25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Proyek Jangka Panjang, Meniru Coverciano dan Clairefonteine

Pemusatan Latihan Sepak Bola St George’s Park Inggris

Italia punya Coverciano dan Prancis memiliki Clairefontaine. Itu adalah dua pemusatan latihan buat pemain muda dan pelatih terkemuka di Eropa. Inggris menirunya dengan St George’s Park di Burton.

Inggris memang selalu mengklaim sebagai negara asal sepak bola modern. Namun, bicara prestasi, mereka selalu angin-anginan. Prestasi terbaik mereka adalah juara Piala Dunia 1966. Setelah itu, fans Inggris selalu kecewa.

Salah satu alasan mengapa Inggris selalu kesulitan, disinyalir karena tidak memiliki pelatih yang hebat. Ya, dalam satu dekade terakhir, Inggris malah bergantung kepada pelatih asing. Di antaranya Sven Goran Erikssen dan Fabio Capello.

Kemudian, di kompetisi domestik, di Premier League, para pelatih asli Inggris selalu terpinggirkan. Musim lalu hingga akhir musim, hanya ada empat manajer asal Inggris. Mereka antara lain Harry Redknapp di Tottenham Hotspur, Alan Pardew (Newcastle United), Roy Hodgson (West Bromwich Albion), serta Terry Connor,  karteker manajer Wolverhampton Wanderers.

Musim ini, tidak jauh beda. Tetap empat, hanya komposisinya beda. Pardew bertahan di Newcastle serta tiga pelatih lokal di tim promosi, yakni Sam Allardyce (West Ham United), Nigel Adkins (Southampton), Brian McDermott (Reading).

Lalu, klub-klub elite Inggris juga lebih suka memakai tenaga asing. Manchester United dengan Sir Alex Ferguson (Skotlandia), Arsenal dengan Arsene Wenger (Prancis), Chelsea dengan Roberto Di Matteo (Italia), dan Manchester City dengan Roberto Mancini (Italia).

Musim lalu, para pelatih asal Italia yang bersinar di Inggris. Mancini membawa City juara Premier League dan Di Matteo membawa Chelsea juara Piala FA dan Liga Champions. Italia memang memiliki begitu banyak stok pelatih hebat.

Musim ini, hanya ada dua pelatih asing di Italia, yakni pelatih Lazio Vladimir Petkovic (Bosnia Herzegovina) dan pelatih AS Roma Zdenek Zeman (Republik Ceko). Sisanya, dikuasai pelatih Italia. Lalu, Italia masih juga punya banyak pelatih top yang bekerja di luar Italia seperti Carlo Ancelotti (Paris Saint Germain), Marcello Lippi (Guangzhou Evergrande), Luciano Spalletti (Zenit St. Petersburg), Fabio Capello (pelatih Rusia), dan Giovanni Trapattoni (pelatih Republik Irlandia).

Kok bisa punya stok begitu besar. Italia memiliki Coverciano yang terus memproduksi pelatih-pelatih jempolan. Nah, langkah itu berupaya diambil Inggris dengan proyek Pemusatan Latihan St. George’s Park di Burton.

Proyek itu sudah dimulai satu dekade lalu tetapi terhenti pada 2004 karena fokus pada pembangunan Stadion Wembley. Baru 2008, proyek itu kembali digarap lagi. Akhirnya, pemusatan latihan di area seluas 130 hektar itu selesai awal Juli lalu.

Kini, St. George’s Park, siap dipakai sebagai tempat menggembleng pemain muda dan pelatih muda Inggris.
“Kami ingin meniru langkah Italia, Spanyol, dan Prancis. Prancis berinvestasi pada Clairefontaine sejak 1980 dan mereka memanennya sepuluh tahun kemudian,” kata David Sheepshanks, chairman NFC St Georgess Park, seperti dikutip Guardian.

St. George’s Park memiliki 12 lapangan berstandar internasional, baik lapangan rumput maupun lapangan sintetis, juga lapangan indoor. Mereka juga memiliki fasilitas pelatihan dengan video analisis, kursus kepelatihan, dan laboratorium olahraga.
“Ini proyek jangka panjang. Intinya, kami ingin menghasilkan lebih banyak pelatih berkualitas dan pemain yang lebih baik. Semuanya bukan instan dan harus ada kerjasama dari semua pihak yang ada,” lanjut mantan presiden Ipswich Town itu. (ham/jpnn)

Pemusatan Latihan Sepak Bola St George’s Park Inggris

Italia punya Coverciano dan Prancis memiliki Clairefontaine. Itu adalah dua pemusatan latihan buat pemain muda dan pelatih terkemuka di Eropa. Inggris menirunya dengan St George’s Park di Burton.

