32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Faebolo Dodo Gowasa, Atlet Angkat Berat Sumatera Utara

MEDAN-Faebolo Dodo Gowasa, pria kelahiran Fhilijolootano, Nias Selatan, 29 tahun lalu ini merupakan atlet angkat berat Sumut. Pria yang akrab disapa Daud Gowasa ini pun masih diharapkan untuk mendulang prestasi di bidangnya.

Faebolo Dodo Gowasa
Faebolo Dodo Gowasa

Daud yang juga bekerja sebagai Satpam di PDAM Tirtanadi Cabang HM Yamin Jalan Tirto Medan ini kini tinggal di Jalan Pelita I No 9 Medan, dan dikaruniai tiga orang anak dari sang istri Mitiana Zamili.

Menurut Daud, menjadi seorang bapak sekaligus atlet angkat berat tak semudah yang dibayangkannya. Banyak lika-liku hidup yang dialaminya di Kota Medan.

Lifter tingkat dunia Nanda Taleumbanua menjadi inspiratornya di angkat berat ini. Namun, capaian Nanda masih jauh dari apa yang kini diraihnya. Demi membangun sebuah harapan, Daud rela merantau jauh dari tanah kelahirannya di Nias Selatan. Harapan itu, tak lain dan tak bukan adalah untuk meraih prestasi yang cukup baik di bidang angkat berat. Dan satu tujuan mulia yang disisipkannya untuk melecut semangat dan kerja kerasnya, yakni ia sempat berniat untuk membangunkan sebuah rumah yang layak untuk sang ibu tercinta, karena Daud sudah ditinggal sang ayah ketika ia masih berumur tiga tahun.

Namun, ternyata niat itu bukan baru saja muncul dari benaknya, karena sejak berumur 13 tahun, Daud muda sudah memutuskan untuk mengadu nasib ke Kota Medan. Ia pun terpaksa putus sekolah karena faktor ekonomi keluarga yang tak mendukung. Sebagai awal, ia sempat bekerja sebagai tukang cuci mobil di Jalan Tuasan Medan Perjuangan. Ia pun terpaksa menumpang di rumah temannya selama lima bulan.
Seakan tak menyerah, Daud akhirnya diminta sepupunya untuk bekerja sebagai buruh setrika. “Tempat kerjanya di daerah Helvetia, dan saat itu saya menerima tawaran itu. Yang penting dapat kerja dan halal. Tapi saya hanya betah selama setahun. Dan saya beralih menjadi penjahit tenda, bekerja sama dengan sepupu saya yang lain. Dan ternyata saya juga tak tahan lama dengan profesi itu, dan akhirnya saya menjadi penarik becak di Pasar Sambas,” ungkap Daud.

Saat menjadi penarik becak, Daud perlahan-lahan mulai menekuni latihan angkat berat. “Saat saya berumur 16 tahunan, saya bertanya kepada teman-teman di mana saya bisa berlatih angkat berat? Dan mereka menunjukkan kepada saya Orange Deli Barbel Club (ODB) di Jalan Hitam Medan Timur. Dan dari situlah karir keatletan saya dimulai,” jelasnya.

Awal karirnya, Daud menguji kemampuannya dengan mengikuti gelaran eksebisi angkat berat se-Kota Medan pada 2001-2002 secara berturut dan mencatatkan sebagai jawara. Di 2003 ia mengikuti Kejurnas junior di Indramayu, dan ia meraih juara ketiga. Dan di tahun yang sama ia kembali mengikuti Kejurnas junior di Semarang dan menyabet juara kedua. Dan di even yang sama pada 2005 di Jakarta ia kembali menorehkan prestasi sebagai juara kedua. “Setelah itu, saya juga sempat ikut di ajang praPON dan ikut PON 2006 di Palembang. Saat itu saya hanya mampu meraih peringkat keenam,” tutur Daud.

Tak sampai di situ, pada 2007 silam, Daud juga mengikuti Kejurnas di Riau dan menorehkan prestasi yang membanggakan, dengan keluar sebagai jawara.

