BERDASARKAN keputusan Kongres Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) di Hotel Sultan Jakarta, Senin (12/10), mereka akan mengambil alih kantor PSSI di Kawasan Gelora Bung Karno (GBK) Senayan. Ancaman ini langsung mendapat tanggapan serius dari kubu Djohar Arifin.
Hal ini terlihat dari berdatangannya orang-orang dari kubu Djohar ke Kantor PSSI. Mereka siap menghadang kedatangan kubu KPSI yang sesuai amanat Kongres mereka, akan mengambil alih kantor PSSI.
“Saya datang ke sini atas permintaan langsung Djohar Arifin Husin. Saya diminta untuk ikut menjaga kantor PSSI,” kata Abdurrahman Assegaf, salah satu pendukung kubu Djohar di Kantor PSSI, Jakarta, Senin (10/12).
Abdurrahman Assegaf mengatakan, kantor PSSI adalah fasilitas negara yang dimandatkan kepada PSSI. Makanya, PSSI harus menjaga dan mengamankannya.
Sementara itu, penjagaan di Kantor PSSI juga masih berlangsung meski tidak ada penambahan kekuatan. Sama seperti Senin (10/12) siang, penjagaan dilakukan oleh 1 Satuan Setingkat Kompi (SSK) dari Polda Metro Jaya dan tiga Patko dari Polsek Tanah Abang.
Langkah ini diambil kepolisian untuk mengamankan situasi di seputar Senayan. Pasalnya, salah satu keputusan Kongres KPSI adalah mengambil alih tanggung jawab organisasi, khususnya tentang finansial dan hukum sebagai bentuk tanggung jawab exco.
Namun hingga pukul 18.00 WIB, suasana di kantor PSSI sudah kondusif. Ternyata, ancaman La Nyalla Mattalitti Cs untuk mengambil alih Kantor PSSI sepertinya hanya isapan jempol.
Tadi malam, suasana di Kantor PSSI sudah sepi. Hanya ada beberapa wartawan online dan cetak yang masih melakukan peliputan. Sementara wartawan TV juga sudah meninggalkan Kantor PSSI.
Selain di PSSI, polisi juga sebelumnya sudah mondar-mandir di Hotel Sultan untuk mengawasi hasil kongres. “Tidak hanya di Hotel Sultan, intel-intel juga sudah berada di Hotel Aquarius Palangkaraya untuk mengamati situasi,” terang salah seorang sumber JPNN (grup Sumut Pos) dari kepolisian.(abu/jpnn)