RIO DE JANEIRO-Di antara para pemain andalan Tahiti, ternyata ada satu pemain yang pernah bermain di Indonesia. Ia adalah Alvin Tehau. Satu dari empat keluarga Tehau di Timnas itu sempat membela Atjeh United yang berlaga di Indonesia Premier League (IPL) pada 2011.
Gelandang 24 tahun tersebut beruntung pernah dibimbing pelatih asal Prancis, Lionel Charbonier. Ia ditempatkan di lapangan tengah bersama Abdurrahman Sangaji, Alain Nkong, dan Yossi Adhitya. Tehau tercatat pernah menceploskan gol ke gawang Solo FC saat mereka menang 0-3 di Stadion Manahan, Solo, pada 27 Maret 2011.
Namun, kiprah Tehau di Atjeh United tak mampu mendongkrak prestasi. Mereka hanya mampu finish di urutan 11. Di tahun yang sama Tehau lantas pindah ke FC Bleid-Gaume yang berlaga di divisi tiga Liga Belgia.
Pada 2012, ia pulang kampung untuk membela AS Tefana. Ini adalah klub paling mendingan yang pernah dibela Tehau. Sebab, di sini ia akhirnya tampil di divisi teratas kompetisi domestik. Di Indonesia dan Belgia, ia tampil di klub semenjana. Atjeh United bahkan tak lagi tampil di liga yang menjadi sengketa itu.
Tehau sejatinya adalah produk Tahiti U-20. Di level junior itu ia tampil hanya dalam tiga pertandingan tanpa mampu menyumbang gol. Di level senior, ia bermain selama 17 laga dengan enam gol. Tehau pernah membawa timnya menjadi juara Divisi Utama Tahiti dan dua kali memenangi Piala Tahiti. Ia juga pernah membawa Timnasnya menjadi runner-up Liga Champion Oceania dan juara Piala Oceania, yang mengantarkan mereka ke Piala Konfederasi.
Sementara itu, Jonathan Tehau, saudara kandung Alvin, masih mabuk kemenangan setelah mampu mencetak sebiji gol ke gawang Nigeria. Gol itu membuat pemain 25 tahun tersebut punya mimpi yang lain. Yakni, ingin bermain untuk Barcelona. “Kenapa orang takut bermimpi? Saya menginginkan Barcelona,” tuturnya.
Meski menjadi lumbung gol, para pemain Tahiti memang tak pernah merasa minder. Bahkan dengan skuad dominan pemain amatir pun mereka masih punya harapan. “Sepak bola bukan ilmu pasti. Kami mungkin amatir. Tapi di hati dan kepala kami, kami adalah pemain profesional. Kami bangga dengan jati diri kami,” tegas striker Marama Vahirua itu. (aga/jpnn)
Kiprah Pemain Timnas Tahiti di Persepakbolaan Indonesia
RIO DE JANEIRO-Di antara para pemain andalan Tahiti, ternyata ada satu pemain yang pernah bermain di Indonesia. Ia adalah Alvin Tehau. Satu dari empat keluarga Tehau di Timnas itu sempat membela Atjeh United yang berlaga di Indonesia Premier League (IPL) pada 2011.
Gelandang 24 tahun tersebut beruntung pernah dibimbing pelatih asal Prancis, Lionel Charbonier. Ia ditempatkan di lapangan tengah bersama Abdurrahman Sangaji, Alain Nkong, dan Yossi Adhitya. Tehau tercatat pernah menceploskan gol ke gawang Solo FC saat mereka menang 0-3 di Stadion Manahan, Solo, pada 27 Maret 2011.
Namun, kiprah Tehau di Atjeh United tak mampu mendongkrak prestasi. Mereka hanya mampu finish di urutan 11. Di tahun yang sama Tehau lantas pindah ke FC Bleid-Gaume yang berlaga di divisi tiga Liga Belgia.
Pada 2012, ia pulang kampung untuk membela AS Tefana. Ini adalah klub paling mendingan yang pernah dibela Tehau. Sebab, di sini ia akhirnya tampil di divisi teratas kompetisi domestik. Di Indonesia dan Belgia, ia tampil di klub semenjana. Atjeh United bahkan tak lagi tampil di liga yang menjadi sengketa itu.
Tehau sejatinya adalah produk Tahiti U-20. Di level junior itu ia tampil hanya dalam tiga pertandingan tanpa mampu menyumbang gol. Di level senior, ia bermain selama 17 laga dengan enam gol. Tehau pernah membawa timnya menjadi juara Divisi Utama Tahiti dan dua kali memenangi Piala Tahiti. Ia juga pernah membawa Timnasnya menjadi runner-up Liga Champion Oceania dan juara Piala Oceania, yang mengantarkan mereka ke Piala Konfederasi.
Sementara itu, Jonathan Tehau, saudara kandung Alvin, masih mabuk kemenangan setelah mampu mencetak sebiji gol ke gawang Nigeria. Gol itu membuat pemain 25 tahun tersebut punya mimpi yang lain. Yakni, ingin bermain untuk Barcelona. “Kenapa orang takut bermimpi? Saya menginginkan Barcelona,” tuturnya.
Meski menjadi lumbung gol, para pemain Tahiti memang tak pernah merasa minder. Bahkan dengan skuad dominan pemain amatir pun mereka masih punya harapan. “Sepak bola bukan ilmu pasti. Kami mungkin amatir. Tapi di hati dan kepala kami, kami adalah pemain profesional. Kami bangga dengan jati diri kami,” tegas striker Marama Vahirua itu. (aga/jpnn)