Derby Manchester kali ini menjadi posisi yang tidak menguntungkan bagi Manchester City. Dengan selisih 15 angka, perburuan gelar City menjadi sangat berat. Meskipun begitu adu gengsi tetap memanaskan duel.
Di luar keharusan menang untuk tetap menjaga peluang yang hampir tertutup rapat, City tetap diunggulkan. Saktiawan Sinaga yakin The Citizens bisa menghadirkan kemenangan bagi pendukungnya.
“Kalau saya pegang Citylah. Skornya 2-1 untuk kemenangan tim besutan Roberto Mancini itu,” jelas Sakti.
Sakti mengatakan City harus menang untuk tetap menjaga peluang.
Meskipun tipis. Di duel sebelumnya City menyerah 2-3 dari Setan Merah. Gengsi untuk revans tetap mengemuka.
“Mereka juga bertekad membalas kekalahan sebelumnya. Kali ini MU gantian bakal kalah,” jelasnya.
Sementara bek kiri PSMS LPIS, Rommy Agustiawan menyebut hasil imbang menjadi akhir laga. “Pertandingan ini akan ketat. Skornya 2-2,” jelasnya.
Mengapa imbang? Mantan bek PSIS Semarang itu mengatakan MU akan sulit dikalahkan saat bermain di kandangnya sendiri. “Walaupun City berambisi memenangkan derby kemungkinan sulit. Soalnya MU main di kandang sendiri,” jelasnya.
Di sisi lain, dengan kapasitas 75.765 penonton, Old Trafford merupakan stadion terbesar di antara stadion klub Premier League lainnya. Sayang, kapasitas besar itu tidak diimbangi dengan atmosfer yang dahsyat. Dengan kata lain, gemuruh suara penonton di Old Trafford kalah dahsyat dengan stadion lainnya. Sebut saja dengan Anfield sekalipun kapasitasnya hanya 45.276 penonton.
Semula, fans United dituding sebagai penyebabnya. Mereka dianggap datang ke Old Trafford hanya sebagai penonton sepak bola ketimbang meneriakkan yel-yel untuk Setan Merah (sebutan United) tiada henti sepanjang pertandingan.
Tapi, fans United balik menyalahkan klub karena memberikan porsi terlalu banyak untuk tamu sehingga mereduksi dukungan. Jalan tengah pun diambil. Yakni, mendatangkan sounds man atau ahli tata suara untuk menyelidiki penyebabnya kurang berisiknya Old Trafford.
Hasilnya, tata letak tribun stadion ternyata ikut memberi pengaruh. Salah satunya di Stretford End atau tribun barat Old Trafford yang berkapasitas 15 ribu dan ditempati para pemegang tiket terusan itu Itu didukung pengakuan Stretford Enders, fans United yang selalu menonton di Stretford End.
“Suporter di Stretford End berpikir mereka sudah cukup ramai bersuara. Padahal, teman-temannya di bagian tribun lainnya mengatakan tak bisa mendengar mereka,” kata seorang Stretford Enders yang tidak disebutkan namanya seperti dilansir Manchester Evening News.
Seiring mustahil merombak tribun di tengah kompetisi berjalan, opsi lain dimunculkan. Yakni, membuat “zona bernyanyi” atau mengumpulkan suporter militan dalam satu lokasi. Langkah itu pernah dilakukan Arsenal di Stadion Emirates. Tapi, zona yang kala itu dinamai “Red Action” tersebut lantas dihapuskan oleh klub dengan pertimbangan keamanan.
Sejauh ini, United belum mengiyakan atau menolak opsi zona bernyanyi. “Klub baru menentukan langkah setelah menerima laporan kedua dari ahli tata suara dalam derby Manchester (8/4, Red). Laporan pertama adalah saat lawan Liverpool (13/1, Red),” kata juru bicara United kepada MUTV. (don/dns/jpnn)