30.6 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Pertahankan Rekor Nasional Sejak 2000

 Mantan atlet tolak peluru Sumut Sukraj Singh Dhillon (35), menyimpan satu prestasi yang hingga saat ini masih cukup membanggakan bagi dirinya, maupun daerah.

M SAHBAYNI, Medan

YA, pasalnyasejak2000silam, Sukraj sempat menorehkan rekor Nasional dengan jarak 16,87 meter pada PON XV Surabaya. Dan hingga saat ini, rekor tersebut belum terpecahkan.

Namun, sejak divonis dokter menderita cedera tulang punggung pada 2000 lalu, Sukraj harus memupuskan keinginannya untuk terus mencatatkan prestasi bagi Sumut.

“Saat itu saya mengikuti PON XV di Surabaya, dan saya kembali mencatatkan rekor baru 16,87 meter, yang sebelumnya hanya 15,60 meter,” ungkapnya.

Menurutnya, setelah mencatatkan rekor itulah ia mulai didera cedera tulang punggung, yang memaksanya pensiun dini. “Usai Kejurnas dan mengetahui cedera yang saya derita, saya langsung dilarikan ke Rumah Sakit Son Yosif Hospital, di Bochum, Jerman. Dokter yang menangani saya, Kremer, menyarankan agar saya tak kembali menggeluit olahraga tolak peluru.

Karena, jika dipaksakan akan lebih fatal lagi akibatnya,” ungkap Sukraj.

Sedih pun mendera, karena ia tak menyangka harus mengalami cedera yang mengakhiri karirnya. Padahal saat itu, Sukraj baru berusia 25 tahun. Akhirnya, iapunmemutuskan mengikuti jejak orangtua dengan melanjutkan usaha toko olahraga.

Beristrikan Manmit Kaaur (28), dan dikaruniai dua orang anak, kini Sukraj tinggal di Jalan Letjen Jamin Ginting No 896 C Medan.

Awalnya, Sukraj bukanlah seorang anak yang gemar olahraga, karena ia memang cukup aktif di kuil sebagai warga negara yang menganut agama Hindu. Namun, pada 1994 ada pertandingan tolak peluru yang digelar seluruh kuil di Kota Medan. Pada pertandingan perdananya, Sukraj muda, langsung menyabet juara pertama.

Padahal saat itu banyak yang lebih tua dari Sukraj.

Dengan bakat terpendam yang ia miliki, Dispora Sumut pun langsung memanggilnya untuk memperkuat atlet daerah di cabor tolak peluru.

Dan pada pemanggilan tersebut, ia pun langsung diterjunkan untuk mengikuti Pelatnas di Jakarta.

Pada 1995, Sukraj mengikuti kejuaraan di Jakarta yang saat itu ia berhasil meraih juara pertama. Dan saat itu ia pun sudah kembali mencatatkan rekor baru, yakni 15,60 meter yang sebelumnya hanya 15,30 meter.

Dengan memecahkan rekor tersebut, seketika nama Sukraj melambung dan menjadi seorang atlet tolak peluru yang cukup disegani di tingkat Nasional. Atas prestasi itu pun, Sukraj mewakili Indonesia di ajang SEA Games 1997 di Jakarta. Tapi, pada even dua tahunan se-Asia Tenggara itu, Sukraj hanya mampu menorehkan medali perak bagi Indonesia.

Berlanjut di even serupa pada 1999 silam yang dihelat di Brunei Darussalam, ia juga masih hanya mampu mempersembahkan medali perak untuk ‘Merah Putih’.

Pada 2000 Sukraj mengalami cedera, dan harus pensiun dini di usia 25 tahun. Namun, pada 2011, Sukraj kembali dipercaya untuk melatih atlet Sumut untuk menghadapi Porwil di Batam. “Pada even itu, atlet yang saya asuh berhasil menorehkan medali emas untuk cabor lempar cakram, tolak peluru, dan lontar martil.

Setelah itu saya juga menjadi pelatih dalam persiapan PON XVIII 2012 Riau. Dan anak-anak asuh saya hanya berhasil meraih dua medali perunggu,” ungkapnya.

Karir kepelatihan Sukraj pun meningkat, pasalnya, ia akhirnya dipanggil PB Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) untuk meningkatkan kemampuan melatihnya di Jerman. “Saat di sana (Jerman) saya belajar teknik kepelatihan, dan dari situ saya mendapatkan sertifikat kepelatihan,” jelas Sukraj.

Disinggung masalah generasi atlet Sumut untuk tolak peluru, Sukraj mengaku, banyak generasi yang berbakat yang di mililiki Sumut.

Sukraj berencana, mengajarkan anak-anak asuhnya saat ini untuk berlatih lebih giat untuk nantinya bisa mematahkan rekor yang dibuatnya pada 2000 lalu. “Karena saya heran, kenapa hingga saat ini belum ada yang mematahkan rekor saya itu?” katanya.

Namun, minimnya dana di daerah, khususnya untuk cabor atletik, Sukraj berharap, baik pemerintah maupun pihakswasta, maumemajukanolahraga di Sumut. “Karena dari olahraga, nama daerah dan negara bisa lebih dikenal,” tandasnya. (*)

 Mantan atlet tolak peluru Sumut Sukraj Singh Dhillon (35), menyimpan satu prestasi yang hingga saat ini masih cukup membanggakan bagi dirinya, maupun daerah.

