BELUM lagi terjawab surat protes yang dilayangkan kubu Sumatera Utara dan Bengkulu, terkait berubahnya peraturan Pra PON yang meloloskan Sumbar dan Jambi, PSSI kembali menunjukkan ketidak becusannya dalam mengelola kompetisi.
Sebagaimana layaknya tim yang akan bertanding, kemarin (26/10) tim Pra PON Sumut mencoba lapangan Bea Cukai yang akan menjadi venue putaran kedua.
Tapi, sebelum bertolak ke lapangan tim sepak bola Sumut sempat terkatung-katung karena tidak adanya Liaison Officer (L.O), yang biasanya bertugas memberi kemudahan kepada dua tim yang akan bertanding. Ketika masalah ini ditanyakan kepada pengurus PSSI saat technical meeting, tak satupun di antara para pengurus tadi yang mampu menjawabnya.
“Sudah semakin tak becus PSSI ini mengurus sepak bola. Kalau ke daerah mereka selalu membuat peraturan yang macam-macam, sekarang untuk urusan LO saja mereka tak mampu menyediakannya,” bilang Jhoni Rakasiwi, Sekretaris Tim Pra PON Sumut.
Ternyata bukan hanya tim Pra PON Sumut saja yang merasa kecewa dengan PSSI. Tim Pra PON Bengkulu lewat Sekum Pengprov PSSI Bengkulu Asmawi Hamzah pun tak henti-hentinya mengecam kinerja yang diperlihatkan pengurus PSSI. “Kalau main di daerah saja semua tim pasti mendapat jasa angkutan, kenapa di sini itu tak terjadi. Berarti panitia pelaksana pertandingan di daerah jauh lebih bagus daripada PSSI,” ketusnya.
Terkait protes tentang lolosnya Sumbar dan Jambi sehingga Sumut dan Bengkulu terpaksa melakukan pertandingan playoff, Asnawi pun mengatakan bahwa alasan yang diberikan PSSI tak masuk akal. (jun)