Inggris memang selalu mengklaim sebagai negara asal sepak bola modern. Namun, bicara prestasi, mereka selalu angin-anginan. Prestasi terbaik mereka adalah juara Piala Dunia 1966. Setelah itu, fans Inggris selalu kecewa.

Salah satu alasan mengapa Inggris selalu kesulitan, disinyalir karena tidak memiliki pelatih yang hebat. Ya, dalam satu dekade terakhir, Inggris malah bergantung kepada pelatih asing. Di antaranya Sven Goran Erikssen dan Fabio Capello.

Kemudian, di kompetisi domestik, di Premier League, para pelatih asli Inggris selalu terpinggirkan. Musim lalu hingga akhir musim, hanya ada empat manajer asal Inggris. Mereka antara lain Harry Redknapp di Tottenham Hotspur, Alan Pardew (Newcastle United), Roy Hodgson (West Bromwich Albion), serta Terry Connor,  karteker manajer Wolverhampton Wanderers.

Musim ini, tidak jauh beda. Tetap empat, hanya komposisinya beda. Pardew bertahan di Newcastle serta tiga pelatih lokal di tim promosi, yakni Sam Allardyce (West Ham United), Nigel Adkins (Southampton), Brian McDermott (Reading).

Lalu, klub-klub elite Inggris juga lebih suka memakai tenaga asing. Manchester United dengan Sir Alex Ferguson (Skotlandia), Arsenal dengan Arsene Wenger (Prancis), Chelsea dengan Roberto Di Matteo (Italia), dan Manchester City dengan Roberto Mancini (Italia).

Musim lalu, para pelatih asal Italia yang bersinar di Inggris. Mancini membawa City juara Premier League dan Di Matteo membawa Chelsea juara Piala FA dan Liga Champions. Italia memang memiliki begitu banyak stok pelatih hebat.

Musim ini, hanya ada dua pelatih asing di Italia, yakni pelatih Lazio Vladimir Petkovic (Bosnia Herzegovina) dan pelatih AS Roma Zdenek Zeman (Republik Ceko). Sisanya, dikuasai pelatih Italia. Lalu, Italia masih juga punya banyak pelatih top yang bekerja di luar Italia seperti Carlo Ancelotti (Paris Saint Germain), Marcello Lippi (Guangzhou Evergrande), Luciano Spalletti (Zenit St. Petersburg), Fabio Capello (pelatih Rusia), dan Giovanni Trapattoni (pelatih Republik Irlandia).

Kok bisa punya stok begitu besar. Italia memiliki Coverciano yang terus memproduksi pelatih-pelatih jempolan. Nah, langkah itu berupaya diambil Inggris dengan proyek Pemusatan Latihan St. George’s Park di Burton.

Proyek itu sudah dimulai satu dekade lalu tetapi terhenti pada 2004 karena fokus pada pembangunan Stadion Wembley. Baru 2008, proyek itu kembali digarap lagi. Akhirnya, pemusatan latihan di area seluas 130 hektar itu selesai awal Juli lalu.

Kini, St. George’s Park, siap dipakai sebagai tempat menggembleng pemain muda dan pelatih muda Inggris.
“Kami ingin meniru langkah Italia, Spanyol, dan Prancis. Prancis berinvestasi pada Clairefontaine sejak 1980 dan mereka memanennya sepuluh tahun kemudian,” kata David Sheepshanks, chairman NFC St Georgess Park, seperti dikutip Guardian.

St. George’s Park memiliki 12 lapangan berstandar internasional, baik lapangan rumput maupun lapangan sintetis, juga lapangan indoor. Mereka juga memiliki fasilitas pelatihan dengan video analisis, kursus kepelatihan, dan laboratorium olahraga.
“Ini proyek jangka panjang. Intinya, kami ingin menghasilkan lebih banyak pelatih berkualitas dan pemain yang lebih baik. Semuanya bukan instan dan harus ada kerjasama dari semua pihak yang ada,” lanjut mantan presiden Ipswich Town itu. (ham/jpnn)

Artikel Terkait

Die Werkself Lolos dengan Agregat 4-1

Sevilla ke Perempat Final Liga Europa

Bayern Munchen di Atas Angin

The Red Devils Lolos Mudah

Nerazzurri ke 8 Besar Liga Europa

Terpopuler

Artikel Terbaru

/