Dan pada persiapan menuju PON 2012 Riau lalu, putra keempat pasangan Fasindro Gowasa dan Sitia Gohai ini terus mengasah kemampuannya. Dan ia akhirnya mampu mencatatkan nama Sumut untuk mendapatkan medali perunggu. (ban)

MEDAN-Faebolo Dodo Gowasa, pria kelahiran Fhilijolootano, Nias Selatan, 29 tahun lalu ini merupakan atlet angkat berat Sumut. Pria yang akrab disapa Daud Gowasa ini pun masih diharapkan untuk mendulang prestasi di bidangnya.

Faebolo Dodo Gowasa
Faebolo Dodo Gowasa

Daud yang juga bekerja sebagai Satpam di PDAM Tirtanadi Cabang HM Yamin Jalan Tirto Medan ini kini tinggal di Jalan Pelita I No 9 Medan, dan dikaruniai tiga orang anak dari sang istri Mitiana Zamili.

Menurut Daud, menjadi seorang bapak sekaligus atlet angkat berat tak semudah yang dibayangkannya. Banyak lika-liku hidup yang dialaminya di Kota Medan.

Lifter tingkat dunia Nanda Taleumbanua menjadi inspiratornya di angkat berat ini. Namun, capaian Nanda masih jauh dari apa yang kini diraihnya. Demi membangun sebuah harapan, Daud rela merantau jauh dari tanah kelahirannya di Nias Selatan. Harapan itu, tak lain dan tak bukan adalah untuk meraih prestasi yang cukup baik di bidang angkat berat. Dan satu tujuan mulia yang disisipkannya untuk melecut semangat dan kerja kerasnya, yakni ia sempat berniat untuk membangunkan sebuah rumah yang layak untuk sang ibu tercinta, karena Daud sudah ditinggal sang ayah ketika ia masih berumur tiga tahun.

Namun, ternyata niat itu bukan baru saja muncul dari benaknya, karena sejak berumur 13 tahun, Daud muda sudah memutuskan untuk mengadu nasib ke Kota Medan. Ia pun terpaksa putus sekolah karena faktor ekonomi keluarga yang tak mendukung. Sebagai awal, ia sempat bekerja sebagai tukang cuci mobil di Jalan Tuasan Medan Perjuangan. Ia pun terpaksa menumpang di rumah temannya selama lima bulan.
Seakan tak menyerah, Daud akhirnya diminta sepupunya untuk bekerja sebagai buruh setrika. “Tempat kerjanya di daerah Helvetia, dan saat itu saya menerima tawaran itu. Yang penting dapat kerja dan halal. Tapi saya hanya betah selama setahun. Dan saya beralih menjadi penjahit tenda, bekerja sama dengan sepupu saya yang lain. Dan ternyata saya juga tak tahan lama dengan profesi itu, dan akhirnya saya menjadi penarik becak di Pasar Sambas,” ungkap Daud.

Saat menjadi penarik becak, Daud perlahan-lahan mulai menekuni latihan angkat berat. “Saat saya berumur 16 tahunan, saya bertanya kepada teman-teman di mana saya bisa berlatih angkat berat? Dan mereka menunjukkan kepada saya Orange Deli Barbel Club (ODB) di Jalan Hitam Medan Timur. Dan dari situlah karir keatletan saya dimulai,” jelasnya.

Awal karirnya, Daud menguji kemampuannya dengan mengikuti gelaran eksebisi angkat berat se-Kota Medan pada 2001-2002 secara berturut dan mencatatkan sebagai jawara. Di 2003 ia mengikuti Kejurnas junior di Indramayu, dan ia meraih juara ketiga. Dan di tahun yang sama ia kembali mengikuti Kejurnas junior di Semarang dan menyabet juara kedua. Dan di even yang sama pada 2005 di Jakarta ia kembali menorehkan prestasi sebagai juara kedua. “Setelah itu, saya juga sempat ikut di ajang praPON dan ikut PON 2006 di Palembang. Saat itu saya hanya mampu meraih peringkat keenam,” tutur Daud.

Tak sampai di situ, pada 2007 silam, Daud juga mengikuti Kejurnas di Riau dan menorehkan prestasi yang membanggakan, dengan keluar sebagai jawara.

Dan pada persiapan menuju PON 2012 Riau lalu, putra keempat pasangan Fasindro Gowasa dan Sitia Gohai ini terus mengasah kemampuannya. Dan ia akhirnya mampu mencatatkan nama Sumut untuk mendapatkan medali perunggu. (ban)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/