26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pesta Seks Hingga Pengaturan Serie A

4-Fabian O’NeillTIBA-tiba saja, eks pemain Juventus Fabian O’Neill membuat pengakuan mengejutkan. O’Neill  mengaku pernah mendatangi pesta di kediaman Filippo Inzaghi yang diakhiri dengan seks bebas.
O’Neill memang pernah satu tim dengan Pippo Inzaghi sewaktu berkostum Juve. O’Neill berada di Turin pada 2000-2002, sementara Pippo antara 1997-2001.
“Sewaktu di Juve, saya mendatangi pesta yang diadakan di kediaman Pippo Inzaghi. Di sana banyak sekali gadis-gadis yang kerap tampil di TV,” kata O’Neill kepada montevideo.com.uy. “Kami berdansa dan meminum bir. Lalu semua orang, kecuali saya, melakukan seks,” tegas O’Neill.
“Keesokan harinya, saya melihat mereka di TV dan berkata kepada istri saya: ‘Lihat, tadi malam saya bersama mereka semua dan tak melakukan apapun,” ujar O’Neill.
O’Neill kini berusia 39 tahun dan telah gantung sepatu. Dia lantas fokus pada usaha peternakan sapi di kampung halamannya, Uruguay. Sementara itu, Pippo yang juga berusia 39 tahun, saat ini merupakan pelatih tim AC Milan Allievi Nazionali  atau U-17 Rossoneri.
Ironisnya, tak hanya mengungkap pesta tidak senonoh di rumah Filippo Inzaghi, O’Neill juga mengaku pernah mengatur pertandingan di Serie A sewaktu masih merumput di Cagliari dan Perugia.
O’Neill yang berposisi sebagai gelandang serang memang menghabiskan sebagian besar karirnya di Serie A. Dia sempat memperkuat Cagliari pada 1996-2000, Juventus pada 2000-2002, dan Perugia selama enam bulan di paruh kedua 2002 sebelum kembali lagi ke Cagliari.
Lantas apa laga Serie A yang diaturnya? Secara terbuka, pemain asal Uruguay ini menyebut pertandingan antara Cagliari versus Chievo pada 14 Juni 1998 sebagai hasil main mata. O’Neill masih mengingat dengan jelas jalannya laga penentu degradasi tersebut.
“Saya mengatur pertandingan saat masih bermain di Serie A. Melawan Chievo Verona, kami bakalan aman dari degradasi dengan hanya hasil imbang. Sebagai bonus, klub akan memberi kami masing-masing USD 60 ribu,” kata O’Neill.
“Pada menit ke-87, salah satu pemain kami mencetak gol melalui tendangan dari jarak 40 meter. Kami pun unggul 2-1. Hal itu seharusnya tidak terjadi. Saya pun berteriak kepada Diego Lopez ‘Kita harus kebobolan atau mereka akan membunuh kita.’ Diego lantas kehilangan bola dan mereka mencetak gol untuk mengubah hasil akhir menjadi 2-2,” jelas O’Neill.
Parahnya lagi, O’Neill menambahkan bahwa dirinya juga sempat melakukan pengaturan skor saat bermain di Perugia. Padahal, di sana dia merupakan kapten. (bbs/jpnn)

4-Fabian O’NeillTIBA-tiba saja, eks pemain Juventus Fabian O’Neill membuat pengakuan mengejutkan. O’Neill  mengaku pernah mendatangi pesta di kediaman Filippo Inzaghi yang diakhiri dengan seks bebas.
O’Neill memang pernah satu tim dengan Pippo Inzaghi sewaktu berkostum Juve. O’Neill berada di Turin pada 2000-2002, sementara Pippo antara 1997-2001.
“Sewaktu di Juve, saya mendatangi pesta yang diadakan di kediaman Pippo Inzaghi. Di sana banyak sekali gadis-gadis yang kerap tampil di TV,” kata O’Neill kepada montevideo.com.uy. “Kami berdansa dan meminum bir. Lalu semua orang, kecuali saya, melakukan seks,” tegas O’Neill.
“Keesokan harinya, saya melihat mereka di TV dan berkata kepada istri saya: ‘Lihat, tadi malam saya bersama mereka semua dan tak melakukan apapun,” ujar O’Neill.
O’Neill kini berusia 39 tahun dan telah gantung sepatu. Dia lantas fokus pada usaha peternakan sapi di kampung halamannya, Uruguay. Sementara itu, Pippo yang juga berusia 39 tahun, saat ini merupakan pelatih tim AC Milan Allievi Nazionali  atau U-17 Rossoneri.
Ironisnya, tak hanya mengungkap pesta tidak senonoh di rumah Filippo Inzaghi, O’Neill juga mengaku pernah mengatur pertandingan di Serie A sewaktu masih merumput di Cagliari dan Perugia.
O’Neill yang berposisi sebagai gelandang serang memang menghabiskan sebagian besar karirnya di Serie A. Dia sempat memperkuat Cagliari pada 1996-2000, Juventus pada 2000-2002, dan Perugia selama enam bulan di paruh kedua 2002 sebelum kembali lagi ke Cagliari.
Lantas apa laga Serie A yang diaturnya? Secara terbuka, pemain asal Uruguay ini menyebut pertandingan antara Cagliari versus Chievo pada 14 Juni 1998 sebagai hasil main mata. O’Neill masih mengingat dengan jelas jalannya laga penentu degradasi tersebut.
“Saya mengatur pertandingan saat masih bermain di Serie A. Melawan Chievo Verona, kami bakalan aman dari degradasi dengan hanya hasil imbang. Sebagai bonus, klub akan memberi kami masing-masing USD 60 ribu,” kata O’Neill.
“Pada menit ke-87, salah satu pemain kami mencetak gol melalui tendangan dari jarak 40 meter. Kami pun unggul 2-1. Hal itu seharusnya tidak terjadi. Saya pun berteriak kepada Diego Lopez ‘Kita harus kebobolan atau mereka akan membunuh kita.’ Diego lantas kehilangan bola dan mereka mencetak gol untuk mengubah hasil akhir menjadi 2-2,” jelas O’Neill.
Parahnya lagi, O’Neill menambahkan bahwa dirinya juga sempat melakukan pengaturan skor saat bermain di Perugia. Padahal, di sana dia merupakan kapten. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Die Werkself Lolos dengan Agregat 4-1

Sevilla ke Perempat Final Liga Europa

Bayern Munchen di Atas Angin

The Red Devils Lolos Mudah

Nerazzurri ke 8 Besar Liga Europa

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/