26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Nightmare 1998

Di pentas sepak bola dunia, hampir tak ada yang meragukan kapabilitas Brasil. Tim yang telah lima kali memenanggi Piala Dunia itu selalu menjadi favorit pada setiap penyelenggaran even empat tahun tersebut.

Tahun 2002 adalah kali terakhir Selecao (julukan Brasil) menjadi juara di Piala Dunia. Itu adalah gelar kelima mereka, meski sesungguhnya itu bisa saja menjadi gelar keenam jika pada partai final empat tahun sebelumnya Selecao tak luluh lantak diterjang kehebatan Le Bleus dengan skor 0-3.

Ironisnya, sejak kekalahan itu Les Blues seolah menjadi momok bagi Selecao. Buktinya, pada empat pertemuan setelahnya Selecao tak pernah menang atas Les Bleus. Hasil imbang 0-0 pada pertemuan yang berlangsung 20 Mei 2004 adalah hasil terbaik dibanding tiga kekalahan atas Les Bleus di ajang Confederation Cup, World Cup 206 dan friendly match tahun 2011 lalu (Lihat Grafis Head to Head).

Artinya, laga dini hari nanti menghadapi Prancis yang berlangsung di Arena do Grêmio (Porto Alegre, Rio Grande do Sul) menjadi kesempatan terbaik bagi Selecao untuk mengakhiri catatan buruk atas Les Bleus, meski fakta juga mencatat bahwa dari 2 kali menjamu Prancis di pentas friendly match, Brasil hanya menang sekali dan sekali bermain imbang.

Kemenangan diraih Brasil pada pertemuan yang berlangsung 1 Agustus 1930. Saat itu tuan rumah menang dengan skor 3-2. Sementara hasil imbang 2-2 terjadi pada pertemuan yang berlangsung 30 Juni 1977.

Parahnya, ketika Brasil mengusung misi menang di hadapan pendukungnya nanti, anak asuh Luis Felipe Scolari justru belum menemukan bentuk permainan terbaiknya.

Pada lima pertandingan terakhir yang telah dilakoni, praktis hanya saat menjamu Bolivia saja Brasil memperoleh kemenangan (4-0). Empat pertandingan lainnya Neymar dkk justru hanya memperoleh hasil imbang.

“Kami kecewa dengan hasil pertandingan itu. tapi saya melihat kami masih memiliki waktu untuk memperbaiki kesalahan, setidaknya sebelum tim berlaga di Piala Konfederasi,” bilang Luis Felipe Scolari, tactician Brasil.

“Lihatlah bahwa kami selalu memiliki banyak peluang untuk memenangkan pertandingan. Ini membuat saya semakin yakin jika mereka (pemain, Red) memiliki kemampuan untuk melakukan hal yang lebih baik,” tambah mantan pelatih Chelsea itu.Terkait kekuatan Prancis, Scolari mengatakan bahwa calon lawannya itu kini sedang goyah. Itu bisa dilihat dari dua kekalahan beruntun pada dua pertandingan terakhir, masing-masing atas Spanyol (0-1) dan Uruguay (0-1).

Menanggapi komentar Scolari itu pelatih Prancis yang juga kapten tim Le Bleus saat  menjuarai Piala Dunia 1998 setelah mengalahkan Brasil, Didier Deschamps mengatakan bahwa timnya selalu bergairah jika menghadapi Brasil.

“Selalu ada hasrat untuk mengalahkan mereka. Kami pernah mengalami krisis (pemain) yang lebih parah dari kondisi sekarang ini. Tapi kami tetap mampu mengalahkan mereka,” bilang Deschamps.

“Dahulu (tahun 1998) semua orang menjagokan Brasil, tapi kami mampu membalikkan keadaan. Setelah itu, lihatlah kami selalu mengalahkan mereka, karena mereka selalu merasa tertekan setiap kali menghadapi kami. Beban itu membuat mereka tak mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Ya, itu (kekelahan tahun 1998) seperti mimpi buruk bagi mereka,” tandas mantan gelandang Juventus dan Chelsea itu. (*)

Di pentas sepak bola dunia, hampir tak ada yang meragukan kapabilitas Brasil. Tim yang telah lima kali memenanggi Piala Dunia itu selalu menjadi favorit pada setiap penyelenggaran even empat tahun tersebut.

