ZURICH-Pemilihan tuan rumah Piala Dunia tidak pernah lepas dari kontroversi. Kritik tajam juga ditujukan kepada FIFA atas pemilihan Rusia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 dan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.
Selama ini pemilihan host Piala Dunia selalu ditentukan hanya oleh 25 anggota exco alias komite eksekutif FIFA. Makanya, terbuka untuk terjadinya penyuapan karena penentu suara terpusat pada beberapa orang tertentu saja.
Karena itu, rencananya Presiden FIFA Sepp Blatter akan mengubah tatacara pemilihan.
“Pada masa mendatang, penentuan host Piala Dunia tidak hanya ditentukan 25 pemilik suara itu saja, melainkan dipilih oleh 209 presiden dari setiap asosiasi yang tergabung di FIFA,” tutur Blatter.
Nantinya, tugas dari exco FIFA hanyalah menentukan kandidat-kandidat host Piala Dunia. “Maksimal, mereka akan mengajukan tiga kandidat, kemudian ditentukan seluruh pemilik suara,” tambahnya.
Selama ini, karena tingginya daya tarik Piala Dunia, seringkali negara-negara peminat melakukan segala cara untuk menggapainya. Setiap negara juga turun dengan kekuatan penuh.
“Saya bisa mengerti mengapa para pemimpin politik suatu negara selalu berupaya meyakinkan yang lain agar memilih mereka. Itu terjadi pada Piala Dunia dan Olimpiade,” lanjut pria asal Swiss itu.
Selain soal pemilik suara, Blatter juga menyatakan pada pemilihan-pemilihan host Piala Dunia berikutnya, tidak akan dilakukan langsung untuk dua periode seperti sebelumnya. “Itu adalah kesalahan,” katanya.
Soal Qatar yang dianggap berisiko bila melaksanakan Piala Dunia 2022 pada musim panas, Blatter menyatakan belum ada pernyataan ketidaksanggupan dari Qatar. Belum ada permintaan resmi dari Qatar untuk dipindah ke musim dingin, meski banyak yang mengisukannya.
Blatter juga mengkritik rencana UEFA yang melaksanakan Euro 2020 di seluruh penjuru Eropa. “Saya meyakini, satu even satu negara. Adalah kesalahan ketika kami menentukan dua negara untuk Piala Dunia, seperti yang dilakukan pada 2002 di Jepang dan Korea Selatan. Itu tidak akan terjadi lagi. Sebab, even akan kehilangan indentitas dan geloranya,” jelas Blatter. (ham/jpnn)