selanjutnya?. “Kalau bisa saya ingin melatih klub Eropa. Ini tentunya menjadi impian dari semua pelatih yang ada di dunia. Saya sendiri tinggal mengurus lisensi yang rencananya ujiannya akan berlangsung akhir tahun. Mohon doanya untuk teman-teman sekalian,” tandasnya sambil tersenyum. (jpnn/btr)

Dejan Antonic
Dejan Antonic

SUMUTPOS.CO- Pelita Bandung Raya (PBR) memang tidak mampu menembus partai final setelah kalah oleh sang juara bertahan Persipura Jayapura di semifinal Selasa lalu (4/11). Namun, sosok Dejan Antonic selamanya akan tetap di hati fans PBR sebagai arsitek yang mampu menjadikan PBR sebagai The Boys Are Back.

Ardi Priyatno Utomo, Palembang

Nama Pelita Bandung Raya (PBR). Nama itu tidak terlalu digubris oleh para penggemar sepakbola di Indonesia ketika Indonesia Super League (ISL) musim 2014 ini resmi bergulir. Sebab, dengan prestasi mereka yang nyaris terdegradasi ke Divisi Utama, banyak yang pesimistis bahwa mereka hanya menjadi “penggembira” di Wilayah Barat.

Namun, tanpa diduga, mereka mampu menjungkir-balikan cacian serta cemoohan dengan menempati peringkat keempat dalam fase regular. Menyingkirkan Persija Jakarta yang mempunyai tradisi bagus serta salah satu tim kuat di tanah air.

Masih banyak pula yang mencibir bahwa mereka hanya akan menjadi bulan-bulanan dari tim yang berada di Grup L: Persebaya Surabaya, Mitra Kukar, serta rival sekotanya, Persib Bandung. Namun, lagi-lagi mereka menunjukkan “talenta” tersembunyi.

Dengan mengantongi dua kemenangan, dua hasil imbang, dan dua kali seri, mereka pun kembali melenggang menuju fase empat besar. Bahkan, yang membuat orang geleng-geleng, mereka mampu menggebuk Persib dengan skor tipis sekaligus memastikan tiket empat besar.

Karena itu, publik pun mulai membuka mata lebar-lebar terhadap tim yang dulunya bernama Bandung Raya tersebut. Masyarakat mulai membicarakan kiprah David dalam kisah-kisah agama Samawi. Yang walaupun berbadan kecil namun mampu merobohkan Goliath yang berukuran empat kali lebih besar darinya.

Sayangnya, perjalanan “Sang David” kali ini harus berhenti. Mereka takluk oleh “Goliath” yang lebih besar bernama Persipura Jayapura, sang juara bertahan dengan empat bintang yang bersinar gagah di jersey mereka.

Namun, alih-alih menangis, ada satu sosok yang membuat mereka bisa tetap pulang dengan kepala tegak. Ya, sosok itu adalah sang pelatih kepala Dejan Antonic. Pria asal Serbia yang baru saja memulai musim pertamanya bersama PBR.

Mungkin orang masih belum terlalu familier dengan nama Dejan Antonic sebagai pelatih asing. Orang lebih mengenal pribadi seperti Jacksen Ferreira Tiago yang sukses membesut Mutiara Hitam Persipura sehingga menjadi semakin berkilau.

Ataupun mendiang Miroslav Janu yang kenyang pengalaman melatih klub-klub papan atas di Indonesia. Namun, jika menilik rekor yang dimiliki, Dejan memiliki kemampuan seperti Raja Midas dengan Tangan Emas-nya.

Sebut saja Kitchee FC. Klub asal Hong Kong yang mampu dibawanya menjadi tim terkuat disana. Ataupun ketika kita dibuat takjub oleh kiprah Arema Indonesia (sekarang Arema Cronus) yang mampu menembus perempat final Piala AFC dengan menggebuk Kitchee 2-0 pada 2012 silam.

“Saya selalu memberikan latihan yang berat bagi tim yang saya tangani. Namun, dalam satu minggu, saya menyelipkan latihan ringan, ataupun juga sekedar jalan-jalan supaya para pemain bisa rileks,” tuturnya ketika ditanyakan kunci kemenangannya.

Menurut pelatih berusia 45 tahun itu, selain menu latihan yang tepat, dirinya juga menjadi motivator ulung bagi para pemainnya. “Itu wajar jika melihat liga di Eropa. Seorang pelatih harus bisa membakar semangat anak asuhnya sehingga mereka semakin termotivasi untuk bermain baik,” bebernya.

Seperti apa motivasi yang didengungkan oleh mantan penggawa klub legendaris Red Star Belgrade tersebut? “Saya selalu mengatakan kepada pemain bahwa boleh saja orang-orang memandang kita dengan sebelah mata. Yang perlu kita lakukan adalah bermain baik dan memberikan sepak bola ala PBR,” tegasnya.

Dejan mengaku kembali pulang ke Indonesia setelah bertahun-tahun berkelana di Asia Tenggara semata-mata untuk menyegarkan ilmunya. “Sata membutuhkan wadah yang bisa meningkatkan visi saya. Dan saya rasa Indonesia cocok untuk itu,” jelas pelatih yang akan segera mempunyai lisensi UEFA Pro tersebut.

Pelatih yang semasa bermain pernah memperkuat klub besar Serbia Red Star Belgrade itu menyatakan ada cita-cita yang terselip ketika melatih klub di tanah air. Apa itu? “Saya ingin supaya pemain di tim saya bisa menjadi pemain yang berkualitas serta mampu menembus timnas. Ini penting untuk regenerasi bibit-bibit baru di Indonesia,” akunya.

David Laly, maupun Rizky Pellu bisa dikatakan merupakan salah satu produk dari tangan dinginnya dalam melatih tim. Selain itu, Dejan dianggap sukses dalam menumbuhkan kemampuan Bambang Pamungkas maupun Talaohu Abdul Musafri yang oleh sebagian besar dianggap sudah habis.

Setelah tidak lagi menangani PBR di masa depan, apa pelatih yang gemar selalu tampil atraktif kala mendampingi anak asuhnya itu selanjutnya?. “Kalau bisa saya ingin melatih klub Eropa. Ini tentunya menjadi impian dari semua pelatih yang ada di dunia. Saya sendiri tinggal mengurus lisensi yang rencananya ujiannya akan berlangsung akhir tahun. Mohon doanya untuk teman-teman sekalian,” tandasnya sambil tersenyum. (jpnn/btr)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/