Tahun 2002 adalah kali terakhir Selecao (julukan Brasil) menjadi juara di Piala Dunia. Itu adalah gelar kelima mereka, meski sesungguhnya itu bisa saja menjadi gelar keenam jika pada partai final empat tahun sebelumnya Selecao tak luluh lantak diterjang kehebatan Le Bleus dengan skor 0-3.

Ironisnya, sejak kekalahan itu Les Blues seolah menjadi momok bagi Selecao. Buktinya, pada empat pertemuan setelahnya Selecao tak pernah menang atas Les Bleus. Hasil imbang 0-0 pada pertemuan yang berlangsung 20 Mei 2004 adalah hasil terbaik dibanding tiga kekalahan atas Les Bleus di ajang Confederation Cup, World Cup 206 dan friendly match tahun 2011 lalu (Lihat Grafis Head to Head).

Artinya, laga dini hari nanti menghadapi Prancis yang berlangsung di Arena do Grêmio (Porto Alegre, Rio Grande do Sul) menjadi kesempatan terbaik bagi Selecao untuk mengakhiri catatan buruk atas Les Bleus, meski fakta juga mencatat bahwa dari 2 kali menjamu Prancis di pentas friendly match, Brasil hanya menang sekali dan sekali bermain imbang.

Kemenangan diraih Brasil pada pertemuan yang berlangsung 1 Agustus 1930. Saat itu tuan rumah menang dengan skor 3-2. Sementara hasil imbang 2-2 terjadi pada pertemuan yang berlangsung 30 Juni 1977.

Parahnya, ketika Brasil mengusung misi menang di hadapan pendukungnya nanti, anak asuh Luis Felipe Scolari justru belum menemukan bentuk permainan terbaiknya.

Pada lima pertandingan terakhir yang telah dilakoni, praktis hanya saat menjamu Bolivia saja Brasil memperoleh kemenangan (4-0). Empat pertandingan lainnya Neymar dkk justru hanya memperoleh hasil imbang.

“Kami kecewa dengan hasil pertandingan itu. tapi saya melihat kami masih memiliki waktu untuk memperbaiki kesalahan, setidaknya sebelum tim berlaga di Piala Konfederasi,” bilang Luis Felipe Scolari, tactician Brasil.

“Lihatlah bahwa kami selalu memiliki banyak peluang untuk memenangkan pertandingan. Ini membuat saya semakin yakin jika mereka (pemain, Red) memiliki kemampuan untuk melakukan hal yang lebih baik,” tambah mantan pelatih Chelsea itu.Terkait kekuatan Prancis, Scolari mengatakan bahwa calon lawannya itu kini sedang goyah. Itu bisa dilihat dari dua kekalahan beruntun pada dua pertandingan terakhir, masing-masing atas Spanyol (0-1) dan Uruguay (0-1).

Menanggapi komentar Scolari itu pelatih Prancis yang juga kapten tim Le Bleus saat  menjuarai Piala Dunia 1998 setelah mengalahkan Brasil, Didier Deschamps mengatakan bahwa timnya selalu bergairah jika menghadapi Brasil.

“Selalu ada hasrat untuk mengalahkan mereka. Kami pernah mengalami krisis (pemain) yang lebih parah dari kondisi sekarang ini. Tapi kami tetap mampu mengalahkan mereka,” bilang Deschamps.

“Dahulu (tahun 1998) semua orang menjagokan Brasil, tapi kami mampu membalikkan keadaan. Setelah itu, lihatlah kami selalu mengalahkan mereka, karena mereka selalu merasa tertekan setiap kali menghadapi kami. Beban itu membuat mereka tak mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Ya, itu (kekelahan tahun 1998) seperti mimpi buruk bagi mereka,” tandas mantan gelandang Juventus dan Chelsea itu. (*)

Artikel Terkait

Die Werkself Lolos dengan Agregat 4-1

Sevilla ke Perempat Final Liga Europa

Bayern Munchen di Atas Angin

The Red Devils Lolos Mudah

Nerazzurri ke 8 Besar Liga Europa

Terpopuler

Artikel Terbaru

/