JAKARTA- Upaya rekonsiliasi sepak bola Indonesia dengan pembentukan tim Joint Comittee (JC) oleh AFC sejauh ini masih belum maksimal. Terbukti, sampai rapat kedua JC di Kuala Lumpur pada 20 September lalu, masih terdapat misinterpretasi tentang poin-poin hasil pertemuan.
Kondisi itu terlihat dari sulitnya kedua kubu, baik PSSI Djohar Arifin maupun PSSI la Nyalla Mattalitti dan Indonesia Super League (ISL) untuk satu suara. Dari hasil rapat kedua JC, kedua kubu masih mempermasalahkan tentang penyatuan Timnas dan mekanisme suara terkait kongres.
Itu terlihat dari munculnya poin berbeda yang dirilis oleh anggota JC kubu PSSI Djohar dan anggota JC kubu PSSI Nyalla-KPSI. Karena itu, JC dari kubu PSSI Djohar Arifin pun langsung menggelar konferensi pers, kemarin (21/9).
Ternyata digelarnya konferensi pers tersebut dikarenakan JC dari kubu Djohar merasa telat memberikan informasi kepada media.
“Kami sebenarnya tidak ingin menggelar konferensi pers. Tapi, sana (kubu PSSI Nyalla-ISL) ternyata membawa media ke Malaysia, jadi kami menggelar konferensi ini,” ucap anggota JC Catur agus Saptono.
Sementara, kubu ISL melaui media officernya, Azwan Karim, menjelaskan bahwa adanya media dari Indonesia yang datang bukan karena undangan dari pihaknya. Tapi, mereka ternyata adalah kontributor media tersebut yang ada di Kuala Lumpur, Malaysia.
“kami tidak mengundang. Mereka memang ada di Malaysia. Kenapa mereka masih belum biusa menyampaikan hasil yang sudah dinotulensi,” ucapnya.
Alhasil dalam konferensi pers kemarin pun terbuka mengenai masih belum sepahamnya anggota JC untuk melakukan rekonsiliasi. Dalam urusan timnas, kubu PSSI masih ngotot bahwa kendali timnas masih dibawah PSSI dan JC hanya bertugas melakukan harmonisasi pemain. Sebaliknya, Joko Driyono, CEO PT Liga Indonesia, menyebutkan bahwa timnas berada di bawah JC. Namun, untuk urusan administrasi tetap berinduk kepada PSSI Djohar agar penyatuan Timnas terwujud.
Perbedaan ini memang cukup menyedihkan. Meskipun rapat sudah dipimpin langsung oleh ketua tim Taskforce AFC, Prince Abdullah, tetap saja belum ada kebenaran informasi. (aam/jpnn)