M SAHBAYNI, Medan

YA, pasalnyasejak2000silam, Sukraj sempat menorehkan rekor Nasional dengan jarak 16,87 meter pada PON XV Surabaya. Dan hingga saat ini, rekor tersebut belum terpecahkan.

Namun, sejak divonis dokter menderita cedera tulang punggung pada 2000 lalu, Sukraj harus memupuskan keinginannya untuk terus mencatatkan prestasi bagi Sumut.

“Saat itu saya mengikuti PON XV di Surabaya, dan saya kembali mencatatkan rekor baru 16,87 meter, yang sebelumnya hanya 15,60 meter,” ungkapnya.

Menurutnya, setelah mencatatkan rekor itulah ia mulai didera cedera tulang punggung, yang memaksanya pensiun dini. “Usai Kejurnas dan mengetahui cedera yang saya derita, saya langsung dilarikan ke Rumah Sakit Son Yosif Hospital, di Bochum, Jerman. Dokter yang menangani saya, Kremer, menyarankan agar saya tak kembali menggeluit olahraga tolak peluru.

Karena, jika dipaksakan akan lebih fatal lagi akibatnya,” ungkap Sukraj.

Sedih pun mendera, karena ia tak menyangka harus mengalami cedera yang mengakhiri karirnya. Padahal saat itu, Sukraj baru berusia 25 tahun. Akhirnya, iapunmemutuskan mengikuti jejak orangtua dengan melanjutkan usaha toko olahraga.

Beristrikan Manmit Kaaur (28), dan dikaruniai dua orang anak, kini Sukraj tinggal di Jalan Letjen Jamin Ginting No 896 C Medan.

Awalnya, Sukraj bukanlah seorang anak yang gemar olahraga, karena ia memang cukup aktif di kuil sebagai warga negara yang menganut agama Hindu. Namun, pada 1994 ada pertandingan tolak peluru yang digelar seluruh kuil di Kota Medan. Pada pertandingan perdananya, Sukraj muda, langsung menyabet juara pertama.

Padahal saat itu banyak yang lebih tua dari Sukraj.

Dengan bakat terpendam yang ia miliki, Dispora Sumut pun langsung memanggilnya untuk memperkuat atlet daerah di cabor tolak peluru.

Dan pada pemanggilan tersebut, ia pun langsung diterjunkan untuk mengikuti Pelatnas di Jakarta.

Pada 1995, Sukraj mengikuti kejuaraan di Jakarta yang saat itu ia berhasil meraih juara pertama. Dan saat itu ia pun sudah kembali mencatatkan rekor baru, yakni 15,60 meter yang sebelumnya hanya 15,30 meter.

Dengan memecahkan rekor tersebut, seketika nama Sukraj melambung dan menjadi seorang atlet tolak peluru yang cukup disegani di tingkat Nasional. Atas prestasi itu pun, Sukraj mewakili Indonesia di ajang SEA Games 1997 di Jakarta. Tapi, pada even dua tahunan se-Asia Tenggara itu, Sukraj hanya mampu menorehkan medali perak bagi Indonesia.

Berlanjut di even serupa pada 1999 silam yang dihelat di Brunei Darussalam, ia juga masih hanya mampu mempersembahkan medali perak untuk ‘Merah Putih’.

Pada 2000 Sukraj mengalami cedera, dan harus pensiun dini di usia 25 tahun. Namun, pada 2011, Sukraj kembali dipercaya untuk melatih atlet Sumut untuk menghadapi Porwil di Batam. “Pada even itu, atlet yang saya asuh berhasil menorehkan medali emas untuk cabor lempar cakram, tolak peluru, dan lontar martil.

Setelah itu saya juga menjadi pelatih dalam persiapan PON XVIII 2012 Riau. Dan anak-anak asuh saya hanya berhasil meraih dua medali perunggu,” ungkapnya.

Karir kepelatihan Sukraj pun meningkat, pasalnya, ia akhirnya dipanggil PB Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) untuk meningkatkan kemampuan melatihnya di Jerman. “Saat di sana (Jerman) saya belajar teknik kepelatihan, dan dari situ saya mendapatkan sertifikat kepelatihan,” jelas Sukraj.

Disinggung masalah generasi atlet Sumut untuk tolak peluru, Sukraj mengaku, banyak generasi yang berbakat yang di mililiki Sumut.

Sukraj berencana, mengajarkan anak-anak asuhnya saat ini untuk berlatih lebih giat untuk nantinya bisa mematahkan rekor yang dibuatnya pada 2000 lalu. “Karena saya heran, kenapa hingga saat ini belum ada yang mematahkan rekor saya itu?” katanya.

Namun, minimnya dana di daerah, khususnya untuk cabor atletik, Sukraj berharap, baik pemerintah maupun pihakswasta, maumemajukanolahraga di Sumut. “Karena dari olahraga, nama daerah dan negara bisa lebih dikenal,” tandasnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/